Chereads / Dibawah Pedang Pora / Chapter 5 - Bab 5 Mahasiswi Fakultas Kedokteran

Chapter 5 - Bab 5 Mahasiswi Fakultas Kedokteran

Hari ini aku tiba di bandara Juanda Surabaya .akibat desakan dari mama, ku ambil penerbangan pertama jam 6 pagi. masih terlalu pagi bagiku . rasa lelah akibat perjalanan masih menghinggap di tubuhku . mata yang seperti garis dan perut berbunyi itu yang ku rasakan saat ini . ku putar bola mataku melihat keadaan sekitar bandara . tidak terlalu Ramai . tetapi cukup banyak yang berlalu lalang .

Perut seperti tidak dapat di ajak bekerja sama . dia berbunyi terus menerus . suaranya semakin lama , semakin keras . hingga akhirnya kaki ikut memberontak berbelok arah . kakiku bergerak menuju restauran di bandara . niat hati ingin segera pulang ke rumah . tetapi apadaya perutku tetap menuntut haknya. Pada akhirnya aku berdamai dengan mereka dan makan di restauran .

Sebelum aku berangkat ke Surabaya papa telah menyiapkan rumah di perumahan yang letaknya tidak jauh dari Akademi Angkatan Laut . padahal sebelumnya aku membayangankan mencari kos di sekitaran kampus agar lebih dekat . selain itu lebih menghemat biaya transport . aku juga lebih bebas untuk mengundang teman . bukan berarti berada di rumah sendiri tidak leluasa mengundang teman . tapi pasti ada maksud dan tujuan tertentu papa mencari rumah di dekat Akademi Angkatan Laut.

Apalagi kalau bukan untuk mengawasiku . dengan alasan mengutamakan keselamatan anak perempuannya . dia akan memberikan yang terbaik. menurutku agak sedikit berlebihan . membeli rumah , bahkan sengaja membelikan mobil baru untukku . dia sengaja membeli rumah dengan lokasi yang strategis . agar bawahannya yang berdinas di Surabaya lebih leluasa dalam mengawasiku. Melihat dari jaraknya yang tidak terlalu jauh dari AAL bisa dipastikan memang itu alasannya.

***

Aku berjalan menuju pintu keluar bandara . terlihat banyak sopir taksi menawarkan jasanya . dari sekian banyak taksi yang berjajar aku memilih taksi yang berada dihadapanku . barang yang ku bawa tidak terlalu banyak . hanya satu koper dan satu tas ransel besar .belum sempat kakiku melangkah jauh dari pintu . langkahku terasa berat . seperti ada yang menahanku . menarik tas ranselku .

"Lepasin , aku mau pulang !!" teriakku tanpa membalikan badan . bukannya melepaskan justru semakin ditariknya . telapak tangannya membekap mulutku . berbisik di telingaku "Diam.. jangan teriak aku di suruh Rey jemput kamu di bandara hari ini" . mendengar nama Rey aku langsung melepaskan tangannya dari mulutku . perlahan aku membalikkan badanku .

"loh Rama ya ?"

"iya , cepet ikut ke mobil aku anterin balik ke rumah " . dengan nada ketus Rama menjawab . laki-laki itu mengambil koperku dan berjalan pergi tanpa penjelasan yang lebih lanjut.

"eh tunggu ram , pelan-pelan tasku berat". Tanpa pikir panjang aku berjalan mengikuti Rama . sedikit kesusahan menyelaraskan kakiku dengan Rama . bisa dibayangkan tinggi kami jauh berbeda . tinggi badanku hanya sekitar 160 cm sedangkan Rama mungkin sekitar 175 cm . bisa dibayangkan bagaimana besar langkah kakinya saat berjalan . aku yang memiliki kaki pendek harus sedikit berlari untuk mengikutinya .

Sempat terbesit dipikiranku mengapa sifatnya kembali sedingin es . padahal saat dia membantuku akibat alergi udang tidak sedingin ini. jauh lebih lembut . semakin aku pikirkan semakin membuatku penasaran . kepribadian sedingin es ini dan sikap lembutnya kala itu . timbul sebuah ide di pikiranku untuk mengetahui bagaimana sikap Rama yang sebenarnya.

"aduhhh ... Rama tunggu.. kaki ku sakit" . sambil berakting memegang kaki kananku

"gak usah manja ayo jalan Gia" . jawaban yang terdengar masih tetap sedingin es . laki-laki berseragam coklat lengkap dengan topi pad di atas kepala itu , masih terus berjalan sambil menarik koperku . merasa usahaku sia-sia . dengan kesal aku mengejarnya . berusaha agar berjalan selaras dengan langkah kakinya.

