illy sedang mencoba memaksakan kelopak matanya untuk terbuka. Meski keadaan kamar yang masih hening dan masih di selimuti tirai tertutup, ia yakin bahwa hari sudah siang. Sayup-sayup telinganya menangkap suara ketukan pintu dari luar.
Ah, mungkin itu Liam atau gak ate. Tapi kalau udah siang seperti sekarang, nihil kalau itu Liam, pasti anak rajin itu sudah di sekolah dan mulai dengan kebiasaan buka buku sebelum pelajaran mulai. Yah, meski dia lebih muda dariku dan menyebalkan nya sekarang, ia sudah setara dengan kakaknya kelas 1 SMA!! Tapi, dia tetap adikku bagaimanapun juga..
Tapi, ngomong-ngomong soal sekolah, aku sedang apa sih sebenarnya? Kalau si pintar itu sudah berangkat, seharusnya aku juga berangkat! Mengapa aku masih santai terbaring disini??
(Mencoba menggerakkan tubuh)
"Aaarrgghh!"
"Sakit.... Tulangku serasa remuk, ada apa ini sebenarnya??"
(Menyebarkan pandangan ke seluruh kamar sambil garuk-garuk kepala bingung)
Semuanya tampak asing, Tak ada satupun yang kukenali dan pernah dilihat. Dinding berwarna light purple dan langit-langit warna mint. Cukup lama illy memandang semua, ukuran kamar yang kini illy berada begitu tak lazim. Kenapa tidak? Karena untuk ukuran kamar, bukankah terlalu besar?
Ruang tamu rumah illy saja tidak sebesar dan seluas ini. Kepalanya mulai bergerak perlahan melihat kesamping. Banyak sekali perabotan dan perhiasaan yang tak satupun illy kenali.
"Ruangan ini terlalu mewah untuk jadi kamar ku seorang, ini pasti bukan kamarku dan bukan rumahku! Seingatku, tadi aku tidak lagi di kasur dan.... Kasur ini juga lebar dan empuk sekali serasa kelas premium. Aku yakin sekali, aku kini ada didalam kamar seseorang! Tapi siapa? Dimana ini?"
Tok.. Tok.. Tok
"Nona muda Ishtar, buahnya sudah sampai" illy berbalik dan menatap dengan heran.
illy terdiam karena tidak bisa mengeluarkan sebuah suara, tenggorokannya kini seperti gurun sahara. Kering dan sakit. Orang itu meletakkan sekeranjang buah diatas meja yang terletak di samping kasur. Lalu berjalan menuju jendela dan membukakan tirai. Srekk, cahaya matahari mulai masuk ke dalam ruangan ini.
illy menyipitkan mata karena silau, sebelum illy berbalik orang itu sudah meninggalkan kamar tanpa mengatakan satu patah kata pun.
"Apa-apaan sih ini?!"
Untuk kedua kalinya, illy berusaha menggerakkan tubuhnya dan berhasil bangkit dari kasur. Dengan gontai, tangannya berhasil meraih sebuah bingkai foto di samping keranjang buah itu.
"Siapa ya dia?..... Cantik"
Mata illy menangkap foto seorang gadis yang cantiknya bukan main. Rambutnya panjang menjuntai hingga setengah punggung dan terawat sangat baik. Tapi, dibalik senyuman gadis itu illy merasakan aura negatif yang lebih besar dari aura positif nya. Wajah cantik bak putri negri dongeng, kulit putih bersih dan senyum hangat, tapi sayang ia terlihat lemah dan lesu.
Saat illy ingin kembali duduk di kasur, tanpa sengaja ia melihat sesuatu dari pantulan cermin meja rias. Dadanya memompa cepat sekali, tubuhnya gemetar hebat. Kedua bola matanya melotot seakan-akan hampir keluar karena saking terkejutnya. Napasnya kini sesak dan putus-putus. Tak lama suara Bruk keras terdengar, illy terduduk lemas di lantai.
"Tidak... Tidak mungkin!"
