Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Am I A Game For You?

Sefthiana_intan_Rg
--
chs / week
--
NOT RATINGS
5.8k
Views

Table of contents

Latest Update2
1. Meet4 years ago
VIEW MORE

Chapter 1 - 1. Meet

Aku, Nameera Isyailla berdiri di atas panggung dihadapan banyak orang, mempresentasikan dan

memperkenalkan Universitas tempat kuliahku.

Hari ini sebulan sebelum kelulusan para siswa siswi SMA/ Sederajat. Jadi beberapa Universitas juga para siswa maupun siswi dari daerah sekitaran Balai Kartini Jakarta, berkumpul disini, entah memang ingin

mengenal macam macam Universitas, atau hanya sekedar mencari teman ataupun gebetan, mungkin.

Kami di beri waktu 30 menit untuk memperkenalkan Universitas kita masing masing, dan juga memberi kesempatan tanya jawab kepada para siswa- siswi jika memang ada hal yang ingin ditanyakan.

30 menit ku selesai, aku menjelaskan nya secara rinci sehingga tidak banyak hal hal yang ditanyakan kembali.

Aku kembali ke stand tempat Universitas ku, ngomong-ngomong aku mendapat sesi terakhir, jadi setelah aku turun, panggung hanya di isi oleh hiburan-hiburan semacam tarian daerah, dance, atau bahkan nyanyian.

Aku tidak menyangka setelah aku turun dari panggung, aku dikuti oleh rombongan siswa-siswi hingga aku

sampai di stand, kurasa aku melakukan nya dengan baik, presentasi tadi maksudku.

Aku mernbiarkan teman - temanku yang melayani mereka, karena aku ingin istirahat.

"Cape banget kaya nya." Ucap Vera Azarine, salah satu temanku yang sedang membawakan sebotol air mineral untuk ku.

"Makasih, Nadine mana?"

"Tuh, sibuk ngurusin dede dede gemezzz," Jawab Vera sarnbil menunjuk Nadine dengan dagunya.

"Gak ikut bantuin Lo?"

"Udahan, bentar lagi juga selesai itu."

Memang hanya tinggal beberapa siswa saja yang berada di stand, ku, aku pun beranjak bangun.

"Kemana?" segah Vera.

"Beres-beres, bentar lagi kan pulang."

"Bantuin gak?"

"Terserah."

Pada akhirnya Vera tetap membantu ku, meski tidak ku minta. jadi untuk apa aku repot-repot

mengemis bantuan kepadanya.

Acara selesai, stand milik ku dan lain nya juga sudah mulai di robohkan.

"Makan dulu yuk, laper gue." Ajak Nadine.

"Iya nih" ucap Vera setuju.

"Yaudah, ayu" Ujarku

"Hng,, bentar-bentar perut gue mules, anterin ke kamar mandi please," lagi dan lagi, Nadine

dengan segala mau nya.

"Lo aja berdua, gue tungguin di mobil."

"Okey deh ayo Ver," jawab Nadine semangat, sambil menarik tangan Vera mengajaknya berlari. Kurasa dia sudah tidak bisa menahan nya lagi.

Akupun berjalan sendiri di koridor menuju parkiran. Saat di ujung koridor, aku mendengar bunyi

ribut seperti orang berkelahi.

'Inget kata ayah Ra, Gak usah ikut campur urusan orang lain' Ucapku dalam hati mengingatkan diriku pada pesan ayah.

Sayang nya, saat itu Hati dan Tubuh ku tidak sejalan. Hati ku terus terusan menyuruh ku berhenti,namun berbanding terbalik dengan Kaki ku yang malah melangkah semakin mendekati. Memang susah jika melibatkan Hati dan Otak yang tidak akan pernah sejalan.

"Gak berani lo taruhan sama gue, ngedapetin tu cewe?"

"Emang dasarnya cupu"

"Lo kira Cewe itu barang yang bisa dijadin bahan taruhan"

"Haha sok banget anak dari wanita jalang juga."

Bugh

Benar saja, ada dua orarng lelaki yang masih menggunakan seragam sekolah yang sudah

berantakan, entah itu kancingnya lepas, atau bahkan sobek, Mereka sama sama sudah babak belur.

