Aku :" Jadi kan?" (sambil menoleh ke arah Dika)
Dika :" Jadi-jadi, aku dah bawa helmnya kog hehehe.."
Aku :" Oke sipp, aku juga dah ijin sama ortuku. Aku dah bawa kaos juga hehe, jadi bisa sekalian main ke rumahmu.'
Dika :" Yes, beneran?"
Aku :" Bener dong, ni aku bawa (sambil menunjukkan kaos dari dalam tas)"
Dika :" Oke, jadi ga sabar pengen ajak kamu lihat koleksi komikku hehe.. ( sambil tersenyum)"
Aku :" Sama hehe."
Pelajaranpun dimulai, kali ini matematika. Guru beberapa kali memberikan kami soal di papan tulis. Dan memberi kebebasan siapa yang mau maju mengerjakan soal itu. Setelah menghitung beberapa lama, aku maju mengerjakan. Tak lama Dika juga ikut maju mengerjakan soal lain yang ada di papan. Sambil bisik-bisik, guru tidak tau apa yang kami bicarakan. Beliau sedang memutari bangku-bangku belakang.
Dika :" Ehh, tungguin dong. Jangan cepet-cepet kalo nulis."
Aku :" Iyaa nii.."
Selambat mungkin aku menulis menunggu dia. Setelah selesai kami kembali ke tempat duduk dan guru mengoreksi jawaban kami. Untung saja jawabannya benar. Beliau kembali mengajar pada subbab selanjutnya.
Ternyata Dika jago juga matematikanya. Kapan-kapan bisa tanya lah kalo lagi ga bisa (dalam hati aku bicara).. Bel istirahat pun berbunyi kencang sekali bak emak-emak teriak yang memekakkan telinga. Sudah 3 hari sejak pertama masuk bel istirahat menurutku terlalu kencang. Ntah kenapa, aku hanya berpikir istirahat itu penting sehingga pengingatnya juga harus keras. Aku dan Dika selalu membawa bekal dari rumah, hari ini pun juga. Aku memutuskan untuk menggeser tempat dudukku menghadap Dika.
Aku :" Makan bareng yok.."
Dika :" Yok.."
Aku :" Kamu kenyang makan cuma dikit? Aku kasi ya, punyaku banyak ni."
Dika :" Ngga, emang makan aku cuma segini. Aku ga suka makan langsung banyak. Aku suka kalo makan dikit tapi berkali-kali."
Aku :" Oo gitu, pantes bekal kamu dikit.."
Dika :" Ngga dikit-dikit amat si, ini lumayan yah kayak makan di warung 1 piring normal."
Aku :" Klo bagi aku ya dikit itu dik."
Dika :" Kamu kan biasa makan banyak, porsimu kek buat makan sekampung (sambil tertawa terbahak-bahak)"
Aku :" Mulai nih ngejek orang, kan aku banyak di sayur nasinya cuma segini (sambil menjelaskan makananku)."
Dika :" Iya deh, sorry ga akan aku ejek lagi.."
Aku :" Nah gitu dong, masa ngejek temen sendiri (sambil tersenyum)."
Dika :" Dah ayo makan keburu masuk.. Bu Ami kan galak, kalo ga tepat waktu di usir dari kelas.."
Aku :" Iya, tapi ga usah cepet-cepet amat kali. Nanti kesedak lo."
Dika :" Iya-iyaaa.."
Kami pun menghabiskan makanan kami dan kelas pun dimulai kembali. Akhirnya pulang sekolah, ini yang aku nanti. Aku ingin melihat buku-buku milik Dika. Saat kami menuju ke parkiran motor, banyak kakak kelas melihat ke arah kami. Sambil mulut bergetar seperti membacakan mantra mbah dukun. Namun, kami berusaha tak peduli. Walau Dika bisa menyetir sepeda motor, dia belum punya SIM. Jadi aku yang memboncengkan dia. Yah kita sama-sama belum punya SIM tapi aku tau jalan tikus biasa ku lewati buat ngehindar dari tilangan polisi hehe. Dari parkiran sampai keluar bobolan anak sekolah kami menjadi sorotan banyak orang. Ntah apa yang salah dengan kami, mereka melihat ke arah kami terus tanpa henti. Tapi kami tetap santai dan melaju biasa sambil mengobrol sedikit di atas motor.
Aku :" Dik kasi arahan ke rumahmu ya, aku ga tau pasti kan."
Dika :" Iya, siap bu jek.."
Aku :" Tu diejek lagi, kog bisa bu jek?"
Dika :" Bu ojek (sambil tertawa terbahak-bahak)"
Aku :" Seenaknya ya bu ojek, dasar bodyguard (aku pun tertawa ngakak karena receh)"
Dika :" Tapi kan lebih keren bodyguard dari pada ojek."
Aku :" Ya tersera laa bodyguardku (sambil tertawa ngakak) hahahaha..."
Dika :" Iya bu ojekku (sambil tertawa ngakak)"
Sampailah kita di lampu merah mengarah ke rumah Dika. Aku bertemu orang yang kini aku benci. Dia bersama pacarnya, dia berusaha mendekati motorku. Aku berusaha menjauh, namun mereka menyusul. Di spion sepeda motor, Dika tampak bingung siapa yang membuntuti kami itu.