Chereads / UNCOVER / Chapter 32 - Yuri Tertembak

Chapter 32 - Yuri Tertembak

Tidak ada lagi percakapan diantara aku dan Michael disana, kami terdiam. Sampai akhirnya walikota Jhon dan juga perwira Yuri datang, barulah suara kembali terdengar.

"lapor jendral, kami sudah siap" ucap Yuri dan Jhon bersamaan.

"baiklah, lakukan sesuai rencana sebelumnya." balas Michael tegas.

"baik, Jendral" jawabku, Yuri, dan Jhon bersamaan.

Kamipun mulai bergerak menuju lokasi yang di targetkan, rumah kosong pinggir kota.

Tidak butuh waktu lama, akhirnya mobil yang kami tumpangi sampai di depan gang kecil dan lusuh. Kami pun melanjutkan langkah kami dan memasuki gang kecil itu untuk sampai di rumah kosong itu.

Kami sampai, rumah kumuh, gelap dan tidak berpenghuni itu nyatanya adalah markas mafia bawah. Tampilan memang bisa menipu, namun sayang hal itu tidak berlaku untukku.

Kami mengendap-ngendap, mendekati wilayah musuh. Sesuai dengan rencana yanh di susun oleh Jendral Michael, aku dan Yuri akan menghadapi bagian belakang serta mengakses informasi yang ada. Sedangkan Jendral dan walikota Jhon akan berhadapan langsung di depan, dan memancing musuh.

Aku tidak tau apa yang terjadi pada mereka saat ini, tapi yang jelas saat ini ia menerobos masuk dengan cukup mudah.

"Yuri, kau jaga di luar saja. Biar aku yang masuk dan mengambil data mereka." titahku pada Yuri.

"tidak Alexa, apa yang mau kau lakukan? Aku ditugaskan untuk menemanimu, jangan bahayakan dirimu sendiri." tolak Yuri tegas.

"kau tenang saja, aku akan baik-baik saja. Kumohon, kau jaga diluar saja." pintaku sangat pada Yuri.

Yuri menatapku tidak percaya, namun ia menuruti keinginanku. Aku tersenyum pada Yuri, dan bergegas masuk sedangkan Yuri berjaga di pintu belakang,.

Aku melangkah perlahan, sambil memperhatikan keadaan disana. Keadaan sepi dan hening membuatku mengerutkan kening, ini tidak seperti yang ia perkirakan. Mencoba untuk mengabaikan fakta itu, aku melangkah menuju satu per satu ruangan yang ada disana.

Terhitung 5 kamar kosong, 2 dapur, 3 ruang pertemuan sudah ku jelajahi, hanya sisa satu ruang dekat pintu depan. Dan sialnya, pertarungan terjadi tidak jauh dari sana. Jika saja aku salah mengambil langkah, maka di pastikan nyawaku akan menghilang saat ini juga.

Dengan sangat berhati-hati, aku mengendap-ngendap. Dapat kulihat Michael menatapku lalu ia kembali memalingkan wajahnya kepada musuh, disanalah aku tau jika Michael jika dalam keseriusan sepenuhnya ia akan jauh lebih mengerikan dibandingkan saat ia biasanya bertemu.

Mendapat celah, aku menerobos masuk ke ruangan terakhir itu. Dan benar saja, ada 2 orang disana yang mengintai cctv. Lalu ada satu bagian komputer lagi yang di biarkan begitu saja, sepertinya data-data penting mereka berada disana. Terlihat dari keamanan komputer itu, walau dibiarkan begitu saja tapi scan sidik jari, pola mata, dan sandi terbaca jelas. Untuk membuka komputer itu aku harus bisa meretas data lebih dulu, dan itu pasti membutuhkan waktu.

"cih, siapa kau? Penyusup!" teriak salah satu pengintai itu setelah melihat keberadaanku.

"penyusup, sialan! Kuhabisi kau" sambung seorang lainnya.

Aku sama sekali tidak berniat untuk menjawab umpatan mereka, daripada itu ia lebih memikirkan cara untuk membuka kunci pada komputer itu.

Mereka mulai menyerangku, lalu aku menghindarinya. Serangan demi serangan terus berdatangan, aku hanya bisa bertahan. Sampai akhirnya aku memilih fokus untuk pertarungan, dan melumpuhkan kedua pengintai ini.

"waktunya bermain" gumamku pada mereka.

Dapat ku lihat mereka tertegun sesaat, lalu mereka tertawa dan meremehkanku. Tanpa pikir panjang lagi, aku menyerang mereka. Menendang perut lalu menjatuhkan mereka, hingga kedua pengintai itu terkapar di lantai.

"bodoh"

Aku duduk di depan komputer, dan mulai mengoperasikannya. Keamanan komputer mulai menuntut untuk dibuka, sialnya aku belum paham semuanya. Aku mencoba mengalihkan pengaturan dan membongkar keamanan komputer itu, tanpa sadar peluh mulai menetes dari dahiku.