Banyak yang menonton, tapi mengapa tidak ada yang berani melerai, tidak, sebenarnya ada, hanya dua sampai empat orang, hanya saja mereka sudah lelah karena

tidak sengaja dijadikan korban salah sasaran.

Entah apa yang terjadi pada ku saat itu aku malah menjerumuskan diriku sendiri ke perkelahian mereka.

Aku menarik salah satu siswa yang memang tempat nya lebih dekat dengan ku.

Bodoh. Aku dengan tubuh sekecil ini, mana mungkin bisa. Dan akhirnya aku maju memeluknya erat.

Aku sudah seperti wanita mesum sekarang ini, astaga.

Tapi, ternyata caraku berhasil. Ku rasa dia membalikan tubuhnya.

Dia menatapku lekat dan memegang tangan ku untuk melepas pelukan ku mungkin maksudnya. Aku melihat nama nya dibadge yang terpasang pada seragamnya ALVIAN ALDEN R. lalu aku kembali mendongak untuk melihat wajahnya, tinggi ku hanya sedagu nya oleh karena itu aku masih harus mendongak agar bisa melihat wajahnya.

"Eh, kakak cantik. Mundur dulu ya, nanti malah cantiknya kena bogeman kayak gini nih" Ucap nya

sambil menunjukkan bogeman tangan nya. Buku buku jari nya terlihat merah dan sedikit terluka.

ia lalu menarik ku ke pinggiran, namun masih belom jauh dari sana.

"Nyuri start lo ya, katanya gak mau, tapi tetep aja dideketin, Munafik." Ucap lawan nya tadi, yang membuat nya langsung berlari dan memberinya pukulan tepat di pipinya,

Sia sia saja pelukan Ku, yang sudah meruntuhkan harga diri ku, ini. Namun kebodohan ku

membuatku lagi dan lagi melerai mereka. Namun ada seorang siswa yang berpakaian rapi juga menggunakan kacamata menghentikan langkah ku.

"Percuma Kak, Gak bakalan bisa."

"Ya terus gimana, didiemin juga malah gue yang dapet masalah. Mending lo bantuin gue deh,"

"WOY UDAH KEK, KAYAK ANAK KECIL TAU GAK" Teriak ku tapi sama sekali tidak di hiraukan

mereka. Akupun semakin maju dan lagi lagi, menarik salah satu tangan mereka, kali ini aku menarik lawan nya.

Bugh

Aku terjatuh, pipi ku terasa sangat kebas dan sakit yang membuatku ingin menangis. Iyaa aku terkena salah satu pukulan.

"STOP"

Mereka berhenti, Melihat ku sekilas dan melanjutkan nya lagi.

"Lo yang cupu, bisa-bisa nya mukul cewe" Ucap orang yang tadi menyuruhku minggir.

"Gue gak sengaja, anjing"

Percuma aku sudah teriak -teriak dalam kondisi menahan sakit di pipi ku ini.

Tak lama, teman-teman ku datang, aku sedikit bersyukur. Setidak nya ada yang, ku kenal sekarang.

Nadine dan Vera langsung, jongkok disampingku

"Eh Ra lo kenapa?" Tanya Nadine,

"panggil satpam deh."

"Okey okey, Nadine langsung berlari memanggil satpam, sedangkan Vera melerai mereka. vera pernah belajar bela diri. Namun sama sepertiku tetap saja dia bahkan yang mengerti bela diri hampir kena tonjokan, untungnya serangan itu meleset hingga mengenai tembok. Satpam langsung datang dan mereka baru bisa dilerai setelah itu.

Orang orang yang menoton pun akhirnya membubarkan diri, hingga hanya tersisa aku, teman temanku, dan dua orang yang sedang di beri ceramah panjang lebar oleh satpam. Untungnya tidak ada kerusakan disekitar sini, jika sampai ada mungkin masalahnya akan tambah panjang.

Akupun baru bangun dari duduk ku. Iya dari tadi aku duduk untuk sekedar mengumpulkan energi

dan meredakan shock ku.

