Setelah hidung Gabby berhenti mengeluarkan darah Michael membuang tisu bekas perempuan itu. Saat Michael kembali di hadapan Gabby, perempuan itu memberanikan dirinya untuk bertanya.
"Apa habis ini kamu harus berlatih main piano?" Tanya Gabby pelan.
"Hm." Jawab Michael singkat, tangan kanannya merapikan rambut basah Gabby.
"Kamu nggak bosen?" Tanya Gabby. dia yang setiap kali melihat Michael bermain piano saja merasa sedikit bosan.
Michael menurunkan tangannya lalu berpikir sebentar, "Itu sudah rutinitas ku, jadi aku sudah terbiasa."
Saat tidak menerima jawaban dari Gabby, Michael menghembuskan nafasnya lalu bertanya, "Memangnya kenapa?"
Gabby melihat Michael dengan mata yang berbinar-binar lalu memeluk pinggang laki-laki itu, "Suamiku..."
Mendengar hal itu membuat Michael merasakan ada yang tidak beres. Dia melepas pelukan Gabby lalu memegang pundak perempuan itu, "Ada apa?"
"Keluar yuk! Kita main basket." Saran Gabby.
Mata Michael terbelalak kaget dan melihat ke jendela kamarnya. Langit sudah gelap dan Gabby mengajaknya bermain basket? Di malam hari?
"Ini sudah malam, besok kita harus ke sekolah." Michael menggelengkan kepalanya.
Gabby melipat tangannya lalu berdiri dari tempat tidur Michael. Dia berjalan ke arah pintu dan menoleh, "Ya sudah kalau gitu, aku main sama teman-temanku saja."
"Kalau misalnya aku jatuh terus terluka aku akan meminta temanku untuk mengobatiku." Lanjut Gabby. Dia sudah tahu cara yang ampuh agar Michael menuruti permintaannya.
Michael menghela nafasnya lalu duduk di atas tempat tidurnya, "Memangnya mau main dimana?"
"Di perumahan sini kan ada lapangan bola basket." Seru Gabby. Perempuan itu berusaha untuk tidak tersenyum, "Ayolah, aku jamin main basket itu lebih seru daripada bermain piano."
Sebenarnya dari dulu Michael tidak menyukai olahraga. Dia lebih memilih untuk membaca buku atau bermain piano. Tapi saat melihat wajah Gabby yang memelas dia tidak bisa menolaknya.
"Baiklah." Jawab Michael, dia melangkahkan kakinya ke lemari baju.
--
Sesampainya di lapangan bola basket tangan Gabby langsung ditarik oleh teman perempuannya. Gabby menoleh ke arah Michael lalu berteriak, "Tunggu disana sebentar ya!"
"Gabby! Dia mau ikut main sama kita?" Tanya teman perempuan Gabby, Tashia, saat jarak mereka sudah cukup jauh dari Michael.
"Iya, tadi aku minta dia datang menemani ku." Gabby menganggukan kepalanya.
Tashia mengedipkan matanya beberapa kali seakan-akan tidak mempercayai apa yang didengarnya. Dia memiringkan kepalanya dan melihat Michael dari kejauhan. Angin malam yang dingin meniup rambut laki-laki itu.
Wajah Tashia memerah saat menyadari kalau Michael melihat ke arahnya dari tadi. Tashia hanya pernah ketemu Michael sekali atau dua kali, itupun hanya berpapasan. Sejak awal bertemu Tashia selalu menganggap laki-laki itu adalah pangerannya.
Tashia membenarkan rambutnya lalu menarik tangan Gabby untuk mendekat ke Michael. Perempuan itu memperhatikan wajah Michael berubah saat dia mendekat. Senyuman hangat menghiasi wajah laki-laki itu.
Michael melangkahkan kakinya dan Tashia sudah siap-siap untuk disapa oleh laki-laki itu. Saat Tashia ingin melambaikan tangannya dia melihat Michael berjalan melewatinya.
"Jangan jauh-jauh." Rengek Michael lalu memegang pergelangan tangan Gabby.
Tashia menoleh dan melihat Gabby tertawa kecil saat melihat Michael. Tashia merasa malu karena dia pikir selama ini Michael sedang tersenyum ke arahnya. Dia menggigit bibir bawahnya lalu berjalan menjauh meninggalkan mereka.
"Kamu sudah pernah main basket nggak?" Tanya Gabby.
Michael mengerutkan keningnya lalu menggelengkan kepalanya, "Belum. Waktu sekolah saja aku cuman diam di tengah lapangan."
"Hahaha, baiklah kita main berdua saja dulu." Ujar Gabby, dia menarik tangan Michael dan mengajaknya untuk berdiri di ujung lapangan.
Gabby mengajak Michael untuk pemanasan selama tiga menit. Baru pemanasan saja laki-laki itu nafasnya sudah tersengal-sengal. Wajahnya memerah dan dia berjalan untuk mengambil air minum yang tadi dibawanya.
"Aku baik-baik saja, aku cuman haus." Michael cepat-cepat menaruh botolnya saat melihat Gabby mendekat.
"Iya terserah kamu." Gabby memutar bola matanya lalu menyenggol lengan Michael.
Saat Michael ingin membalas Gabby dia melihat ada bola basket yang menggelinding ke arah mereka. Dia melihat bola basket itu lalu mendengar suara laki-laki dari kejauhan.
"Eh, Gabby lemparin bolanya dong." Laki-laki itu memakai baju tanpa lengan dan poninya di ikat ke atas.
"Gak mau. Ambil sendiri." Gabby menoleh lalu mengeluarkan lidahnya ke arah laki-laki itu.
Mereka pasti teman dekat, gumam Michael dalam hati.
"Huh dasar, masih marah ya?." Laki-laki itu berjalan mendekat ke arah mereka.