=Ami POV=
"Aku telah memikirkan hal ini sejak lama. Tidak ada hal lain yang lebih baik dari ini. Kurasa kepemimpinan dengan perseteruan bersaudara itu akan menyenangkan," ujarnya. Aku mengernyitkan dahi. Bang Arlan bahkan menarik napasnya panjang.
"Kuharap kalian juga akan merasa senang dan menikmatinya."
"Apa maksud anda?" tanyaku dan bang Arlan yang nyaris bersamaan.
Pak Laso kembali menyeringai. Tubuh tuanya gemetar bertumpu pada tongkatnya kuat. "Aku akan segera menyudahinya."
Apa ini? Aku dan bang Arlan mengikuti arah pandang beliau yang selalu mengarah pada presiden yang masih terbaring lemah. Setiap gerakan penasehat presiden itu telah kami ikuti setiap detiknya tanpa kecuali.
Beliau tidak melakukan apapun selain memandangi pak Presiden untuk beberapa saat, hingga beliau mengeluarkan pistol dan menempak presiden dengan sangat tiba-tiba.