Kepergian papa masih menyisakan kesedihan bagi keluargaku . Dia meninggalkan ketiga putrinya dan seorang istri . wanita yang dicintai papaku itu masih sering bersedih . setiap kali dirinya melihat foto papaku , air mata masih menetes dari mata indahnya. Dia masih belum menerima kenyataan akan perginya pria yang menemaninya puluhan tahun itu. Aku tau dirinya selalu berusaha tegar di depan anak-anaknya . senyumnya selalu ada di wajahnya setiap bertemu kami anaknya.
Sudah tujuh hari berlalu. Aku masih berada di Semarang . Banyak jam kuliah yang tidak aku ikuti . Berat rasa hati untuk meninggalkan rumah. Meninggalkan mama dan adikku sendiri. Disisi lain aku harus tetap berkuliah demi mewujudkan cita-citaku . Mama meyakinkanku untuk kembali ke Surabaya secepatnya . Dia berkata bahwa aku harus melanjutkan kuliahku agar mendiang papa bahagia anaknya bisa menjadi seorang dokter. Mama juga berpesan agar aku berfokus pada kuliahku . Dia berjanji bahwa mama dan kedua adikku akan baik-baik saja di Semarang .
***
Langit sore kota Surabaya kali ini mendung . Kelam dan gelap . Mataku masih menatap hamparan awan diatas bandara Juanda itu. Dengan satu tangan menengadah ke atas . Butiran air mulai berjatuhan . Meninggalkan sang awan dan kembali kepelukan tanah. Hujan kali ini bagai mengiring kesediahanku . tapi aku sadar bahwa semua akan kembali kemana tempatnya berasal seperti air yang kembali ke tanah.
Ku langkahkan kaki pergi meninggalkan bandara . Hari ini kepulanganku ke Surabaya dijemput oleh Ita . Ita sudah menungguku sebelum pesawat yang aku tumpangi landing di bandara. "Gia.. gimana kabar mama dan adikmu ?" . Tanya perempuan yang sedang menyetir mobil itu. Ita menjemputku dengan menggunakan mobil kesayangannya .
Dengan nada lirih aku menjawab "baik kok ta.." . aku duduk disamping Ita yang sedang menyetir . Kusandarkan kepalaku dikaca pintu mobil. Sesekali ku lihat setiap tetes air yang menetes di kaca itu . Tak tau mengapa perasaanku berkecambuk . sebelum penerbanganku. Hari ini aku mencoba menelfon Rama beberapa kali . Beberapa pesan juga tak dia respon . Hal tersebut semakin memperkeruh perasaanku . Rama sempat beberapa kali mengirim pesan menanyakan keberadaanku . Saat dia mengirim pesan aku tak dapat membalasnya karena kondisi yang tidak memungkinkan . Memakaman papa dan banyaknya tamu yang melayat membuatku tak sempat memegang ponselku kala itu.
"Gia kamu baik-baik aja kan?? "
" Iya aku baik-baik aja kok ta "
"Bener ?... aku khawatir kamu yang ngelihatin hujan terus dari tadi "
" Ta .. memang aku salah ya kalau gak bales chat berhari-hari "
Dengan sedikit bingung Ita menjawab "ya ... tergantung sih penting apa enggak " .
"Ta ... kayaknya Rama marah sama aku , waktu aku di Semarang aku enggak sempat sama sekali pegang hp .. aku enggak bales dia , gimana nih ??"
"Kamu berpikir positif aja mungkin dia lagi sibuk kamu tau kan dia di Akademi tinggal beberapa bulan lagi... udah kamu tenang aja " .
***
"Summer punch ,please!" .perempuan yang menjemputku itu memesankan satu minuman untukku. Ita mengajakku ke sebuah kafe di pusat kota . Perempuan itu mencoba menghiburku. Dia tak ingin melihatku terus dirundung kesedihan . Awalnya aku menolak ajakan tersebut karena ku rasa badanku cukup lelah untuk sekedar nongkrong . Pikiranku cukup kacau kali ini . Rama tak kunjung merespon kontak dariku .
" eh tumben kamu pake kalung Gia" . celetuk perempuan itu memecah pikiranku. Ita memperhatikan kalung pemberian Rama itu . Dia melihatnya dengan rasa penuh penasaran. Ita sangat mengenalku . Dari dulu aku tak pernah menggunakan kalung . Satu-satunya perihasan yang ku gunakan adalah anting. Rasa penasaran Ita semakin menjadi . Tangan kanannya mulai menyentuh liontin dari kalung tersebut. "wihh bagus banget ada ukirannya juga di dalam cincinnya". Kalung pemberian Rama tersebut berliontinkan cincin emas . Cincin tersebut dapat di lepas dan kugunakan . Rama telah menyesuaikan ukuran cincin tersebut dengan ukuran jariku. Tetapi aku tak dapat menggunakan cincin tersebut dijariku saat ini. Sesuai dengan permintaan laki-laki itu. Dia ingin aku menggunakan cincin itu ketika dirinya melamarku secara resmi nanti. Kalung itu merupakan tanda keseriusan dari Rama padaku.
