Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

KEMBALI

Ainunn
--
chs / week
--
NOT RATINGS
3.2k
Views
Synopsis
Uliya Zain ialah gadis remaja yang cantik namun cerewet, itu yang orang-orang terdekatnya ketahui tentang dirinya. Awal pertemuannya dengan seorang dokter muda di sebuah rumah sakit. Setiap harinya Uliya mulai terbiasa dengan kedatangan dokter itu ke ruangannya. Mengingat selalu perhatian-perhatian kecil yang diberikan dokter itu, sepertinya membuat hadirnya sebuah rasa terhadap dokter itu. Namun, hati Uliya selalu bertanya, apakah dokter itu mempunyai rasa yang sama? Terima kasih Ucap syukurku pada Sang Ilahi Kini telah kusadari jika kau tak akan kembali Kucoba ikhlas dan menguatkan diri Pergilah, sekarang tak ada lagi kata "kendati" Pulanglah, pada hati yang seharusnya kau singgahi Damailah, pada hati yang telah kau buat untuk menanti Selamat, kita saling terbebas dari rasa yang tidak diketahui -Uliya Zain-

Table of contents

VIEW MORE

Chapter 1 - Dokter Ganteng

Suara ketukan sepatu seseorang yang mendekat mengalihkan perhatian Uliya dari gadgetnya.

"Hai Uliya"sapa seseorang tepat dengan dibukanya pintu ruang Uliya dirawat.

"Saatnya makan siang" ternyata Dokter itu yang datang dan membawa makanan.

Aaah rupanya si dokter ganteng.

Uliya mengernyit heran, kenapa Dokter itu yang membawa makanannya? Masa iya dokter beralih profesi jadi perawat tidak mungkin. Dokter itu saja memakai snelli bukan pakaian perawat.

"Saya sengaja membawa makanan ini karena saya tahu jika kamu makan sendiri, pasti tidak akan dihabiskan" Jelas dokter, seperti tahu apa yang Uliya herankan.

Uliya jarang sekali menghabiskan makanan dari rumah sakit karena ya, hambar rasanya.

"Terima kasih Dok, letakan disitu nanti saya makan." Uliya menggerakkan dagunya sebagai isyarat menunjuk meja.

Setiap siang hingga sore Uliya hanya sendiri di ruangannya. Orang tuanya tidak bisa menemaninya, bukan tidak bisa, hanya saja Uliya memang meminta orang tuanya pulang karena dia memiliki adik, jika ditinggal maka siapa yang akan merawat adiknya.

Dan juga, orang tua Uliya mempunyai pekerjaan yang tidak bisa ditinggal.

"Tidak, kamu harus makan sekarang. Setelah makan saya akan periksa keadaanmu kembali" Dokter mendekat ke ranjang dimana Uliya sedang tiduran.

"Saya bisa makan sendiri Dok! sudah sana keluar!" ketus Uliya.

"Nanti. Kalau kamu sudah menghabiskan makan siangmu dan 2 butir telur rebus ini."senyum Dokter sambil mengupas kulit telur rebus.

"Yang benar saja! masa tiap hari gue harus makan telur rebus 5 butir. Lama lama bertelur juga gue." Umpat Uliya sangat pelan.

Iya, setiap hari Uliya dianjurkan makan telur 5 butir telur. 2 saat pagi dan siang 1 saat sore.

"Saya masih bisa dengar, Uliya. Dari pada kamu terus mengumpat, ini habiskan makan siangmu." Dokter memberi nampan yang berisi makanan. Uliya hanya bisa mendengus pasrah.

Uliya mulai melahap makan siangnya."Wah kamu begitu lahap jika makan ditemani saya ya" kata dokter tersenyum melihat Uliya makan begitu lahap.

"Dih pede banget sih, saya lahap karena tumben makanan ini enak! nggak ngaruh karena Dokter nemenin saya makan!" Dokter terkekeh

"Ya sudah,itu dimakan telurnya" Perintah Dokter pada Uliya.

"Sudah kenyang Dok, nih dimakan Dokter aja nggak papa, saya ikhlas" Uliya memberikan telur kepada Dokter.

"Saya yang bawa telur itu untuk kamu Uliya, percuma dong kalau saya yang makan. Katanya ingin cepat keluar dari rumah sakit, ya sudah nurut saja, kamu hanya disuruh makan telur bukan makan racun. Lagi pula makan telur tidak akan membuatmu bertelur. Tidak ada sejarahnya manusia bertelur." tutur Dokter panjang, sampai Uliya saja heran ternyata Dokter ini bisa bicara sepanjang ini. Karena dokter ini biasanya sangat cuek dan irit omong.