Pada akhirnya hanya rasa letih yang ku rasakan.tanpa dapat menyusul langkah kaki seorang taruna AAL di depanku itu . langkah kakiku mulai melambat seiring dengan rasa letih akibat beban ransel dipunggungku . seperti anak bebek yang berjalan dibelakang induknya . aku juga melakukan hal itu sampai ke mobil Rama. Sungguh memalukan jika dipikirkan kejadian itu . sepertinya bukan hal yang mudah untuk aku mencari tau rasa penasaranku terhadap Rama .melihat kejadian memalukan ini hanya dia, laki-laki yang mampu mengacuhkanku membuat diriku semakin tertarik dibuatnya .

" nanti mampir ke swalayan dulu ya , aku mau belanja kebutuhan buat di rumah Ram"

"okee " . sahut Rama dengan cepat.

Sesekali aku perhatikan laki-laki yang sedang menyetir mobil disampingku .dia hanya terdiam jika tak ku ajak bicara . "benar-benar manusia es". kataku dalam hati . ku lihat lagi dari ujung kepala hingga kakinya . bisa dibilang cukup manis . tulang hidung yang tidak telalu tinggi serta kulit sedikit gelap dan alis yang tegas . badan tegap serta proposional. Semakin ku perhatikan , semakin menarik .

"mungkin aku harus mengganti tipeku sekarang... hehe " . gumamku dengan suara sangat pelan .

***

Takdir mempertemukan aku dan Ita lagi di Universitas Airlangga . kami memang sejak dulu ingin menjadi dokter sejak masuk SMA .Sebenarnya ada satu yang menggangguku yaitu DARAH ... iya darah . saat aku melihat darah dalam jumlah sangat banyak maka seluruh tubuh seperti mematung. merasa pusing seketika bahkan hingga pingsan . dalam menangani pasien dalam urusan gigi serta kesehatan mulut tidak akan berurusan dengan banyak darah. Hal tersebut menjadi pertimbanganku untuk lebih memilih dokter gigi .

Dokter gigi merupakan suatu profesi yang bisa dibilang tidak mudah karena bentuk dari susunan gigi seseorang akan berpengaruh terhadap bentuk wajah dari orang tersebut . Serta saat gigi sakit dapat membuat seseorang merasa sakit pada bagian leher , kepala dan mata . hal itu disebabkan karena gigi di persatukan oleh saraf tregiminal dimana saraf tersebut terhubung oleh bagian bawah mata , rahang atas maupun rahang bawah . apabila rasa sakit yang berlebihan biasanya terjadi infeksi pada gigi tersebut. Pada suatu kasus tertentu . tumbuhnya gigi bungsu pada usia dewasa biasanya mengakibatkan sakit kepalanya yang teramat menyakitkan . maka profesi dokter gigi juga tak bisa dianggap mudah.

***

"Gia... oyy , ngalamun mulu jangan ngalamun dong kita kan lagi ospek..!!". Ita berbisik sedikit keras kepadaku

" oh iyaa maaf ta , ak lagi kepikiran seseorang "

"Hayoo siapa ". goda Ita padaku

Tak lama setelah percakapan ku ada seorang laki-laki yang mendekatiku dan Ita. Perawakannya tinggi , dengan muka yang sangar ."Hey kalian berdua gak dengerin apa itu kakaknya di depan lagi ngomong"

"Iya kak" . Sahutku bersamaan dengan ita

Laki-laki tetap berdiri disamping kami setelah menegurku . Tinggi tubuhnya bisa dibilang lumayan tinggi dan pas sekali menutupi cahaya matahari yang dari tadi menyilaukan mataku . Cuaca hari ini sangat terik . kepalaku rasanya ingin meledak . Pemaparan dari ketua HIMA juga tak kunjung usai membuat kakiku hampir mati rasa karena berdiri .

"Kak , ada yang pingsan !" Teriak wanita di sebelah kiri Ita

Ternyata ada seorang calon mahasiswa yang pingsan akibat mimisan . darahnya sangat banyak bahkan mengalir mengenai kemeja putih yang dia gunakan . Kepalaku mendadak pusing melihat darah yang keluar dari hidungnya . Matahari terlalu terik seakan mendukung kepalaku yang sedang berputar-putar . Dalam hitungan detik badanku limbung ke arah tanah .