Terdapat ukiran nama Rama Kencana dibagian dalam cincin tersebut . Nama tersebut diukir dengan tulisan latin mengitari bagian dalam cincin tersebut . Ukiran tersebut dapat terbaca saat di lihat dari dekat . Jika di lihat dari jarak jauh ukiran tersebut tak dapat terbaca dengan jelas . Sambil menarik kalungku dari tangan Ita "emm.. lagi pengin pake aja ta hehe". Aku mencoba mengalihkan topik pembicaraan .Agar Ita tak menanyakan lebih detail lagi tentang kalung itu.
Selang beberapa saat pesanan untuk meja kami diantar oleh pelayan kafe itu. Pelayan pria itu nampak tak asing bagiku . Dia mengenakan setelan kemeja putih seperti karyawan lainnya . Pria itu mengenakan topi hitam bertuliskan STAY WITH ME . Topi itu nyaris menutupi wajah pria itu. Hal tersebut membuatku tak dapat melihat wajahnya . Pria itu menaruh satu persatu pesanan kami di meja. Saat dia akan meletakkan gelas berisi minuman summer punch ."satu gelas summer punch untuk nona manis " . Pelayan pria itu menaikan topinya dan melirik ke arahku . Satu senyum terlihat diwajahnya.
"Ditt..to !" . ucapku kaget . Ternyata pelayan itu tak lain merupakan Dito Nasution. Dari awal saat pelayaan itu berjalan kearah meja kami . Aku sudah menaruh rasa curiga terhadapnya. Dia berjalan seperti berusaha menutupi wajahnya. Gerak tubuhnya sedikit lebih kaku saat membawa nampan dibandingkan pelayan lainnya. Aku tak pernah mengira bahwa pelayan itu merupakan Dito.
"Hehe.. kamu kaget ya Gia maaf ya, ini semua rencana mas Dito buat ngehibur kamu". Ita dan Dito sengaja merencanakan ini semua untukku. Seperti sebelumnya Dito memang penuh kejutan . Dia sangat pandai membuatku senang . Bahkan kali ini walaupun aku merasa terkejut tapi tingkahnya membuatku tersenyum . Bagaimana tidak seorang pilot yang biasanya memegang setir pesawat . Kini menggunakan celemek dan memagang nampan untuk pelanggan.
Dito duduk bersama kami . Dia duduk di sampingku . Tanganku melepas topi hitam yang laki-laki itu gunakan . "haha.. kamu kok bisa disini Dit??.Aku yang heran mencoba mencari penjelasan atas tindakannya kali ini. Bukan Dito namanya jika jawaban yang dia keluarkan tidak menggodaku "bisa dong , tinggal menjentikkan jari langsung sampai Surabaya hehe... aku om jin tau hoho " . Dito tertawa sambil melihat kearahku.
Laki-laki tampan itu terus berusaha untuk menghiburku . Saat terakhir kali pertemuan aku dan Dito bisa dibilang sangat menyedihkan . Kala itu saat pemakaman papa. Aku tau Dito pasti tidak akan tega untuk acuh terhadap kesedihan yang aku rasakan .
"Gia nanti kamu dianter sama mas Dito ya , aku masih ada urusan soalnya" . Sepupu perempuan Dito itu bergegas pergi meninggalkan kami berdua. Ita sepertinya memang sengaja meninggalkan aku berduaan dengan Dito. Terlihat jelas dari gerak-geriknya saat meninggalkan kami .
***
Lampu-lampu kota mulai menyala satu persatu. Seakan mereka menyambut datangnya malam di kota Surabaya ini . Aku bersandar di kursi mobil tersebut . Sedangkan Dito tengah menyetir disampingku. Dito kembali mengenakan topi yang bertuliskan STAY WITH ME tadi. Aku menggerakkan kepalaku menghadap laki-laki itu . " Dit .. tumben kamu pake topi terus dari tadi ".
Dito menoleh kehadapanku dengan tatapan serius . "kamu tau artinya tulisan di topi ini enggak Gia ?" . Laki-laki itu kembali melemparkan lagi pandangannya kearah kaca depan mobil . Sementara aku yang duduk di sebelahnya sejenak terdiam mendengar jawaban Dito . Aku berpikir hal apalagi yang Dito ingin sampaikan lewat kata. Mataku masih menatap laki-laki disampingku itu.
