Author POV
"Mama.....hiks~ snif~ Mama kenapa tidur hiks~ma-mama.. ti-tidak pergi ke tempat papa kan.. sniff~" Tangis anak kecil usia 8 tahun itu memenuhi rumah megah, tempat ia tinggal dulu bersama papa dan mamanya.
Ia tahu bahwa ibunya a.k.a mamanya telah meninggalkan dia untuk selamanya,tetapi dia menepis semua pemikiran itu dan berpikir bahwa mamanya hanyalah tidur. Tetapi lama kelamaan dia mulai tak kuasa menahan air mata.
Dia menangis dengan tubuh mungil yang bergetar saat melihat darah dari perut mamanya.
"Tuan muda,, lari! CEPAT LARI!" Suara nyaring dengan rasa ketakutan tinggi menginterupsi anak itu, yang sedang berlutut memandangi tubuh kaku sang ibunda.
"Ta-tapi paman, mama..."
"FRANKENSTAIN! LARI! cep-"
Cklik~ dorr~
"Akhhhh-.. fikey" Tak terasa sebuah peluru dari amunisi musuh menembus kepala pria dewasa, dan bersarang didalamnya.
"Pa-paman~, HAAA... hiks~~"
Frank bersiap untuk berlari ke arah pamannya, tetapi dia mengurungkan niatnya saat melihat dua pria yang mendekat ke arahnya dengan membawa pisau kecil berwarna silver yang berputar di jari-jari mereka.
Dia pun berjalan mundur perlahan dengan wajah pucat polos khas anak kecil, dan berlari sekencang mungkin ke dalam kamar tidurnya, ia tak tahu lagi harus lari kemana.
Rasa takut,sedih,amarah, menjadi satu.
Rasa sedih yang mendominasi membuatnya menangis di dalam tempat persembunyiannya.
Dia berdoa kepada Gaia agar ada yang menyelamatkan dirinya.
*Gaia =Dewa Bumi(Khalik)*
GBRAK!
'me-mereka datang...' batin anak itu saat pintu kamarnya hancur seperti ditendang.
"Anak manis~"
"Dimana kau?, dasar sialan!"
"Ingin bermain hide and seek, hmm?"
"Baiklah, as you wish" Salah satu dari kedua pria menakutkan itu terkikik. Lalu berjalan menuju sebuah lemari dengan ukiran tua archimedes. Wajah dengan sabitan dari pelipis mata sampai sudut bibir, mendekat pada lubang kunci lemari.
Merasa tak menemukan apapun, ia kembali menyusuri Kamar Tidur 'megah' yang penuh dengan Emas murni sebagai figur. Menjauhi Lemari tua itu dengan makian kasar.
Sedangkan anak kecil dengan keringat dingin, menarik napas lega dengan amat perlahan.
Ya, benar! Dia bersembunyi di dalam lemari tua itu.
Langkah kaki berat sudah tidak terdengar gema, Anak itu memberanikan dirinya untuk membuka pintu lemari yang didesain terkunci dari dalam.
Tangan pucat bergetar mengarahkan kunci berwarna emas cerah ke lubang kunci, berputar dan terdengar decitan 'kriet' dari hasil gesekan. Remang-remang cahaya menusuk manik blue sapphire, ia mendorong pintu lemari tua yang cukup berat...
Dua Bayangan gelap muncul, menutupi Cahaya menyilaukan tadi.
'ah!tidak! tidak!'
"Peek a boo!!!"
Deg
Deg
"To-tolong" cicit anak itu. Sedangkan yang melihatnya hanya terbahak puas.
Pisau kecil silver itu berputar-putar di atas lalu....
JLEB!!
Darah merembes keluar sesaat dari kedua tubuh pria tadi lalu berubah menjadi bloodfield dan menghilang.
"Berani sekali melukai mate-ku" Lirih mengerikan dari arah belakang, membuat tubuh mungil anak itu menegang.
"Siapa ka-kakak?" Tanya Frank
"Penyelamatmu" jawabnya singkat
"Terimakasih" ucapnya sambil membungkukkan badan.
"Kemari!"
"Baiklah kak"
Mereka berdua melangkah keluar dari kamar Frankenstain lalu berjalan menuju para agen UNION yang sedang tertawa.
Secara tiba-tiba, seorang dari mereka terpental keatas dan dijatuhkan lagi kebawah dengan kencang. Sehingga menimbulkan kericuhan dari para sekutu saat melihat rekannya remuk redam.
"Siapa kau? Jangan sok menjadi pahlawan di sini, lebih baik kau pergi! Jangan mengganggu urusan kami" kata salah seorang dari orang yang sedari tadi mentertawakan kematian keluarga Frank, dengan murka.
Seketika itu emosi memenuhi kepala Frank. Seakan paham, sang penyelamat pun membantai semua agen UNION menggunakan Bloodfield-nya dengan sadis. Pria itu meneteskan darahnya ke bawah.. lalu munculah bloodfield yang mencincang-cincang semua bagian tubuh Agen UNION. Sungai darah pun tercipta.
Frank kecil yang melihatnya pun terpana pada manik merah darah milik sang penyelamat-nya. Entah mengapa, tetapi saat Si penyelamat membunuh sadis orang-orang itu dengan wajah datarnya, Frank kecil merasakan jantungnya berdegup kencang.
"Kakak, manik kakak sangat indah" kata Frank tanpa sadar.
"Hmn..." Mereka melangkah menjauhi mayat para agen UNION yang terbaring mengenaskan.
"Namaku Frankenstain Pier Black, salam kenal kakak.... Kalau boleh tahu siapa nama kakak?"
"Rai, Cadiselrag Raizel..."
"...Ayo kita pergi!"
.
.
.
TBC 🔯