Chereads / The Magic High School In Another World / Chapter 4 - Bab 3: Sekolah Sihir

Chapter 4 - Bab 3: Sekolah Sihir

9 tahun kemudian aku sudah beranjak menjadi siswa sekolah mengah pertama. Didunia ini tidak ada sekolah dasar atau lainnya sebagai gantinya kami berlatih sihir hingga SMP ini.

"Elios kamu sudah siap?" Kata kak Lia.

"Sudah kak tinggal berangkat" jawabku.

"Kita akan berangkat bersama Mavis, tinggal kita tunggu saja dijemput oleh mereka" kata kak Lia.

10 menit kemudian Mavis dan Kakaknya datang menjemput kami berdua.

"Ayo kalian berdua naik" ajak kak Remi.

"Terima kasih sudah memberi kami tumpangan" kata kak Lia.

"Ayolah kita ini teman tidak usah berterima kasih" kata kak Remi.

Kami berdua naik dan berangkat menuju sekolah.

Pemandangan saat diperjalanan sangat indah ini adalah pemandangan yang belum pernah kulihat dikehidupanku sebelumnya, ya wajar sih diduniaku sana lebih banyak perkotaan daripada perdesaan dan alam yang asri ini.

Kami diperjalanan selama 30 menit sepertinya tidak terlalu jauh juga dari rumah kami.

"Akhirnya sampai juga ya" kataku.

"Perjalanan yang menyenangkan bukan? Haha" kata kak Remi tertawa kecil.

"Ah, sangat menyenangkan sekali aku belum pernah melihat pemandangan seperti ini" kataku.

"Kamu norak ah" ejek kak Lia.

"Tidak, emang bagus kok pemandangannya jadi wajar Elios terkejut" kata Mavis membelaku.

"Wah ada yang bela"

Kami masuk ke sekolah, sebenarnya ada ujian sihir tetapi karena kita baru datang jadi disuruh istirahat dulu deh.

"Bagaimana kalian berdua sudah siap untuk ujian sihirnya?" Tanya kak Lia.

"Tenang saja, ujiannya tidak sesulit yang kalian bayangkan kok" kata kak Remi.

"Apakah kami berdua bisa sekelas?" Dari tadi itulah yang kupikirkan.

"Oalah ternyata itu yang kamu pikirkan dari tadi toh, pembagian kelasnya sesuai seberapa kuat sihir kalian jadi jika Elios dan Mavis sama kuatnya atau lebih/kurang dikit akan tetap sekelas kok dan aku sekelas dengan si Remi ini" jelas kak Lia.

"Sihir kalian berdua terlalu kuat" kataku.

"Nanti kalian berdua bisa sehebat kami kok" kata kak Remi.

"Sudah ya, kami berdua kembali ke kelas dulu semangat untuk ujiannya!" kata kak Lia menyemangati kami berdua.

Mereka berdua meninggalkan kami.

"Bagaimana nih aku gugup sekali" kataku.

"Tenang saja kamu tidak sendirian kok" kata mavis.

10 menit kemudian pengumuman tentang ujian sihirnya. Kami berdua segera menuju lapangan dimana tempat ujian sihir tersebut diadakan.

"Baiklah murid-murid untuk ujian pertama hanya mengarahkan serangan kalian ke boneka didepan sana, ini semua tergantung seberapa kuat kalian menyerangnya minimal power untuk menghancurkan boneka itu adalah 550 jika kurang jangan khawatir kalian tidak akan dikeluarkan dari sekolah ini cuma saja akan dipisahlan nantinya antara yang bisa dan tidak bisa" kata guru kami.

"Maaf bu, ibu belum berkenalan" kata salah satu murid.

"Ah maaf, sebelum itu nama ibu adalah Rose panggil saja bu Rose baiklah sekarang langsung mulai saja ujiannya"

"Bagaimana ini Mavis?" tanyaku agak khawatir.

"Tenang saja kita pasti diatas rata-rata kok dan juga pasti kita akan sekelas" kata Mavis berusaha menenangkan ku.

5 murid akan maju bergiliran untuk test tersebut. Banyak murid yang semangat dan juga gugup.

"Elios mau maju bersama?" ajak Mavis.

"Ta-tapi aku belum siap" kataku.

"Tenang saja kita lakukan ini bersama. Lagipula kita tidak ingin berdiri lama-lama disini kan?"

"Ah baiklah, aku yakin pasti bisa melakukannya" kataku.