Aku mengalihkan pandanganku dari wajah tampannya . Ku hempaskan nafas kuat . "aku tau artinya..." . Sesaat aku memejamkan mata . Kedua tanganku memegang erat tas yang berada di panggkuan sambil mencoba melanjutkan kata-kataku sebelumnya. "Te..ta..ap ber.." Dengan perlahan aku mengeja arti tulisan tersebut sembari sesekali melirik kearahnya.
Belum sempat aku menyelesaikannya tangan kiri Dito meraih tangan kananku . Dia menggenggam tanganku dengan erat. Niatku menyelesaikan kata-kataku sirnah . Kini aku hanya terdiam . menatap jalanan kota Surabaya yang semakin gelap.
" Gia.. . dengerin aku sebentar , aku memang tak memaksamu untuk menerima lamaranku tapi keberadaanku kali ini di Surabaya untuk meyakinkan dirimu akan keseriusanku . Aku akan berusaha semampuku dalam meyakinkan kamu ... sayang". Dito mengakhiri kata-katanya dengan mengecup punggung telapak tanganku.
Bagai anak panah yang di lepaskan . kata-kata sang pilot tersebut tepat mengenai sasaran . Dia mencoba membolak-balikan perasaanku . Laki-laki itu masih terus mencoba membuat memoriku kembali saat kami bersama . Aku masih terdiam tanpa membalas perkataan Dito . Kedua tanganku semakin erat memegang tas yang ada di pangkuanku . Ku pejamkan mataku dan menghembuskan nafas kuat . Sembari ku coba berpikir untuk membalas kata-katanya itu.
Aku memang belum memberi kejelasan atas lamaran yang diberikan Dito . Bukan berarti aku sengaja. hanya saja dalam hatiku bukan lagi namanya yang ada. Aku benar-benar tak ingin membuatnya hancur saat mengetahui aku sudah menjadi seseorang spesial bagi temannya itu. Disisi lain lamaran yang diberikan Rama masih terkesan menggantung karena dirinya belum melamarku secara resmi. Perbedaanya lamaran dari Rama dia tunjukan secara nyata dengan kalung yang diberikan . Sedangkan Dito hanya lewat kata-kata dan momen.
Aku tak mengerti bagaimana hatiku dapat berubah seperti ini. Rama adalah orang yang tak dapat lolos dari semua kategoriku . Dia dingin serta terkesan angkuh jauh dari kata ramah . Rama merupakan pria berkulit sedikit gelap , tinggi dan manis . Wajahnya cenderung tegas. Berbeda dengan Dito yang memiliki kulit putih , tinggi , dan tampan serta sikap yang ramah. Dito mampu menyapu bersih semua kategori yang aku pegang teguh selama ini . Baru kali ini seorang Rama mampu mematahkan kategoriku itu . Dia mampu membuatku menjatuhkan hatiku padanya . Rama mampu membuatku selalu memikirkan dirinya . Dia mampu membuatku penasaran akan sikapnya . Setiap sikapnya membuatku berpikir keras. Bagai sandi morse , banyak aku menerka-nerka akan sikapnya . Terkadang dia membeku bagai es dan terkadang hangat bagai secangkir kopi dipagi hari.
***
"Gia kok aku perhatiin selama sebulan ini kamu kelihatan sedih terus , kenapa ?" . Tanya perempuan yang menjadi teman baikku sejak SMA .
Kupejamkan mata sejenak sembari menghempaskan nafas "Emm.. aku gapapa kok , cuma kepikiran Rama " .
"kenapa ?? .. Dia belum ngehubungin kamu ?? ... wah gila sih dia , sumpah keterlaluan banget padahal kamu udah balik ke Surabaya"
"iya mungkin dia masih marah sama aku" . jawabku lesu sembari memegang kalung pemberian Rama itu.
"wah ... parah banget tuh orang , sabar ya Gia hmm... rasanya pengin aku uleg kepalanya yang botak tapi sayangnya dia di akademi " . Ita merasa sikap Rama terlalu berlebihan sehingga membuat dirinya sedikit terpancing emosi
"hehe iya .. tapi kenapa malah kamu yang emosi gitu "
Sudah sebulan berlalu sejak kepulanganku ke Surabaya . Rama masih tak memberiku kabar . Ku coba untuk mengirim pesan .Beberapa panggilan juga ku coba . Tetapi tak ada satupun yang direspon olehnya . Sampai saat ini aku masih menduga bahwa laki-laki itu masih marah terhadapku .
