I.'M A PROTECTIVE FAIRY
Srak
Srak
Srak
Gesekan dedaunan kering akibat pijakan kaki terdengar cukup keras. Kaki panjang tak berbalut apapun menapak tanah dengan tergesa. Berlari menebas semak-semak yang melintang. Tujuannya ada di sebrang sungai Ancasmayu. Bangunan tua berupa kastil megah.
Surai birunya bergoyang diterpa angin. Sorot elang tak luput dari paras Yunani nya. Langkahnya terhenti, tepat di depan gerbang sebuah negri. Dari kejauhan terlihat kastil perak berdiri dengan kokoh, dengan keramaian yang mengelilinginya. Sebuah acara pernikahan di gelar begitu mewahnya di aula kerajaan. Ia melangkahkan kakinya. Semakin lama semakin cepat. Dan kemudian ia berlari sekencangnya menuju aula pernikahan. Ia pergi untuk memberi kejutan saat pesta.
Suasana pesta sangat meriah, walaupun janji suci belum di ucapkan. Mereka dengan sabar menunggu mempelai datang, untuk bersumpah sakral. Tapi bukan mempelai yang menginjakan kaki di altar, melainkan badai hujan yang menyapu seluruh negri. Datang tiba-tiba dan langsung memporak porandakan pesta. Air menggenang di seluruh penjuru. Angin kencang berserta guyuran air terus berjatuhan dari langit. Pesta yang semula begitu apik sekarang berubah menjadi mengerikan. Alam murka. Pikir mereka.
Raja dan Ratu sampai berdiri dari singgasana. Terkejut dengan datangnya malapetaka secara membabi buta. Bukan ulah alam, Raja tahu itu. Satu pikiran yang tertuju, ini ulah bangsa Asrais. Ratu gelisah, pesta kacau dan sumpah sakral tak jadi terucap. Ia terduduk lesu sambil merapalkan doa untuk ketenangan alam.
Badai mulai tenang, hanya tetesan tirta yang masih terjatuh dari cakrawala. Sepasang tangan kekar bersisik yang menghentikannya. Tangan itu pula yang menciptakan malapetaka ini. Ia berdiri di puncak menara kastil, di samping lonceng agung. Melihat hasil perbuatannya dengan jelas.
"Aku harus kembali" ucapnya sambil berlalu melebur bersamaan dengan air.
I'M A PROTECTIVE FAIRY
Suara lembut hembusan angin hutan terus terdengar. Hingga berhenti saat menerpa permukaan danau Melelina. Air danau yang semula tenang mulai berbuih. Menandakan suatu makhluk akan timbul dari dasar danau. Dan benar, surai biru menyala muncul ke permukaan karena merasa terpanggil.
"Apa kau puas?" Tanya makhluk air itu sambil berjalan mendekati daratan pinggir danau Melelina. Ia seperti sakit jiwa, seolah berbicara sendiri. Karena memang hanya dia yang nampak dan berwujud nyata.
"Tentu. Berkat bantuanmu" dedaunan kecil mengitari pinggiran sungai bersamaan dengan semilir angin. Perlahan berubah wujud menjadi sosok yang nyata dan tampak. Surai abu yang menyibak ke belakang, mata bak bulan sabit saat tersenyum, bibir tebal mengkilap semacam berpoles air gula manisan aprikot buatan ibunya. Sungguh sangat mempesona bak seorang dewa. Kemudian sosok nyata itu berjalan mendekat ke arah sang makhluk air.
"Terimakasih . Kau memang sahabatku" ucapnya sambil memukul main-main tubuh basah di hadapannya.
"Hn. Ayahmu pasti akan marah padamu" pemuda manik elang menjawab dengan suara beratnya. Mencoba memperingatkan seseorang bersurai abu itu. Yang tak lain adalah Elwood, Putra Mahkota Alvinsa. Mereka, orang terdekatnya biasa memanggil dengan sebutan El.
"Memang itu yang ku harapkan" ucapnya santai. Ia berjalan mendekati bangkai kayu, duduk di atasnya dan menatap lekat air biru. Menyugar surai abunya, dan menghela napas panjang. Wajah tampan bak seorang dewa kini menegang dengan rahang yang perlahan mengeras. Ia tak suka diatur. Ia tak suka diperintah. Ia lebih suka membangkang. Ia ingin menentukan abadinya sendiri. Maka dari itu ia melakukan hal mengerikan ini. Menyuruh sahabatnya, bangsa Asrais untuk menghancurkan pesta pernikahannya sendiri. Pernikahan itu bukan kehendaknya, melainkan kuasa ayahnya.
"Kau akan di hukum El" bangsa Asrais bernama Andres itu memperingatkan kembali. Namun El tetaplah El. Keras kepala dan tidak mau diatur.
Bangsa Asrais memang dikenal karena kekuatan dan sihirnya yang sangat kuat. Terbukti dengan Andres mampu memanggilkan badai di hari yang tenang. Tapi sihirnya masih kalah kuat dengan bangsa Sanziana. Bangsa keturunan Raja, pemimpin negri Alvinsa. Asrais adalah peri air yang hampir mirip dengan Mermaid dan Selkie. Mereka tumbuh dan lahir dengan cahaya bulan dan mempunyai sentuhan yang sangat dingin. Jika ada bangsa manusia yang tersentuh sedikit saja maka ia akan membeku seketika.