Saat aku ingin pergi, ada yang mencekal pergelangan tangan ku, dia orang yang tadi menyuruh ku

minggir. Aku menarik tangan ku kembali, namun tidak dilepas olehnya, perih. Dan ternyata memang ada luka ditanganku, semacam luka cakaran.

"Sakit." Ucapku berbisik pelan.

Dia melirik tangan ku,dan mengendorkan cekalan nya, sekarang malah terlihat seperti saling berpegangan. Karna tangan nya menggenggam tangan ku.

"Jangan pergi dulu." Aku hanya diam.

Akhirnya mereka disuruh pulang. Namun dia masih tidak berpindah tempat, begitu juga dengan

tangan nya.

"Hati hati lo kak, sama anak jalang." Ucap lawan nya tadi sambil mendengus, dan melirik tanganku dan tangannya yang masih menyatu. Sebelum akhirnya berlari. Tiba tiba tangan yang ada digenggaman ku terkepal, namun yang ada malah tangan ku yang dirematnya, kurasa dia ingin mengirim kepalan nya ke lawannya tadi. Aku menarik tangan nya agar dia tidak mengikuti orang yang sudah berlari menjauh itu dan berakhir berkelahi lagi.

Tangan perih, pipi kebas. Double kill bukan?

"Kak, Nama lo siapa deh?" ucapnya setelah satpam pergi, aku diam dan malah menyenderkan badan ku ke dinding, lelah. Dia menatap tubuh ku lekat.

"HEH, Mesum lo ya." Ucap ku menatap nya curiga,

"Hahaha, engga engga." Dia tertawa, Manis, Suara tawa nya pun terdengar nyaring dan enak di telingga ku.

"Gue nyari nama lo tapi ketutupan sama rambut lo," Memang Iya rambutku pas sekali panjang nya

untuk menutupi badge nama di almamater yang ku pakai.

"Heh lo berdua, nama dia siapa deh?" dia melontarkan tanya nya kepada teman ku yang masih setia menungguku. Aku menatap mereka sambil menggelengkan kepala dan jangan lupa dengan tatapan memohonku. Dan untungnya mereka mengerti itu, mereka tetap diam.

"Ck Yaela," Dia mendecak frustasi

"Gak apa-apa, setidaknya gua tau tempat lo kuliah" Aku menatapnya bingung,

"Yaudah deh kalo gitu," dia melepas tanganku, aku baru ingat dari tadi tanganku baru dilepas

olehnya. Anehnya tangan ku langsung merasa kosong setelah itu. Dia berjalan menghampiri salah satu temanku, Nadine. Dan membisiki nya, aku sama sekali tidak bisa mendengar karna jarak kita lumayan jauh.namun aku bisa melihat Nadine mengambil buku dan bolpoin nya, lalu menulis

sesuatu, merobeknya, dan memberikan nya ke Cowok yang sedang senyum senyum tidak jelas,

Aku curiga, ah biarkan, aku bisa bertanya dengan Nadine nantinya.

Setelah mendapat sesobek kertas, dia kembali kearahku.

"tunggu sampai gue kuliah disitu," dia menunjuk dada kiri ku, tempat dimana logo universitasku berada.

"Gue udah punya tunangan," tentu saja aku berbohong, namun entah kenapa aku ingin

adanya, jelas-jelas itu bukan jawaban yang tepat. Justu malah sama sekali tidak berhubungan dengan pertanyaan nya. Namun dia hanya tersenyum mendengar apa yang aku ucapkan tadi.

Kali ini senyum nya terlihat berbeda, terkesan tulus. Berbeda dengan senyum- senyum sebelum nya yang membuatnya terlihat seperti orang bodoh.

"Gue duluan" dia pun berlari, namun belum jauh dia tiba-tiba berhenti dan menengok lagi ke arahku.

Kali ini senyum nya terlihat berbeda, terkesan tulus. Berbeda dengan senyum senyum sebelum nya yang membuatny terlihat seperti orang bodoh.

"Gue duluan" dia pun berlari, namun belum jauh dia tiba tiba berhenti dan menengok Lagi ke arahku.