Chereads / The Pursue / Chapter 2 - 2. Sahabat kecil?

Chapter 2 - 2. Sahabat kecil?

🌸BINTANG & KEJORA🌸

"Bagaimana prof kondisi anak saya?"tanya seorang pria paruh baya, menatap seorang dokter yang biasa di sebut Professor Renald.

"Seperti hari sebelumnya, saya mengusulkan untuk menjalani kemoterapi"jawab Profesor Renald.

"Eunghh"lenguhan seorang gadis mengalihkan perhatian Profesor Renald dan pria paruh baya yang sedang mengobrol.

"Sayang kamu sudah bangun? Ada yang sakit?"tanya pria paruh baya tersebut. Panggil saja dia Zio.

"Aku gak papa kok"jawab gadis tersebut mendudukkan dirinya diatas brankar.

"Penyakit ku kembali menyusahkan Papa ya?"tanya gadis tersebut menatap Zio sendu.

"Gak sayang. Kamu gak pernah menyusahkan Papa"jawab Zio mengelus rambut putri nya.

"Kejora, apa kamu mau mengikuti kemoterapi?"Kejora menatap profesor Renald lalu menunduk.

"Apa akan terasa sakit prof?"tanya Kejora lirih.

"Mungkin itu akan sedikit menyakitkan. Tetapi, kalau kamu mau mengikuti kemoterapi, saya akan menyiapkan pemeriksaan awal untuk kamu terlebih dahulu"

"Boleh Kejora pikir-pikir dulu prof?"profesor Renald tersenyum lalu mengangguk.

"Tentu saja. Kamu bisa kembali lagi besok atau lusa, untuk memberitahu keputusan kamu, sekaligus check up seperti biasa"

"Terimakasih prof"ucap Zio tersenyum

"Sama-sama pak. Kalau begitu saya permisi dulu ya"

🌸🌸🌸

"Jora mau ya kemoterapi?"

"Jora takut pa. Jora takut gak bisa beraktifitas seperti biasa lagi"

Zio menatap putrinya iba. Sudah 2 bulan sejak Kejora di vonis mengidap kanker hati. Kenyataan itu, berhasil membuat Zio kalut.

"Yasudah kamu fikir kan baik-baik ya. Papa harus ke kantor"

"Hati-hati pa"Zio tersenyum lalu mengangguk sambil mencium pucuk rambut Kejora.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsallam"

Setelah Zio keluar dari kamarnya, Kejora menenggelamkan wajahnya di bantal. Perlahan air matanya menetes, Kejora menangis dalam diam. Ia selalu merasa menjadi anak yang tidak berguna.

Kejora beranjak dari kasurnya, lalu berjalan kearah meja belajarnya. Kejora mengambil satu buku berwarna putih, dan bolpoin biru. Tangannya dengan lincah menulis setiap kata dan kalimat hingga membentuk sebuah paragraf di buku tersebut.

Hingga noda merah menetes dan mengotori kertas putih tersebut. Kejora melepaskan bolpoin nya lalu memegang hidungnya.

Benar saja, hidungnya mengeluarkan darah. Dengan cepat Kejora mengambil tisu lalu berlari ke kamar mandi.

Tok..tok...tok..

"Neng. Neng kejora ada di dalam kan?"tanya bi Roa. Pembantu yang bekerja di rumah Kejora.

"Iya Bi. Aku ada di dalam"jawab Kejora sambil menahan tangisnya.

"Neng kejora gak papa kan?"

"Aku gak papa bi"jawab Kejora sedikit berteriak.

Setelah tak mendengar suara bi Roa, kejora langsung berdiri didepan cermin yang terletak di samping kanan ranjangnya.

"Rambut Jora bisa rontok kalau ikut kemo, Jora juga gak akan bisa sesehat sekarang"Kejora bermonolog sambil meraba rambut panjangnya.

Ceklek...

Suara pintu yang terbuka, membuat kejora dengan cepat menolehkan kepalanya. Kejora berjalan mendekati cowok yang berdiri diambang pintu.

"Mau ngapain ke sini?"tanya Kejora yang tak diindahkan oleh cowok tersebut. Cowok tersebut langsung masuk dan menjatuhkan tubuhnya di kasur Kejora.

"Eja. Eja mau ngapain sih kesini?"tanya Kejora sedikit kesal.

Cowok bernama Anan itu menghembuskan nafasnya "Ra. Jangan panggil gue Eja lagi! Nama gue tuh Anandika. Anandika Rezandra. Panggil gue Anan"ucap cowok yang biasa dipanggil Eja oleh Kejora

"Mulut, mulut siapa?"tanya Kejora menunjuk mulutnya sendiri.

"Mulut Jora"

"Berarti terserah aku mau manggil kamu apa. Kan aku manggilnya pake mulut aku"ucap Kejora membuat Eja mendengus.

"Bosen nih Ra. Jalan yuk"

"Kita ajak Diaz gak?"tanya Kejora yang mendapat anggukan dari Eja.

Diaz, lebih tepatnya Randiaz Xavier adalah cowok berparas tampan, yang merupakan sahabat kecil Kejora dan Eja. Sebenarnya ia dipanggil dengan sebutan Randi.