"Menurutmu hukuman apa yang akan ku terima untuk masalah ini?" El bertanya dengan nada penasaran namun menantang. Seolah siap dengan hukuman yang akan di layangkan padanya.
"Entahlah. Mungkin cukup berat. Semacam di tendang keluar dari negri ini atau menyegel kekuatan" monolog Andres membuat El menoleh padanya. Perkataan Andres ada benarnya juga. Bagaimana kalau ia menjalani hukuman di luar negri Alvinsa ini. Yang artinya ia akan di tempatkan di daratan bumi, tempat tinggal manusia. El tak mau itu terjadi. Setahunya manusia itu makhluk lemah, menjijikan, dan bodoh. Entah ia tahu dari mana. Intinya ia tak mau berdekatan dengan manusia. Bertemu pun sepertinya enggan. Berdoa saja agar ia tak dihukum di tempat macam itu. Tapi ia juga tak rela apabila kekuatannya di segel. Bisa apa dia tanpa sihirnya. Ia mulai sedikit takut sekarang.
I'M A PROTECTIVE FAIRY
Di sebuah ruangan berjendela besar dan menjulang tinggi, terlihat seorang Raja yang berdiri mematung menghadap ke arah jendela. Menatap rembulan besar nan cantik yang bersinar terang setelah dilanda badai. Pikirannya berkecamuk. Masalah satu dengan yang lain saling bertubrukan, menunggu untuk di selesaikan. Masalah mengenai malapetaka siang tadi. Dan masalah putranya yang tak pernah absen dalam hal membangkang. Serta masalah kehidupannya yang lain. Ia tak habis pikir bagaimana bangsa Asrais sanggup berkhianat pada pemimpinnya hanya karena putranya. Raja tau penyebab badai hujan siang tadi, itu ulah Andres, bangsa Asrais. Lebih tepatnya sahabat putranya, Elwood. Asrais tak akan bertindak sejauh ini jika tak di beri perintah dari yang lebih kuasa. Ia merutuki El yang berani memberi perintah pada bangsa Asrais untuk menghancurkan pernikahan kerajaan.
Pernikahan akan dilaksanakan demi meneruskan garis keturunan Raja. El adalah pewaris tunggal Kerajaan Alvinsa. Raja sudah semakin tua dan membutuhkan El sebagai pewaris tahta. Tapi hal ini harus di dasari dengan adanya keturunan asli dari El. Barulah posisi sebagai Raja bisa digantikan oleh putranya.
Tapi sepertinya El enggan menikah dengan calon yang dipilihkan Raja atau pun Ratu. Semua tidak memenuhi standar yang El tetapkan. El bisa mencari pendamping hidupnya sendiri tanpa bantuan ayah dan ibunya. Ia hanya perlu waktu untuk hal itu.
"Yang Mulia" panggil Ratu. Ia melangkah mendekati tempat raja melamun. Ia khawatir pada Rajanya. Takut jika tiba-tiba sang Raja murka. Seperti kejadian yang lalu-lalu. Sang Raja hanya tersenyum manis, memperlihatkan dimplenya. Ekspresinya jauh dengan yang di bayangkan Ratu. Jauh lebih teduh dan tenang. Tidak marah. Ratu tak mau tertipu, ia tetap ingin bicara untuk meluruskan masalah ini.
"El—Elwood sepertinya dia—"
"Anak itu akan tetap ku hukum Ratu" perkataan Raja memotong kalimat yang akan disampaikan oleh Ratu. Itulah yang sedari tadi di takutkan orang nomor dua di Alvinsa. Hukuman untuk putranya pasti akan terjadi, cepat ataupun lambat. Bukan apa, tapi Raja akan selalu memberi hukuman yang mengerikan untuk satu pelanggaran kecil saja.
"Jangan terlalu keras saat menghukumnya Raja. Saya mohon" bela Ratu. Ia tak ingin anaknya berfikir bahwa kedua orang tuanya itu sangat jahat padanya. Ia dan Raja melakukan hal ini untuk kebaikan putra mahkota juga.
"Kemari lah!" perintah sang Raja. Ratu berjalan lebih mendekat. Dekapan tangan hangat menyelubungi tubuh sang Ratu. Pelukan Raja sungguh menenangkannya. Ia balas memeluk.
"Aku tak akan melukainya Tiana. Dia juga anakku. Pewaris tahtaku satu-satunya. Tak akan ku biarkan ia melenceng dari garis kehidupannya" ujar Raja pada permaisurinya itu, sambil menyapukan telapak tangan pada punggung Ratu Tiana.
"Aku tau Avery. Dan aku sangat menyayangi putra kita. Elwood" balas Ratu Tiana semakin menyamankan pelukannya.
"Aku pun sama"
Malam itu dipenuhi adegan-adegan romansa di kastil kerajaan Alvinsa. Pelukan hangat menyertai pasangan harmonis itu. Satu tujuan yang sama mereka lakukan demi putra mahkota Alvinsa. Tapi mereka tak menyadari bahwa yang mereka lakukan justru menyakiti perasaan dan jiwa seorang Jimin, sang Sanziana.
I'M A PROTECTIVE FAIRY