Satu minggu berlalu. Si putih yang telah bergabung dengan kelompok maxim pun sangat senang dapat teman baru.
Berbagai macam kegiatan menyenangkan sudah dia lakukan bersama sama kawan barunya. Seperti tidur diatas atap sama sama, begadang sama sama, cari makan sama sama, semuanya dilakukan bersama.
Diapun dengan mudah bisa akrab dengan kucing lainnya karena selain bisa diajak bercanda, dia juga kucing yang peduli terhadap sesama.
Seperti saat ada kucing yang terluka akibat perkelahian dengan kucing sebelah, dia dengan sigap mencari ramuan obat untuk luka seperti yang diajarkan ibunya pada saat dia masih jadi manusia dulu.
Walaupun maxim heran darimana si putih bisa tahu soal ramuan obat, dia tetap menghargai usaha yang dilakukan untuk menyelamatkan sesamanya.
Tapi rasa penasaran si maxim mulai menjadi jadi ketika melihat si putih meracik dan menggabungkan kedua tumbuhan dengan cekatan seperti layaknya manusia.
Suatu hari si maxim pernah bertanya sama si putih.
"Putih, darimana kau tau soal ramuan dan tanaman obat?"
"Memangnya kenapa maxim?"
"Soalnya dari kemarin aku melihat caramu mengobati kucing lain dengan tumbuhan seperti cara manusia aja."
Si putih pun sadar kalau sikapnya akhir akhir ini mencerminkan manusia segera mencari alasan
"oh, itu... aku pernah melihat seekor burung mengobati diri dengan memakai tumbuhan. Ketika aku bertanya padanya, dia berkata kalau itu bagus buat luka. Makanya aku menirunya sekarang dan ternyata obatnya manjur" kata si putih
"Jadi setelah kau tanya begitu kau apakan burung itu?" Tanya maxim
Si putih yang sadar itu pertanyaan jebakan langsung menjawab
"Ooo.... sebenarnya ntuh burung mau langsung kumakan, tapi pemiliknya datang sambil bawa sapu. Jadi akunya lari deh"
"Pemilik?" Maxim curiga
"I..iya kan itu burung merpati. Wajar lah si pemilik menjaganya"
Si maxim pun percaya sambil ber oh-ria. Si putih yang selamat dari pertanyaan maut itupun berkata dalam hati
'Maap yak bos maxim, ku gamau kasih tau yang sebenarnya karena aku takut dihajar ama kucing kucing sini. Ntar disangka aku kucing jadi jadian lagi. Padahal bukan"
...
Si putih sedang jalan jalan disekitaran kompleks rumah. Pada saat itu, kucing lainnya sedang tidur siang di pohon. Kenapa putih tidak ikut?. Dia ga betah tiduran mulu kea yang baca sekarang. Jadi dia memutuskan keliling kompleks untuk melihat-lihat
"Luas amat nih komplek. Nampaknya aku bakalan seharian nih keliling keliling buat hapal jalan sini" kata putih sambil menyusuri jalanan beraspal disana.
Karena panasnya matahari, aspal disana pun ikutan memanas bak kuali yang dipanasin. Si putih yang kakinya kepanasan, segera berteduh untuk memadamkan kakinya yang panas akibat aspal
Saat sedang asyik menjilati kakinya (si putih udah bisa menjilat ni gaes. Mungkin bawaan badan kucing yang dipakenya kali ya?), tiba tiba dari belakangnya terdengar suara gongongan yang sontak membuatnya kaget hingga mental dari tempatnya duduk.
Putih yang jantungnya hampir copot pun segera mengatur napas plus bulu bulunya yang ngembang karena kaget sontak ia melihat kebelakang, dan ia melihat seekor anjing besar namun kurus yang terantai menggeram marah padanya.
"Duh, kaget aku. Napa si njing, orang lagi kepanasan juga. Nyante dikit napa siih" kata si putih pada si anjing
"Kalo mau nyante jan disini! Ini kawasanku. Pergi!" Kata si anjing marah
"Dih, galak amat sih. Anjing baek gaboleh galak galak lho. Ntar umurnya pendek" ujar putih nyantenya sambil maju mendekati si anjing
"Biarlah, malah aku mau mati aja sekarang. Aku ga sanggup hidup seperti ini lagi" kata anjing dengan nada putus asa
"Lha, kenapa gitu?"