Cukup sulit untuk membongkar keamanan komputer itu, namun bukan berarti tidak bisa di bongkar. Setelah 20 menit berkutat dengan komputer itu, akhirnya komputer itu mulai membuka sistemnya. Dengan cepat ku buka dokumen-dokumen yang ada disana, dan memundahkannya dalam flashdisk yang ku bawa dalam saku.

Ting! copy's complete

Aku tersenyum puas, lalu melangkah untuk keluar dari ruangan itu. Namun tatapanku terhenti pada kamera cctv 5, dimana disana terlihat Yuri sedang melawan seorang yang sepertinya aku kenal.

Dengan perlahan aku keluar dari ruangan itu, pertarungan antara Michael dan anak Londerson itu masih berlangsung.

"hahah, kalian hanya berdua bukan? Bodoh sekali, aku tau ada satu gadis yang datang bersama kalian. Sebentar lagi, gadis itu akan mati di tangan asistenku Gery." ucap anak perempuan Londerson itu, aku membulatkan mata.

'sial, Yuri dalam bahaya' batinku panik.

Aku berdiri tepat di belakang mereka, walikota Jhon dan jendral Michael sudah melihatku. Dan memberi kode padaku untuk segera pergi, aku hanya mengangguk dan akan mundur. Namun ternyata, di belakangku sudah ada pria berbaju hitam dan pria itu menangkap sebelah tanganku.

"ternyata ada satu kucing lagi yah" ucap Lona meremehkan.

Aku mencoba berontak, namun cengkraman pria satu ini cukup sulit dilepaskan.

'sial, padahal Yuri sedang butuh bantuanku' batinku kesal.

Michael dan Jhon pun terlihat kesulitan, lalu pria itu mendorongku kehadapan Lona. Aku terjatuh di kaki Lona, dan Lona langsung menginjak jari-jariku dengan heelsnya.

"kau sombong di pertemuan sebelumnya, lihat? Sekarang kau malah berlutut dihadapanku." tukas Lona meremehkan.

"jauhkan kakimu dari tangannya, Lona!" tekan Michael dingin.

"kau pikir aku akan menurut?" tanya Lona heran.

"cukup jendral, jangan perdulikan aku. Yuri lebih membutuhkan bantuanmu dibanding aku, tolong selamatkan Yuri! Kumohon!" pintaku pada Michael.

Michael menatapku tajam, namun pikiranku lebih berlabuh pada Yuri.

"kumohon" ucapku lagi penuh harap.

"sialan kau hubby, tunggu aku kembali." tekan Michael padaku.

Michael langsung menyerang sisa pengawal milik Lona hingga habis, lalu ia pergi ke tempat dimana Yuri berada sekarang.

"Jhon, jaga letnanku dengan baik." titah Michael pada walikota Jhon.

"baik, Jendral" balas Jhon.

"cih, drama membosankan." tukas Lona sambil menekankan injakkannya pada tanganku.

"aaakkhhh" teriakku saat rasa sakit itu merasuk dalam indera perasaku.

Jhon langsung menyerang Lona, dan Lona pun menghindarinya. Akhirnya injakkan itu terlepas juga, aku pun berusaha berdiri dan mereganggangkan jari-jariku yang sudah di penuhi berdarah. Rasa sakit dan perih kembali kurasakan, namun ini bukan saatnya untuk menyerah. Yuri masih membutuhkan bantuanku, semoga masih sempat menolongnya.

Aku berjalan perlahan menuju tempat Yuri berada, suara perkelahian mulai dapat ku dengar. Akhirnya aku sampai di balik pintu belakang, dapat kulihat Michael sedang menghadapi 6 orang anak buah Lona. Dan salah satu diantara mereka adalah Gery, asisten Lona yang di kenal dengan pukulan pedang.

Kulihat Michael mulai terdesak, dan Yuri membantunya. Michael mulai menjatuhkan lawan satu persatu, dengan bantuan Yuri. Namun, salah satu diantara mereka kembali terbangun dan mengeluarkan senjata miliknya.

"kau sungguh hebat Jendral Michael, namun kau tidak sehebat itu untuk mengalahkanku." ucap Gery sambil membidik salah satu diantara Yuri dan Michael, atau mungkin ke celah bagian tengah di antara mereka.

Aku tidak menyadari jika arah bisikan pistol Gery mengarah padaku, akupun melangkah mendekati Michael dan Yuri. Yuri yang melihat kedatanganku berteriak memintaku menunduk, namun aku tidak mendengarkannya. Lalu suara desing peluru itu terdengar, dan darah mulai mengaliri tubuh seseorang yang terkena tembakan itu.

Karena syok dan tidak percaya aku terdiam membatu, air mataku tiba-tiba merembes keluar dari mata yang sudah basah. Aku tidak mengerti apa yang terjadi, sampai akhirnya aku memahaminya. Yuri menghalangi peluru itu dan mengorbankan dirinya, tubuhnya jatuh dan tergeletak di lantai. Aku segera berlari dan memeluk tubuh Yuri, air mataku mengalir begitu deras bagai aliran sungai.

"tidak! Yuriiiiiiiiiiiii!" teriakku histeris.