Hari ini rencananya aku akan berangkat ke Jakarta bersama Ita , tetapi sebelum itu aku harus meminta ijin mamaku . Kemarin malam Ita sengaja menginap di rumahku agar memudahkan kami berangkat bersama ke bandara internasional Soekarno-Hatta untuk penerbangan pagi ini.
Seperti pagi biasanya mama sibuk mempersiapkan sarapan di dapur . Aku mencoba mendekatinya perlahan dan meminta ijin ."Mah, hari ini aku mau brangkat ke Jakarta ya ?" . Mama menghentikan aktivitasnya sejenak , ia mematikan kompor yang sedang menyala dan berpaling menatapku. "Kamu mau ngapain ke Jakarta ?". Mama menatap seraya menelisik kedalam mataku . Mungkin ia menginginkan jawaban yang tepat dari ku tetapi hal tersebut membuatku menjadi gugup serta terbata-bata saat akan menjawab apa tujuan dari kerpergianku itu . "Emmm .... mmm aku ...aku" .
"Kamu tau keadaan kamu itu dalam bahaya bisa-bisanya kamu minta ijin buat ke Jakarta !". Mama melipat kedua tangannya didepan dadanya.
"Tapi mah , aku udah beli tiket pesawat ."
"Apa !"
"Mah , percaya ... aku bakal nyelesaiin masalah ini dan menikah, aku brangkat sama Ita hari ini, mah !"
"Kamu keras kepala , mama bakal ijinin tapi kamu harus tinggal dirumah keluarga Rey Hardian !"
"Tapi mah ...."
"Gak ada kata tapi cuma di keluarga Rey mama bisa tenang karena disana sudah pasti kamu ada yang menjaga !"
"Tapi kak Rey lagi dinas di Lampung"
"Gak ada kata tapi !"
"Maaamaaa...."
"Mama telfon keluarga Rey dan bilang untuk jemput kamu sama Ita dibandara begitu kalian tiba , kalo kamu tetep gak mau gak ada ijin buat ke Jakarta !" . Mama tetap memaksa .
Dengan berat hati aku menyanggupi syarat yang diberikan mama itu. Satu hempasan nafas kuat aku lakukan sebelum menjawabnya. "Oke..."
Setelah diskusi yang cukup rumit dengan mama ,aku bergegas kembali naik ke kamar dan membangunkan Ita yang sedari tadi masih tertidur lelap.
"Ta , bangun!" . Sembari aku goyangkan tubuhnya tetapi Ita masih tetap memejamkan matanya . Waktu sudah menunjukan pukul 7 dan kami harus segera bersiap untuk berangkat ke bandara .
Ita masih belum membuka matanya walaupun sudah kucoba berkali-kali untuk membangunkannya . Aku sudah kehilangan kesabaran pada akhirnya, ku ambil sedikit air dalam gayung dan segera memercikan pada muka Ita . "Ta , bangun sebelum satu ember aku tumpahin ke wajahmu !" .
Ita memperlihatkan reaksi yang signifikan ,perlahan ia mulai membuka matanya. "Ahh... iya bangun , basah tau !" . Sembari ia masih mengucek kedua matanya secara bergantian .
"Ta , aku punya kabar gak enak " . Aku mencoba menjelasakan kepada sahabatku itu tentang apa yang mama katakan sebelumnya padaku.
"Apa !" .
"Mamaku , ngasih ijin kita ke Jakarta tetapi dengan syarat aku sama kamu harus tinggal dirumah kak Rey !"
"Wah gila... kamu baru minta ijin sama mamamu ?"
"Iyaaa...."
Ita membuka matanya lebar, menatapku serius dan berkata . "Terima aja yang penting kita bisa ke Jakarta dan ambil catatan Dito buat nyelesaiin ini semua , Gya!".
"Udah aku setujui makanya buruan bangun mandi terus kita bandara !"
"Hehe ... iya iya aku mandi nih " . Ita segera menuruni kasur lalu beranjak pergi menuju kamar mandi .
***
Aku dan Ita sudah selesai bersiap dan sedang menyantap sarapan di meja makan. Sementara mama tengah sibuk dengan percakapannya di telfon . Disana juga ada kedua adikku yang tengah menyantap sarapan . "Kak , mau kemana ?" . tanya si kecil Helma .
"Kemana yaa... kasih tau gak ya ?" . Aku sedikit menggoda adikku itu.
"Jalan-jalan dong" . Potong Ita
Helma memasang wajah cemberut . "Hmmm gak ngajak aku !"
"Kakak males bawa anak cengeng " . Jawabku semakin membuat Helma kesal .
"Emmm bener anak kecil di rumah aja ya " . Timpal Ita
Helma mengerutkan dahinya , sementara matanya menatap tajam dengan bibir yang hampir dapat dikucir . Pemandangan yang cukup membuatku senang .Namun Nety, adiku memecah itu semua . "Sudah bercandanya kak Gya , kak Ita dan kamu helma gak usah ikut campur urusan orang dewasa lebih baik nanti kita ke supermarket beli es krim, mau ?" .
