Sudah cukup lama, keduanya masih belum menemukan sesuatu yang mencurigakan. Digo dan Ten telah menginjak dengan kasar lantai ruangan itu, berjaga-jaga kalau ada ruangan di bawah lantai yang tidak terjamah.
Ten merebahkan tubuhnya pada tempat tidur Topan, dia mehela napas panjang beberapa kali dan memerintah Digo untuk melakukan hal yang sama dengannya.
"Beristirahatlah. Ini lebih melelahkan dari patroli rutin keliling wilayah Barat," celetuk Ten yang meregangkan otot. Digo hanya meliriknya seraya mendengkus. Segera saja dia melempar rekannya itu dengan sebuah buku yang sedang ia pegang.
"Bergegaslah. Kita harus sudah menemukan sesuatu saat tuan Presiden datang!" geram Digo yang merasa rekannya itu terlalu menunda pekerjaan.
"Argh! Aku membenci Topan. kenapa anak buahmu itu sangat membingnkan," dengkus Ten dan membiarkan kepalanya terus menatap ke atas. Dia sedang menenangkan otot lehernya, namun pandangannya menangkap sesautu yang menarik perhatian di langit-langit ruangan itu.