Masih dalam posisi duduk lemas, kedua jari jemari tangannya mulai meraba-raba wajah nya kini. Dengan kondisi setengah sadar, illy berusaha bangkit dengan memegang bagian pinggir kasur dan kembali menatap dirinya di cermin. Lagi-lagi wajah tak dikenalinya yang muncul. Wajah asing.
"Ini bukan wajahku! Bohong kan ini? Kemana wajahku yang asli? Ini bukan aku!! Apa yang sebenarnya terjadi disini?!"
Semakin lama pandangan illy semakin buyar dan suara Bruk tak kalah keras dari tadi, menggelegar kembali. illy jatuh dan pingsan di lantai dengan wajah pucat pasi.
•••
Perlahan kesadaran illy mulai kembali karena indera penciumannya memerangkap aroma obat. Ia memalingkan wajah ke samping, tepat di mana seseorang tengah mengelus kepalanya. Ia berperawakan seperti nenek-nenek, karena ia terlihat begitu tua di bandingkan orang yang dibelakangnya. Kedua bola matanya mencerminkan kegelisahan pada illy.
"Kamu sudah sadar?" illy mengangguk pelan. Entah kenapa illy hanya bisa memberikan jawaban berupa anggukan karena tak ada kata-kata yang terlintas lagi.
Untuk ke dua kalinya, illy memegangi tenggorokan dan berdehem. "Aku ingin minum". illy berusaha duduk dan dibantu oleh nenek itu. Lalu orang yang dibelakangnya menumpahkan air ke cangkir motif bunga berwarna pink dan memberikan itu pada nenek yang nantinya diserahkan pada illy.
Setelah beberapa teguk air sudah membasah seluruh kerongkongannya, ia segera menyodorkan kembali cangkir pada nenek itu.
"Anu... Nenek siapa ya?" Tanya illy tanpa ragu dan polos
Beliau tersenyum. Dengan wajah damai dan penuh kebahagiaan, beliau menatap illy. Meski pertanyaan yang terlontar untuknya aneh, beliau tidak marah dan membentak.
"Aku pengasuh nona Daoko dan pengasuh nona muda sejak kecil sampai detik ini" tangan keriputnya itu mulai terulur dan menangkap tangan illy.
"Benarkah? Maaf... Aku tidak ingat" kata illy lesu
"Gimana mau ingat, kenal aja enggak >.<"
Nenek itu tersenyum. "Tak apa, suatu saat kau pasti akan ingat, jangan terlalu dipikirkan Ishtar".
"Begini ya nek....bagaimana aku bisa ingat, jika tubuh ini bukanlah tubuh asliku"
(Keduanya menatap illy bingung)
"Karena... Aku bukan Ishtar yang kalian kenal!"
Nenek itu tak berkata apa-apa, namun hanya mengangguk-angguk tak jelas. Seakan-akan nenek itu tak peduli pada ucapan yang keluar dari mulut illy.
"Kenapa malah pada diam? Apa mereka tak percaya apa yang aku bilang? Ya jelas lah, orang tidak ada bukti bahwa aku bukan Ishtar. Aku harus ngomong apa dong supaya tidak disangka omong kosong dan di percaya kalau aku ini bukan Ishtar??"
"Berhenti halusinasi yang tidak-tidak, Ishtar! Kau harus banyak makan, minum obat dan istirahat cukup. Jangan berpikiran yang omong kosong lagi, jika merasa lelah tidur lah.... Mengerti!" Nasihat orang yang lebih muda itu.
"Apa kau, bukan ibuku?" Tanya illy pada orang yang lebih muda itu
"Hah?! Tentu saja bukan. Hahaha kau ini aneh sekali, apa kau lupa dengan sepupumu sendiri?" Ujar orang itu yang terkikik geli
"Lalu kalau bukan, dimana dong ibuku?" Orang itu terdiam seketika. Nenek itu juga kini tak lagi tersenyum. Nenek itu mulai menatap illy kembali.