Raut wajah Helma langsung berubah , simpul di bibirnya juga berganti dengan senyum lebar dan mata berbinar . "Yeay mau mau !" .
Mama yang telah menyelesaikan percakapannya di telfon menghampiri kami yang sedang makan. "Nety , Helma kalau makannya sudah selesai boleh mama mau bicara dengan kak Gya dan kak Ita ?" .
"Boleh ,mah " . Nety segera membereskan makannya dan ia tak lupa mengajak Helma bersamanya .
"Ta , boleh tante minta sesuatu ?" . Mama mengawali percakapan yang terkesan sangat serius itu
"Iya tante, boleh" . Ita menegakkan posisi duduknya dan mulai fokus terhadap apa yang mama akan katakan padanya.
"Ta , tante titip jagain Gya , tante mau kamu ikutin kemanapun Gya pergi saat kalian di Jakarta , tante masih khawatir kalo ada teror lain lagi dari Arlin ke Gya"
"Siap laksanakan , tan !" . Jawab Ita sembari memberi hormat.
"Buat kamu Gya , mama minta ke keluarganya buat antar kalian pake supir keluarga mereka biar aman "
"Tapi mah ..."
"Emmm gak ada kata tapi ,pokoknya mama gak mau ada kejadian kyak kemarin lagi kamu harus nurut aja !"
"Udah , setuju aja !" . Desak Ita
"Oke , ma" .
"Buat selanjutnya mama sudah minta ijin dengan keluarga Rey Hardian biar kalian bisa tinggal dirumahnya selamanya seminggu dan mama minta kalo kalian tetep bandel nanti akan antar paksa pulang ke Semarang dan satu lagi orang tua Rey akan ada acara di Bandung selama 2 hari . buat kalian jangan macem-macem waktu gak ada orang tua Rey !" . Syarat tambahan dari mama.
Mendengar bahwa orang tua Rey akan ada acara membuat ide nakal bermunculan didalam pikiranku. Senyum lebar mulai mengembang di wajahku . Aku melirik ke arah Ita dan memberi kedipan mata tanda sebuah isyarat . "Baik ma!" . Jawabku singkat .
"Oke , tante !" . Sahut Ita .
"Sudah jam delapan , kalian berangkat ke bandara sana " . Perintah mama
"Iya mah lagi pesen taksi online ini ma!" . jawabku.
Aku dan Ita memang sengaja memesan taksi online karena kami berdua tak ingin merepotkan mama untuk mengantar kami ke bandara. Disamping semua yang telah aku lewati pagi ini ada satu hal yang menggal dalam hatiku . APAKAH KEPUTUSANKU BENAR ? . Kalimat itu yang terus menganjal bahkan dalam pikiranku. Namun aku berusaha untuk tetap tenang sementara itu Ita menyadari kegelisaan itu dari keringatku yang terus menetus menuruni pelipis kepalaku. Ita menatapku sembari memegang tanganku dan berkata . "Kamu benar , kita akan selesaikan ini semua" .
Aku membalas tatapan Ita dan menjawab pertanyaannya dengan satu anggukan cepat serta senyuman. Aku tak dapat menemukan kata yang tepat untuk menjawab pernyataannya tersebut sehingga hal itu yang aku lakukan sebagai isyarat membenarkan perkataannya .
Taksi online yang aku pesan sudah tiba didepan rumah , aku dan Ita segera berpamitan dengan mama. "Ma, taksinya udah di depan"
"Wah , cepat sekali" . Jawab mama .
"Tante , saya sama Gya pamit dulu" . Ucap Ita sembari mencoba menggapai tangan mama untuk berpamitan.
"Ma, aku berangkat dulu ya "
"Iya nak , kalian hati-hati dijalan , nanti sampai diJakarta supir keluarga Rey Hardian akan menjemput kalian berdua !" .
Aku dan Ita bergegas keluar dari rumah setelah selesai berpamitan dengan mama . Aku serta Ita mulai menaiki taksi online dan pergi menuju bandara, namun sepanjang perjalanan aku terus berpikir bagaimana caraku dapat menemukan Adi sementara aku dan Ita hanya memiliki waktu seminggu dan kami tinggal dirumah keluarga Rey nantinya.
Sebagai seorang tamu aku dan Ita tak mungkin dapat keluar masuk dengan bebas dirumah tersebut. Dimana rumah itu merupakan rumah keluarga pejabat polisi . Ayah Rey merupakan seorang jendral sementara Ibu dari Rey Hardian juga merupakan aktivis . kemungkinan sesampainya di rumah keluarga Rey aku akan merubah rencana yang sudah aku susun nantinya.