Bagaimana Rama tidak marah terhadapku . sebulan yang lalu saat aku pulang ke Semarang . Aku tidak memberinya kabar sama sekali . Ditambah lagi saat hari keberangkatanku merupakan hari dimana aku , Rey dan Rama berjanji untuk pergi bersama . Pikiranku sangat kalut saat itu . aku tak sempat memberinya kabar . Hingga tujuh hari setelahnya . Aku yakin dia sangat marah terhadapku saat ini .
apakah waktu sebulan tidak cukup meredakan amarahnya? . mengapa Rama bisa sekeras ini terhadapku? . Apakah dirinya ingin mengakhiri ikatan kami berdua dengan cara ini ? . Banyak pertanyaan yang timbul di pikiranku . pertanyaan itu terus berputar di dalam otakku . Rasanya otakku akan meledak dibuatnya. Sampai mata kuliah yang di ajarkan dosen hari ini tak dapat masuk ke otakku.
"Gia .. mau ikut apa enggak , aku mau kepelabuhan setelah mata kuliah hari ini " . ucap perempuan yang duduk di sebelah kananku itu . pertanyaan Ita kali ini memecah pikiranku seketika .
" Mau ngapain ke pelabuhan ta ? "
"Itu ada KRI Bima Suci , mau ikut gak ?"
"Oke deh "
KRI merupakan singkatan dari Kapal Laut Republik Indonesia . KRI Bima Suci merupakan kapal latih kebanggaan TNI angkatan Laut Indonesia . Kapal ini digunakan untuk melatih para taruna / kadet angkatan laut . Dengan kapal ini lah para taruna berlatih menjadi pelaut sejati, mengenal ombak, angin, arus, dan kerja tim sambil menyebarkan salam perdamaian bangsa ke seluruh penjuru dunia.
***
Terlihat dari kejauhan megahnya KRI Bima Suci . Kapal tersebut bersandar di dermaga Ujung Armada II . dermaga itu letaknya dipelabuhan Tanjung perak Surabaya . Aku dan Ita berjalan mendekat menuju kapal tersebut . Nampak beberapa orang tengah mengerumuni kapal itu. Jarakku berdiri saat ini dengan kapal Bima Suci bersandar masih cukup jauh . Aku tak dapat melihat apa yang sedang terjadi di dekat kapal tersebut . aku mulai berjinjit untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi .
" Gia hpku ketinggalan di mobil ... aku balik dulu ke parkiran ya mau ambil hp , kamu kalo mau ngedeket ke kapal duluan aja " . ucap Ita sembari meninggalkanku sendirian
"ehhhh ... ta , kok aku di tinggal ." . aku berteriak , menengok berbalik kearah Ita yang berjalan meninggalkanku sendirian disana .
. Aku perlahan membalikkan badanku kembali .Melihat kearah kerumunan orang di dekat KRI Bima Suci. Tanpa aku sadari ada seorang laki-laki yang berjalan mendekat ke arahku. Laki-laki itu menggunakan seragam lengkap dengan topi padnya . Dia membawa tas besar berwarna hitam . Seragam yang dia kenakan terdapat beberapa aksesoris bertuliskan AKADEMI . Dia berjalan dari arah dimana kapal KRI bima Suci bersandar . Perlahan laki-laki itu berjalan dengan gagahnya. Semakin lama dia terlihat mendekat kearah tempatku berdiri . Langkah demi langkah memperjelas wajah laki-laki itu . Wajahnya semakin jelas terlihat dimataku. Aku terpaku melihat laki-laki yang mendekat itu. Tak lama air mata mengalir dari mataku.
"Hai sayang , gimana kabarmu " . sapa laki-laki yang memberiku kalung berliontin cincin itu. Laki-laki itu tak lain merupakan Rama yang selama sebulan ini tak dapat kuhubungi. Aku tak kuasa menjawab sapanya. Air mata masih terus menetes dari mataku. Rama berdiri di hadapanku dengan senyum manisnya . Tak terlihat amarah di wajahnya . Dia terlihat sangat bahagia saat itu .
Aku mendekatkan diriku pada laki-laki yang berada di hadapanku itu . aku mulai tertunduk . menempelkan keningku di dadanya . Air mataku mengalir semakin deras . Seragam yang Rama gunakan kini mulai basah dengan air mataku . " Ram , jadi selama ini kamu layar ... aku udah salah paham , pikir yang aneh-aneh tentang kamu , aku kira kamu mau ngakhiri ikatan kita Ram ... aku udah kayak orang putus asa selama sebulan ini tungguin kabar kamu "
Rama mengelus rambutku perlahan " aku ada pratek layar selama sebulan ini , aku mau kabarin kamu tapi kamu susah banget di hubungin waktu aku mau brangkat layar. Rey bilang kamu masih di Semarang sampai tujuh hari setelah meninggalnya papamu . maaf kalo buat kamu khawatir ya Gia "
Mendengar jawaban dari Rama tersebut . membuat tangisku sedikit mereda . aku mulai dapat mengangkat kepalaku . Menatap kedua mata lelaki tersebut. Tanganku mulai menggengam kedua telapak tangannya sembari tersenyum menatapnya.