Dengan sangat terpaksa Uliya memakan telur itu. Disela Uliya mengunyah telur itu,

Uliya menyangga "Tapi saya pernah lihat berita Dok, ada kok manusia bertelur" hampir saja Uliya tersedak.

"Manusia itu melahirkan, Uliyaaa. Tidak bertelur." Dokter begitu gemas dengan pernyataan konyol Uliya.

"Serius Dok, saya pernah lihat di berita ada anak laki laki bertelur, bukan cuma satu dua butir tapi buaaaanyak Dok." sergah Uliya tidak mau kalah.

"Kamu terlalu cerewet. Makanya banyak membaca berita dan buku pengetahuan. Atau kamu bisa kuliah kedokteran nanti. Supaya kamu tahu apakah manusia itu bertelur atau tidak."Jelas Dokter yang tidak dipahami oleh Uliya sendiri.

Uliya mendengus kesal. Lalu memilih untuk memakan kembali sisa telur rebus yang belum habis."Dok, kapan saya bisa pulang?"tanyanya kepada Dokter

"Nanti kalau memang sudah sembuh."dijawab dengan wajah yang datar.

"Yailah Dok, sembuh menurut dokter kaya gimana sih? sampai saya bisa lari keliling tujuh kali rumah sakit ini?" tanya Uliya gemas.

"Iya kalau kamu mau."direspon Uliya dengan berdecak.

"Nanti juga ada saatnya kamu pulang. Tenang saja, rumah sakit ini juga sudah sangat bosan dengan kehadiranmu."jawab Dokter membuat Uliya kesal

"Dokter pikir saya Benalu!"diangguki oleh Dokter.

"Memang kamu merepotkan, makan saja harus dibawakan dan ditemani, terpaksa saya meluangkan waktu hanya untuk menemani kamu yang susah makan ini."Uliya kembali kesal dengan perkataan Dokter.

"Saya nggak nyuruh dokter, itu inisiatif Dokter sendirikan? Cih alibi. Bilang aja Dokter pengin liat wajah aku ini yang imut kaya IU penyanyi sekaligus aktris Korea iyakan?" Uliya tersenyum sambil mengedipkan mata.

Dokter itu hanya tersenyum melihat tingkah Uliya, dia sakit tapi seperti bukan orang sakit. Aneh memang.

"Ya sudah, saya cek keadaan kamu sini" Uliya memberikan tangan kanannya untuk mengecek tekanan darahnya.

"Aw Dok" pekik Uliya

"Kenapa?" Dokter sangat panik

"Nggak papa hehe"Uliya meringis.

"Arggghhh Dokterrrrr" teriak Uliya tepat di telinga dokter itu.

"Aish Toa" Dokter meringis sambil mengusap telinganya.

"Kenapa lagi?"

"Saya cuma ngecek dokter bolot enggak" sahut Uliya dengan cengirannya tanpa dosa.

Dokter masih saja mengusap telinganya.

"Orang bolot juga bakal dengar karena kamu teriak sangat kencang."

Begitulah Uliya, dia gadis yang jahil, cerewet, dan menyebalkan.

"Sudah diam! saya mau periksa keadaan kamu." geram dokter.

Uliya hanya diam saja saat Dokter mulai mengecek keadaannya.Tidak, Uliya tidak diam saja saat Dokter mengeluarkan sebuah suntikan yang sudah berisi cairan apalah namanya Uliya tak tahu itu.

"Huaaaa stop jangan suntik saya Dok, saya rela deh Dok makan telur 10 butir sehari, keliling tujuh kali rumah sakit? nggak papa deh, atau apa deh terserah dokter asal jangan suntik saya Dok"cerocos Uliya sambil memasang wajah sok cutenya.

"Heh Lebay" Dokter mengernyit.

"Yah saya udah lebay gini biar dokter ketawa, tetep aja muka dokter datar, kaku kaya kanebo kering."

Makan siang dan cek keadaan Uliya mulai dari tekanan darah dan lainnya sudah lelesai,Uliya menuruti saja apa kata Dokter itu karena Uliya sudah malas berdebat dengannya.

"HB kamu masih rendah. Jadi kamu masih butuh perawatan" tutur dokter sambil membereskan alat periksanya.

"Yasudah saya keluar. Selamat siang." Lanjutnya, lalu pergi begitu saja tanpa senyum dan perhatian layaknya dokter pada umumnya.

Uliya mengerutkan alisnya"Dih apaan deh tuh Dokter tadi masuk ramah banget lah sekarang ketus banget, nggak tahu cara wanita?!."

"Saya dengar itu, Uliya."