=Author POV=
"Kuharap bang Arlan sudah memberikan keputusan untuk tawaranku tadi." Ge menghampiri Arlan yang masih duduk di kursinya, belum beranjak walau ruangan sudah setengah kosong karena rapat sudah selesai tiga puluh menit yang lalu.
Ge duduk di sebuah kursi di dekat Arlan.
"Apa kamu yakin dengan keputusanmu tadi? Masa jabatan seumuran hidup, apa itu tidak berlebihan?" tanya Arlan yang nampak berpikir.
"Aku hanya menyetujui semuanya, Bang. Sebelumnya ini sudah pernah hendak dijalankan oleh tuan Hadiyaksa, namun diurungkan karena saat itu banyak jajaran yang telah berusia senja. Saat ini aku akan melakukannya karena semua dari kita masih berusia muda," ujar Ge dengan tawa kecilnya. "Bahkan kurasa kita masih terlalu muda, bukankah bang Arlan juga berpikiran seperti itu? Banyak dari kita bahkan belum berkeluarga." Ge terkekeh.
"Ah benar," sahut Arlan yang segera menyandarkan tubuhnya pada kursi. "Tapi bukankah kematian tidak memandang usia ataupun status hubungan seseorang?"