Kami maju kedepan...

"Ayo kita lakukan bersama, gunakan sihir yang waktu itu kita pernah pelajari bersama" kata Mavis.

"Ah iya ayo kita lakukan"

"Fire destruction"(Elios)

"Lightning destruction"(Mavis)

Hasil menunjukan 1200 poin, kami mendapatkan hasil yang sama.

"Kita berhasil melakukannya malah lebih diatas rata-rata, sudah kubilangkan yang penting yakin saja"

"Terimakasih atas dukungan mu dan aku sangat senang kita mendapatkan hasil yang sama"

"Masih ada 2 ujian lagi lho semoga saja kita dapat hasil yang sama lagi"

Kak Lia dan Kak Remi menghampiri kami berdua.

"Selamat kalian mendapatkan hasil yang sama" kata kak Remi

"Untuk ujian selanjutnya berpasangan 2 orang jadi tenang saja kalian berdua pasti akan masuk kekelas yang sama"

"Kak Lia dan Kak Remi diujian ini dapet berapa poin?" Tanyaku.

"Kami berdua dapat 3400 poin" kata kak Lia.

"Kalian berdua memang hebat" kataku.

"Biasa saja sih"

15 menit kemudian guru kami mengumumkan untuk ujian selanjutnya.

"Semangat ya kalian berdua untuk ujian selanjutnya" kata kak Lia.

"Kami pasti akan mendapatkan nilai yang bagus" kataku.

"Tentu saja" kata Mavis.

"Kalau kalian mendapatkan nilai bagus kami akan traktir kalian apapun deh dikantin nanti" kata kak Lia.

"Kami akan berjuang semampu kami" kata Mavis.

"Kalau begitu kami berdua pergi dulu" kataku

Kami menuju tempat ujian tersebut.

"Untuk ujian kedua ini berpasangan 2 orang jadi cari pasangan dahulu sebelum kita memulai ujian ini"

Murid-murid mencari pasangan untuk ujian ini, suasana yang ramai sekali.

"Teknis ujian kali ini membutuhkan 2 orang jadi kalian menggabungkan sihir kalian untuk menghancurkan kristal ini"

Ujian dimulai kami berdua mempersiapkan diri.

"Mavis kamu sudah siap?"

"Sudah lah, lagi pula kalau kita gugup nanti malah bisa tidak lulus ujian" katanya.

"Ah iya lagi-lagi aku merasa gugup"

"Sekarang persiapkan dirimu, habis ini kita maju" kata Mavis.

Sekarang giliran kami berdua.

"Ayo kita maju bersama!" Kata Mavis.

"Ayo!"

Kami berdua maju bersama.

"Tidak usah gugup, cepat genggam tanganku kita hanya perlu menggabungkan kekuatan saja" kata Mavis.

"Aku mengerti" aku menggenggam tangan Mavis.

Kami menggabungkan kekuatan dan...

"Ayo lepaskan bersama!"

Kristal itu hancur kami berdua sangat senang bisa lulus diujian kedua ini.

Setelah semua murid selesai melakukan ujian ini, bu Rose memberikan pengumumuman untuk ujian selanjutnya.

"Untuk ujian selanjutnya tetap bersama pasangan yang tadi ya! Diujian kali ini kalian semua akan menjelajahi dungeon secara berpasangan"

"Ini bagian yang kusuka, akan kubasmi semua monster tanpa sisa" kata Mavis dengan penuh semangat.

"Hei Mavis, bagaimana nasibku lagipula sifatmu lebih agresif dari biasanya" kataku.

"Kamu tidak ingin membasmi monster juga Elios? Padahal ini bagian paling seru lho!" Kata Mavis

"Pengen sih tapi tetap hati-hati ya, kalau nanti kenapa-kenapa kan repot nantinya" kataku sedikit mengkhawatirkannya.

"Tenang saja aku akan berhati-hati" jawabnya.

"Ujian akan segera dimulai persiapkan diri kalian"

"Aku sudah tidak sabar" kata Mavis penuh semangat.

Ujian dimulai, kami segera memasuki pintu dungeon yang terbuka lebar itu.

"Gelap sekali disini" kataku.

"Pakai api mu untuk menyalakan obor-obor diatas" kata Mavis.

"Baiklah akan ku nyalakan"

Aku menyalakan obor-obor yang tersedia didungeon ini.

