Masih berdiri didalam bilik telepon dengan keadaan yang memanas. Bukan dalam arti sesungguhnya. Rasa cemas tergambar jelas di wajah Eugene ketika ia melihat dengan mata kepalanya sendiri Aiden jelas-jelas memberikan tas berisi perhiasan itu pada Michelle.
Pada Michelle Nya ?!
Wah, jika begini Eugene tak bisa lagi menahan emosinya. Membuatnya ingin sekali melampiaskan pada siapapun orang yang lewat. Kenapa kesialan tak berhenti datang padanya. Terbesit di pikirannya untuk mendatangi cenayang demi meminta sebuah jimat penangkal kesialan. Apalagi jika Aiden sungguh berniat merebut Michelle nya.
Hanya membayangkannya saja membuat Eugene naik pitam. Apalagi jika sungguh terjadi. Pemuda itu lantas keluar dari bilik telepon dan menendang bagian besi yang menyangga.