"Giaaa..." teriak Ita seketika

Laki-laki yang berdiri di sebelahku tadi tanpa pikir panjang langsung membopongku menuju ke ruang UKS .

"Kak aku ikut ya kak ? " tanya ita .

"Ngapain kamu ikut , itu dengarin kakaknya yang lagi ngasih pengarahan "

Kakak tingkat itu membawaku langsung ke UKS yang jaraknya lumayan jauh . Tambah lagi berat badanku yang bisa dibilang tidak terlalu ringan juga . Dia berusaha sekuat tenaga mencapai UKS ."Hei bantuin dong ada yang pingsan nih" teriak laki-laki yang membopongku saat berada di depan pintu UKS

"Gak bisa win udah penuh " jawab dari kakak tingkat yang lain . kebetulan UKS dalam kondisi sangat penuh . Banyak calon mahasiswa yang tak tahan dengan teriknya matahari hari ini yang membuat mereka jatuh sakit.

Erwin namanya . laki-laki dengan tinggi kurang lebih 178 cm .berparas lumayan tampan . Mengenakan setelan celana jeans hitam dan jas almamater itu terlihat terengah-engah membopongku yang masih dalam keadaan pingsan

"Calon dokter kok pingsan sih dek lihat darah " . Dia berkata sembari menatapku yang tak berdaya

"Win bawa aja ke kelas anak akutansi sebelah tuh , luh tidurin deh tuh bocah di atas tandu sementara "

"Oke deh , tapi luh siapin tandu bawa kesono ya "

"Siap kapten "

Erwin bergegas menuju kelas akutansi . laki-laki berusaha agar aku dapat segera sampai dikelas akutansi. Berat badanku yang tidak ringan ini membuat Erwin cukup kewalahan . tetapi dirinya tak mau berpikir panjang. Dia cukup berhati-hati dan berkonsentrasi agar dia tak menjatuhkan diriku . Tangannya mulai terasa nyeri karena sudah tak mampu menahan berat badanku . Aku tidak terlalu berat hanya sekitar 55 kilogram bisa dibilang berat badanku ideal seimbang dengan tinggi badanku yang hanya 160cm menurutku.

Saat tandu sudah di persiapkan . Erwin meletakan diriku perlahan di atas tandu . Dia mencoba melepas dasi hitam yang kupakai agar aku dapat bernafas . dia melepas dasiku , membuka kancing baju yang mengikat leher . Tiba-tiba terdengar suara perempuan diambang pintu .

" Hei , kating Brengsek ... !! Jauhin gak tanganmu dari badan temenku ... gila ya bukannya di bawa ke UKS malah di bawa di kelas yang sepi lagi !!... luh gak bisa apa lihat cewek bening dikit... !! "

Ternyata suara itu berasal dari Ita . Dia diam-diam mengikuti kami dari jauh . Ita merasa tak tenang . dirinya khawatir jika terjadi sesuatu terhadapku . dia hanya ingin menemaniku tetapi Ita justru salah paham tentang kejadian yang sedang dilihatnyaitu

"Kamu ngapain disini bukannya tadi udah di suruh merhatiin acara di depan !".

Ita mulai berjalan mendekat sembari mengangkat tangan kanannya ."Gak usah ngalihin pembicaraan deh , dasar brengsek !" . Satu tamparan keras mendarat di pipi Erwin tersebut. Bekas tamparan Ita terlihat memerah di pipi Erwin . kini raut wajah Erwin mulai berubah. masam dan kesal terpampang jelas di wajahnya .

Dengan sedikit tinggi Erwin membantah kata-kata dari Ita itu "Eh bocah kalau gak tau apa-apa mending pergi deh"

"Gak bisa aku gak mau ninggalin temenku sama orang mesum kayak kamu!"

" Apa mesum ?? Luh bilang apa tadi !"

"Iya mesum kenapa ?"

"Asal lu tau ya jangan ngarang deh kalau ngomong , mending balik sana ke halaman !"

"Gak bisa aku gak mau ninggalin gia sendirian sama orang kayak kamu !"

" Ngeyel banget sih , bocah !".

"Makanya jadi orang tuh jangan mesum , biar orang percaya !"

"APA LUH BILANG !! , SIAPA YANG MESUM BOCAH !!" . Nada bicara Erwin kian meninggi . Suaranya terdengar hingga ruang UKS

"Siapa lagi kalau bukan luh , brengsek gak tau diri lagi !!"