"Huh, untung aku punya partner berelemen api" kata Mavis menghela nafas.

"Jadi kamu hanya memanfaatkan ku sebagai penerang saja" kataku sedikit emosi.

"Aku hanya bercanda, maaf haha" kata Mavis.

Kami terus berjalan tapi sejauh tenang seperti tidak ada apapun inilah yang membuatku perasaanku aneh.

"Kamu tahu kenapa sepanjang perjalanan ini tenang sekali?" tanyaku.

"Shhtt! Tenanglah ada suara langkah kaki sepertinya itu monsternya" kata Mavis menyuruhku diam.

"Eh? Aku tidak mendengarnya sama sekali" kataku.

"Coba dengarkan baik-baik"

Aku mencoba mendengarkannya secara baik-baik dan betul saja ada suara langkah kaki.

"Yosh!!!, waktunya membantai monster-monster disini" kata Mavis dengan penuh semangat.

"Tunggu sebentar, akan ku periksa dulu apakah monster-monster ini bahaya atau tidak" kataku

"Baiklah"

Aku menggunakan Vision untuk mengeceknya.

"Ternyata monster biasa toh yasudah ayo kita serang" kataku

"Ikuzoo(ayo)!!"

"Fire Area"

"Raining thunder"

"Kalau seperti ini memang tidak ada apa-apanya sih" kata Mavis.

"Tidak, lihat kedepan sana sepertinya kita memancing monster lainnya" kataku sambil menunjuk.

"Tinggal gunakan jurus yang sama bukan?" kataku.

Kami menggunakan jurus yang sama dan akhirnya tersapu bersih.

"Akhirnya terkalahkan semua" kata Mavis menghela nafas.

"Masih ada tantangan yang akan menyambut kita lagi lho jadi tetap hati-hati" kataku.

"Guru kita juga tidak memberitahu monster apa saja yang ada didalam dungeon ini" kata Mavis.

"Mungkin karena monster disini hanyalah monster tingkat bawah jadi tidak perlu diberitahu" kataku.

Sepanjang penjelajahan masih sunyi belum ada satupun tanda bahaya.

"Kalau begini lebih baik kita jalan saja terus hingga jalan keluar ditemukan"

"Tunggu sebentar Mavis, vision ku mendeteksi sesuatu yang berbahaya sepertinya ini boss dari dungeon ini"

"Biar kucoba gunakan vision juga" kata Mavis.

"Wah, sepertinya memang benar ini bossnya kalau begitu ayo kita langsung lawan saja!" kata Mavis bersemangat.

"Hoi keluarlah kau boss pengecut" teriak Mavis.

"Hei Mavis jangan nekat begitu"

Boss monster itu datang dari arah belakang Mavis.

"Mavis dibelakang mu" teriakku.

Mavis menangkisnya.

"Tch, cupu sekali main belakang" kata Mavis.

"Elios biar aku saja yang lawan mahluk seperti ini hanya menang dalam kecepatan jadi mudah mengalahkannya"

"Yakin nih tidak ingin kubantu?"

"Lihat saja" kata Mavis.

Dia semangat sekali hingga aku tidak kebagian menyerang.

"Perluasan area, lightning wave"

"Tidak ku sangka kamu akan menggunakan sihir area"

"Habisnya boss satu ini berlari-larian terus lebih baik ku gunakan saja sihir area agar setiap serangannya tidak akan meleset"

"Kalau begitu aku juga ingin mencobanya deh" kataku

"Perluasan area, nah dengan sihir ini aku bisa membakar semua yang lewat"

Pintu keluar terbuka...

"Eh? Ternyata sudah terkalahkan"

"Ternyata kelemahan bossnya seperti itu, yasudah ayo kita segera keluar"

Kami berdua keluar dan disambut kakak-kakak kami.

"Kalian berdua hebat ya berada di posisi ketujuh" kata kak Lia.

"Gampang begini ujiannya ya kan Elios?" kata Mavis.

"Ya karena ujian pemula sih" kataku.

"Kalau begitu mau lawan kakak?" Kata kak Remi.

"Tidak jadi deh kutarik omonganku kembali" kata Mavis.

"Karena kalian lulus kita akan traktir kalian berdua, ayo ikut kakak ke kantin" kata kak Lia.

Kami berdua mengikuti kakak dikantin. Inilah akhir ujian kami, selanjutnya hanya menunggu pengumuman pembagian kelas saja.

Bersbung....