Si anjing pun mulai menceritakan kisahnya kepada si putih
"dari dulu aku selalu jadi bahan ejekan para manusia disekitar sini. Setiap hari rombongan anak manusia mengerubungiku sambil melempari dan memukuliku dengan batu dan kayu. Saat aku meminta makan pada salah satu manusia, mereka malah menendangku dan terus mencuci alas yang mereka pakai di kaki dengan air dan tanah seolah olah aku adalah mahluk yang paling menjijikan dan hina di dunia ini. Aku ingin meminta seseorang melepaskanku dari rantai ini. Tapi tidak ada yang mau melakukanya dikarenakan jijik dengan penampilanku ini. Tuanku pun tidak pernah kembali lagi. Terakhir kali dia mengikatkan rantai ini kepadaku dan meninggalkanku disini. Sendirian, tampa teman, makan dan minum selama berhari hari. Aku kesepian. Tidak akan ada yang peduli akan kesedihanku ini" si anjing mulai mengeluarkan air mata. Merenungi nasibnya.
Si putih pun yang mendengarnya paham akan kesedihan yang dialami anjing itu. Dulu saat dia jadi manusia, dia juga pernah mengalaminya. Tampa teman, penyakitan, mau makan pun terbatas akibat biaya obatnya.
Tampa rasa ragu sedikitpun, si putih mulai mendekati anjing tersebut dan merangkulnya menggunakan kaki depanya
"Tenang saja bro. kalau kau mau, aku akan jadi temanmu sekaligus menolongmu dari kesusahan ini"
Si anjing menatap putih dengan penuh harap "sungguh?"
"Iya. Dah, jangan sedih lagi yak. Oya, ngomong ngomong kita belom kenalan nih, Aku putih. Itu panggilan sementara yang dibuat kawan kawanku yang lain karena aku belom punya nama tetap. Kalo kamu?" Putih bertanya sekaligus menghangatkan suasana yang sedih tersebut.
"Aku bruno" kata anjing itu
"Nah, bruno. Aku akan membantumu terlepas dari siksa dunia ini. Tapi mula mula kau tunggu bentar yak. Nanti aku balik lagi"
Si anjing alias bruno pun hanya mengangguk pasrah. Setelah itu, si putih pun pergi meninggalkan bruno.
Si bruno yang menunggu pun merasa lelah dan putus asa karena sudah 1 jam si putih pergi dan tidak kembali lagi. Dia berfikir 'siapa juga yang mau berteman denganku. Paling paling dia sudah pergi dan takkan kembali lagi'
Baru saja dia berfikir demikian, tiba tiba, dari atas atap tempat dia dirantai, jatuhlah bungkusan kantong plastik penuh. Bruno pun kaget melihat bungkusan itu pun langsung membukanya. Dan ternyata, isinya adalah kumpulan tulang sapi dan kambing beserta sumsumnya. Dan beberapa sisa daging yang masih melekat di tulang tulang tersebut.
Bersamaan dengan terbukanya bungkusan tersebut, turunlah si putih dari atas atap.
"Ini, makanlah. Kami para kucing gak terlalu suka tulang sapi dan kambing karena terlalu susah dikunyah. Jadi, aku minta deh tulangnya sama bos maxim buatmu." Si putih menjelaskan
Bruno yang terharu melihat si putih ternyata menepati janjinya langsung memeluknya sambil meneteskan air mata bahagia
"Terima kasih. Seumur hidup aku belum pernah dapat teman sebaik ini" kata si bruno
Tanpa disadar si bruno mulai membuat putih sesak karena tercekik pelukanya "iyaiyaiya. Oi aku tercekik oi. Gabisa napas akunya"
Si bruno pun melepaskan pelukanya dan si putih mulai menganbil oksigen sebanyak banyaknya karena habis tercekik
Setelah cukup oksigen, si putih berkata pada bruno "makan gih, ntar malah jadi lalat yang makan tuh tulang"
Dan dengan lahap, bruno pun memakan semua tulang yang ada sampai tak ada yang bersisa. Setelah makan, diapun tepar karena kebanyakan makan
Sementara itu, putih melihat lihat rantai yang mengikat leher bruno. Setelah dilihatnya, diapun senyam senyum sendiri gajelas.