"Sepertinya kau lelah sekali ya, kamu harus banyak istirahat. Ayo pejamkan mata dan bermimpi lah..." Nenek itu menepuk-nepuk dahi illy pelan seperti berusaha menidurkan seroang bayi cengeng. Dengan terpaksa illy menutup matanya, setelah memastikan gadis itu tertidur orang yang lebih muda menarik selimut dan mereka berdua keluar dari kamar. illy pun membuka matanya, tentu saja ia pura-pura tidur agar bisa bergerak leluasa.
"Aduh, apa-apaan sih tadi? Kenapa juga diri ku yang sekarang mesti terlihat sempurna?? Rambut hitam panjang yang terawat dengan benar, tubuh ideal,wajah cantik, kulit bersih dan diperlakukan dengan hati-hati bak seorang ratu... Tapi, Ishtar itu siapa sih?"
Dengan langkah sempoyongan, illy berpegangan pada dinding menyusuri kamar luar itu. Entah kenapa, meski baru sedikit berjalan dirinya sudah merasakan pusing, lemah, lesu dan mual. Tetapi, ia terus berjalan dan terus meneliti setiap perabotan di kamar ini. Dan kini, illy tengah berada di salah satu rak buku yang mungkin saja bisa memberi sedikit petunjuk. Sayangnya itu nihil. Hampir semua isi buku di lemari, berisikan kisah klasik dongeng anak. Seperti snow white, sleeping beauty, beauty and the beast, Cinderella, shreak dll
"Kenapa dia masih nyimpan cerita lama seperti ini? Apa dia suka baca ya? Sama dong kayak aku. Bedanya aku suka baca novel yang terpaksa beli di pasar loak. Hitung-hitung biayanya murah, kualitas nya masih bagus"
illy pun mengambil salah satu buku yang menurutnya menarik, buku itu adalah "Shreak". Film kartun yang illy baru tahu ada bukunya. Mungkin nama ini tak kalah fenomenal nya dengan Cinderella. Semua pasti tahu kisah Putri Fiona yang memilih jadi oger selamanya ketiban jadi ratu bersama raja rakus. Kisah Cinderella juga tak kalah menarik, karena ciri khas sepatu kaca nya. illy sepertinya terhanyut pada dongeng itu, meski sudah besar ia masih saja suka aura dongeng ini. Karena di sela-sela itu ada sebuah kata yang sering terucap.... "Seandai nya itu aku bukanlah dia, pasti sangat bahagia!!"
"Jangan-jangan permohonan diriku waktu masih kecil, dikabulkan sekarang? Rasanya seperti dongeng telah menghampiriku"
(Meraba seluruh tubuh)
"Benar! Tubuh ini adalah bukti nyata bahwa permohonan seperti dalam dongeng itu benar terjadi! Tapi pasti tidak akan yang percaya seperti tadi. Ya iyalah, jika aku bersikeras bilang ini nyata pasti aku dikatai gila oleh mereka"
"Bukankah sebelum aku terperangkap dalam permohonan ini, aku kan sedang berusaha menolong seseorang? Bagaimana ya kelanjutan dongeng itu?? Apa jangan-jangan alur ceritanya berubah?"
Lagi-lagi illy merasakan tubuhnya melemah. Suara Bruk itu menggelegar kembali. illy menyandarkan dirinya di rak itu sambil menghela napas jengkel.
"Tubuh ini pasti penyakitan.."
Ia menjulurkan kakinya, dengan refleks ia merasakan rasa sakit di telapak tangan kiri nya. Rupanya ada sebuah goresan kecil yang mengeluarkan darah segar. Itu tandanya masih baru.
"Ah, mungkin karena tragedi itu..."
Sambaran kecil petir menyambar otak illy tiba-tiba. Ingatannya mulai kembali masuk ke masa itu. Tanpa sadar, air matanya mengalir deras terjun ke pipinya. Ia jadi teringat akan rumahnya, Liam adiknya, bunda, Tante Farah juga teman-teman. Ia menarik kaki dan menekuknya lalu memeluk erat. Sambil membenamkan kepala, ia mulai menangis.
Liam...
Ate...
Bunda...
Teman-teman...
Aku ingin bertemu kalian.... Tolong aku....
[To Be Continue]
Jangan lupa like, komen dan vote ya👀