Tapi, Kejora mengubah nama panggilan nya menjadi Diaz, dan panggilan itu hanya digunakan oleh Kejora dan Eja.

"Tunggu bentar ya. Jora ganti baju dulu"ucap Kejora mengambil pakaian lalu memasuki kamar mandi.

🌸🌸🌸

Saat ini, Kejora, Eja dan Diaz berada di sebuah cafe yang ramai pengunjung. Sebagian besar pengunjung nya adalah remaja seperti Kejora.

"Diaz, kamu belum punya pacar ya?"tanya Kejora menopang dagunya.

"Oh jangan salah. Kalau Jora mau liat Diaz punya pacar, sekarang juga bisa Diaz kabulkan"Diaz berujar dengan tangan yang menyisir rambutnya kebelakang.

"Cakep Lo?!"tanya Eja menatap Diaz malas.

"Dih, iri aja Lo"balas Diaz membuat eja semakin kesal.

"Bodo amat anjir. Orang ganteng ngalah"ucap Eja sombong.

"Kalian kalau ketemu kenapa berantem terus sih? Kayak kucing sama anjing"ucap Kejora menengahi.

"Iya. Gue kucing nya, Diaz anjing nya"Eja berujar dengan tangan yang menunjuk Diaz.

"Dih? Kagak kebalik tuh? Jelas-jelas Lo lebih mirip sama anjing"

"Gue tau gue cakep. Tapi, Lo gak usah ngatain gue kayak anjing dong. Sebegitu nge-fans nya ya Lo sama gue?"ucap Eja pajang lebar

"Bacot anjir, bacot"

Kejora memutar bola matanya malas, lalu matanya tak sengaja melihat cowok yang familiar di matanya.

"Ra"

"KEJORA"Kejora tersentak kaget, ketika Diaz memanggilnya sedikit berteriak.

"Apa sih Di? Aku gak tuli kalik, jadi gak usah teriak"ujar Kejora kesal.

"Abisnya Lo di panggil kagak nyaut. Ngeliatin apaan sih Lo?"tanya Diaz mengikuti arah pandang Kejora, begitupun Eja.

"Yaelah, cowok ganteng masih banyak kali Ra. Contohnya gue nih"ucap Eja PeDe.

"Huwekk"Diaz menirukan seolah-olah ingin muntah mendengar perkataan Eja.

"Halu Lo njing"Eja memutar bola matanya malas.

Kejora menatap Eja dan Diaz bergantian "kalian tunggu disini dulu ya. Jora mau nyamperin kak Bintang sebentar"

Tak menunggu jawaban dari kedua sahabatnya, Kejora langsung berdiri dan berlari keluar cafe menyusul Bintang.

"Temen Lo yaz"Diaz mengangguk lirih.

"Temen Lo juga tai!"

Sedangkan di luar cafe. Tampak, Bintang menarik tangan Kejora menuju parkiran yang lumayan sepi. Matanya menatap Kejora tajam, tangannya semakin erat mencengkeram pergelangan tangan Kejora.

"S-sakit kak"ucap Kejora berusaha melepaskan cekalan Bintang ditangannya.

"Udah berapa kali gue bilang?! JANGAN PERNAH GANGGU GUE! LO NGERTI BAHASA MANUSIA GAK SIH?!!"Kejora terkesiap mendengar bentakan yang keluar dari mulut Bintang.

Selama ini, ia belum pernah di bentak oleh siapapun. Kejora menundukkan kepalanya tak berani menatap mata Bintang.

"Kejora cuma mau balikin ini kak"cicit Kejora menunjukkan gantungan kunci mobil ditangannya.

"Tadi gantungannya jatuh. Jadi kejora mau balikin"Kejora menyodorkan gantungan kunci tersebut yang langsung di terima oleh Bintang.

"Thanks. Dan maaf udah salah paham"ujar Bintang dingin, lalu pergi dari sana mendahului Kejora.

Tak lama, suara langkah kaki terdengar mendekat. Hingga nampak lah wajah khawatir Eja dan Diaz.

"Jora. Jora gak papa kan? Jora baik-baik aja?"tanya Eja memegang pundak Kejora.

"Jora gak papa kok"jawab Kejora tersenyum meyakinkan.

"Terus ini kenapa merah?"tanya Diaz memegang pergelangan tangan Kejora.

"Pasti gara-gara Bintang kan? Biar gue kasih pelajaran tuh anak"ucap Eja hendak pergi, sebelum Kejora menahannya.

"Jangan! Jora gak papa kok, mendingan kita masuk lagi"ucap Kejora berjalan diantara Eja dan Diaz. Setelah mereka duduk di tempat semula, Kejora langsung menyantap makanannya yang ada diatas meja.

"Eja, Diaz!"panggil Kejora membuat keduanya berbalik menatap Kejora.

"Kalau nanti jora gak ada, kalian harus tetap temenan ya?!"ucap kejora yang dibalas delikan oleh Eja.

"Apa-apaan sih Lo!"ucap Eja marah.

"Jora, cuma takut,"balas Kejora.

"Eh, Kejora mau permen kapas gak?"tanya Diaz yang dibalas anggukan semangat.

"Mau-mau"

"Yuk beli."

❄️️THE PURSUIT OF LOVE❄️

ToBeContinue~