Perdebatan Ita dan Erwin kian memanas . Tak lama kemudian ada seorang kakak tingkat dari ruang UKS menghampiri mereka berdua untuk menyudahi pertengkaran mereka "Kalian kenapa sih ribut banget !"

"Woy jon , jelasin sama cewek gila ini kalau gue gak punya niat jahat sama temennya yang lagi pingsan ini "

" Mana mungkin , wajah-wajah mesum kayak gitu ! " sela Ita

"Sudah jangan ribut , oke .. aku bakal jelasin jadi begini nona , Erwin tadi bawa temen kamu buat masuk ke UKS berhubung UKSnya penuh kita usulin di bawa ke kelas sebelah terus di tidurin di tandu biar gak desak-desakan di UKS begitu "

Mendengar penjelasan tadi membuat Ita terdiam seribu bahasa . Dia hanya tertunduk malu memikirkan apa yang sudah diperbuatnya tadi .

"Udah jelas kan sekarang , tadi aku cuma mau buka dasi dia aja nih biar gampang nafasnya gak ada niat lain juga "

"Iya maaf kak , aku takut aja kak tadi"

Disaat mereka tengah menyelesaikan masalah . aku mulai terbangun dan melihat sekitarku . Aku melihat ita yang berdiri di sebelahku . Tanpa pikir panjang ku raih tangan Ita .

" Gia kamu dah bangun ? "

" iya nih ta , tapi kepalaku pusing banget rasanya "

"Ya udah istirahat dulu gih "

"Iya dek , istirahat aja dulu sampai bener-bener mendingan baru lanjut ke OSPEK " kata Erwin .

"Makasih kak "

***

Hari ini adalah acara pengukuhan mahasiswa baru Universitas Negeri. Didalam acara tersebut akan di resmikan seluruh calon mahasiswa baru menjadi mahasiswa Universitas Airlangga .Sekitar jam 04.00 WIB . aku bangun tidur lalu mempersiapkan diri di hari pertama menjadi seorang mahasiwa. Jam dinding menunjukkan pukul 6 pagi dan aku sudah berada gedung Airlangga Convention Center .

Ratusan calon mahasiswa berkumpul untuk memasuki gedung ACC atau disebut juga Airlangga Convention Center .Airlangga Convention Center merupakan gedung kebanggaan Universitas Airlangga . Gedung megah tersebut memiliki 2 lantai biasanya digunakan sebagai tempat wisuda maupun tempat pertemuan keluarga besar Universitas Airlangga . Pada saat ini gedung Airlangga Convention Center juga dapat digunakan masyarakat umum maupun para pebisnis yang ingin menggelar sebuah acara.

Semua calon mahasiswa sudah berada di dalam gedung . Acara dimulai dengan di resmikannya mahasiswa baru. acara pertunjukan juga ditampilkan dari tiap -tiap kelompok mahasiswa baru. Sebelumnya para calon mahasiswa telah dibentuk dalam beberapa kelompok yang terdiri dari beberapa jurusan yang berbeda. Hal tersebut bertujuan agar calon mahasiswa baru dapat mengenal satu sama lain walau berbeda jurusan.

Amerta atau disebut juga Ospek di kampus-kampus lainnya, Amerta dilaksanakan selama 6 hari berturut . Banyak kegiatan yang dilakukan aku dan mahasiswa baru lainnya , salah satunya adalah kegiatan sosial seperti mewawancarai dan membantu masyarakat seperti tukang becak maupun tukang sapu jalan .

" Akhirnya penutupan amerta juga ya Gia " Raut wajah gembira telihat dari sabahat SMAku itu .

" Iya ta , seneng banget akhirnya bisa pake jas almamater ".

"oh iya kamu tinggal dimana Gia ?"

"aku tinggal di perumahan deket AAL "

"Gia kenapa kamu akhirnya masuk kedokteran padahal darah terlalu banyak buat kamu pingsan ?" sejenak ita menatap wajahku . Ita mengenalku bukan dalam hitungan hari tetapi dalam beberapa tahun . Sehingga Ia tau apa yang paling ditakuti teman dekatnya itu.

"Kamu tau sendiri memang cita-citaku menjadi dokter ta ". Sembari aku menundukan kepala.

Dengan sigap tangan Ita merangkul bahuku "iya aku tau kamu pasti bisa kok Gia , semangat ya cantik ".