"Kenapa putih?" Tanya bruno
Sambil tersenyum, si putih pun berkata "bagian rantai dilehermu ini terdapat baut yang menguncimu dengan rantai ini. Kalo dilepas kalu bakalan langsung bebas"
"Ya, aku tahu. Dan pertanyaanya, siapa yang akan melepasnya?"
"Ya aku lah, siapa lagi?" Ujar putih bangga
"Memang kau sanggup melepasnya? Itukan keras sekali saat dibuka. Terlebih lagi rantai ini juga udah karatan"
"Ya diusahainlah bro. Masa diliatin aja. Tunggu kiamat mah tu rantai ga lepas lepas kalo gak diusahain"
"Oo.... kalo begitu, lepaskan lah"
Si putih mulai menggunakan cakar depanya untuk membuka baut tersebut. Ternyata tidak senudah yang sia bayangkan. Tenaga kucing lebih lemah daripada manusia. Tapi dia tidak cepat putus asa. Dia terus berusaha membuka baut tersebut. Sampai akhirnya baut tersebut terbuka dan bruno pun bebas
Si bruno yang bebas pun berlarian kesana kemari dengan riang gembiranya. Setelah puas berlarian, diapun menghampiri si putih yang lagi mengibas ngibaskan kaki depanya. Sakit euy
"Makasih ya bro, karenamu aku bisa bebas lagi"
"Ya sama sama. Oya, kalau kau mau mencari tuan manusia, pergilah ke tempat yang berisikan kumpulan manusia yang memakai baju abu abu dan topi segilima (polisi gaes). Dan jagalah tempat mereka berkumpul dari segala bahaya. Kemungkinan kau akan dipelihara sama mereka. Tapi dengan syarat bersikaplah baik pada mereka dan jagalah penampilan biar orang mau mengadopsimu"
Bruno yang heran bertanya kepada putih "kau tau soal itu darimana?"
"O oh... itu.. karena..... oh ya! Itu karena aku pernah melihat ada anjing yang sepertimu diadopsi mereka. Kemungkinan kau akan diadopsi juga" Si putih pun mulai kembali mencari alasan
"Nah, sekarang kau sudah bebas. Pergilah, sebelum orang orang sini kembali merantaimu dan melemparimu dengan batu lagi." Ujar putih
Bruno pun mengangguk dan berlari pergi mencari tempat yang ditunjukkan oleh putih.
"Sampai jumpa kawan, semoga kita ketemu lagi" teriak bruno disela sela larinya
Putih yang melihatnya turut bahagia. 'Dapat teman baru, kebahagiaanpun tercapai'. Itu mungkin yang ada dibenak putih saat ini.
(Sebelumnya saat pengambilan tulang)
Putih: "ayolah bos maxim. Masa iya kau mau simpan tulang sebanyak ini tampa dikasih sama yang butuh"
Maxim: "gaboleh! Diakan anjing. putih, kita seharusnya ga boleh berteman sama mereka. Ga sedrajat"
Putih: "kata siapa?"
Maxim: "kata nenek moyang"
Putih: "moyangnya siapa?"
Maxim: "ya kucing lah"
Putih: "ya kucingnya yang mana dulu?"
Maxim: "ya yang lebih tua dari kita semua lah"
Putih: "oo... jadi, dianya mana?"
Maxim: "dah mati lah"
Putih: "nah tuh, nenek moyang kita aja udah lama mati. Masa harus diikuti?"
Maxim: "namanya juga budaya lah putiiih."
Putih: "budaya, bukannya itu perang ya?"
Maxim: "..... iya iya, Bawa nih sebagian. Lagian gabutuh juga kita. Dimakan pun gabisa.
Putih: "nahh, gitu dong. Baru bosq yang baek"
Kucing lainnya sweatdrop
Dari sini ketahuanlah bahwa bos maxim tidak suka adu debat
.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung