Chereads / Kompromi Cinta Sang Idola / Chapter 28 - Aku ingin tau

Chapter 28 - Aku ingin tau

"Baiklah kalau begitu mari kita kesana."

Seina masuk kedalam rumahnya dan mengambil kunci motor ia berniat untuk mengeluarkan motornya dari dalam rumah Devan bingung dengan sikap Seina.

"Apakah kita harus ke sana naik motor? Bukankah ada mobilmu? sayang kan mobil baru jika tidak digunakan untuk ke sana..?"

"Tidak disana jalannya jelek. Sayang mobilku yang baru, aku tidak mau merusaknya lebih baik pakai motor saja." ucap Sena yang masih begitu sayang kepada mobil barunya ia bahkan tidak membiarkan orang lain untuk menyentuh mobilnya. Karena untuk mendapatkannya ia telah melalui banyak perjalanan yang sulit dan juga sebuah perjuangan yang telah akan pernah bisa ia lupakan seumur hidupnya.

Devan melirik motor matic butut milik seina yang bahkan sudah tampak jadul dan dan tak terawat karena bahkan selama berbulan-bulan tak pernah digunakan.

Dengan susah payah Devan menyalakan motor itu karena sudah beberapa bulan tak digunakan membuat mesin motor itu sedikit rewel dan sulit untuk di nyalakan. Terlebih Santi sendiri tak bisa naik motor dan hanya mengandalkan sebuah sepeda ontel bututnya.

Kini Devan membonceng Seina naik motor menuju taman yang ada di hutan dekat rumahnya. Suasana kampung seina yang di penuhi dengan hutan jati membuat suasana terasa rindang dan sejuk. Meski jika musim panas malah kadang terasa sangat panas.

Beberapa warga desa yang melihat mereka berdua melintas tentu saja tampak heboh melihat artis baru mereka lewat.

"Disini udaranya sejuk dan sepertinya sangat nyaman."

"Apanya? Disini itu kampung dan sangat jauh dari kota. Jika kau ingin sesuatu kau perlu perjuangan untuk mendapatkannya bukan seperti di kota yang serba ada."

"Tapi akh suka disini. Di kota terlalu banyak polusi dan banyak kemacetan dimana-mana. Disini sepi. Bahkan kendaraan saja masih jarang." Devan menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya udara yang sejuk dihirupnya dalam-dalam seolah ia benar-benar menikmati alam yang ada di kampung Seina.

Setelah mengendarai beberapa menit kini mereka telah sampai di sebuah tempat mirip taman namun sudah tak terawat. Terdapat sebuah pondok yang mirip gazebo hanya saja karena tan tersebut jarang di kunjungi tempat itu terkesan kotor dan tak menarik lagi padahal sebenarnya jika di rawat tempat tersebut akan tampak sangat bagus karena banyak jenis tanaman hias yang dj tanam di taman tersebut. Dan saat musim berbunga akan tampak indah.

Devan dan Seina duduk pada gazebo taman tersebut. Seina menuntut sebuah jawaban dari pria berkaca mata ith yang seolah mengulur waktu untuk berkata jujur.

"Cepat katakan siapa sebenarnya ayah kandungku. Aku sudah menuruti semua kemauanmu. Aku sudah menjadi pacar settinganmu dan terjebak dalam situasi rumit ini karena mu."

"Oke aku akan jujur kepadamu. Aku memang tak bisa memberikan bukti otentik tapi aku tau siapa ayahmu."

"Maksudnya? Jangan bilang kah mencoba untuk menipuku.." seina menatap Devan dengan tatapan tajam dan bibir yang di tekuk.

"Aku tidak bohong padamu. Hanya saja aku belum bisa menunjukkan bukti yang aku lihat kepadamu. Karena dompet itu ada pada dompet seseorang."

"Tak usah bertele-tele lagi sekarang jelaskan siapa orang itu..!!" Seina yang sudah tak sabar kini memekik dan berteriak di telinga Devan.

"Oke. okee.. Aku aku katakan. Orang itu adalah pak Adiguna. Musisi yang kemarin malam juga menjadi juri di malam kemenanganmu."

Seketika Seina tercengang. Ia sampai tak mampu mengatupkan mulutnya. Matanya juga tampak melotot membuat Devan sedikit takut dengan ekspresi seperti itu. "Adi.. Jadi tulisan Adi itu adalah benar Adiguna?" Lutut Seina lemas seketika setelah tau fakta yang sesungguhnya. Pantas saja ia merasa ada sebuah perasaan hangat saat pria itu memeluknya semalam ada getaran dalam dadanya yang tak bisa untuk di jelaskan dengan kata-kata.

Seina kini terduduk lemas di gazebo kayu jati yang tampak lusuh itu. Ia berkaca-kaca bahkan kini air matanya mulai tak terbendung lagi. Perlahan ia terisak, selama bertahun tahun bahkan hampir 22 tahun usianya ia tak pernah sekalipun diberi tau siapa nama ayahnya. Bahkan di akta kelahirannya hanya tertuliskan nama gunawan yang tak pernah ia tau siapa orang itu. Setiap kali ia bertanya ibunya selalu bilang jika ayahnya sudah meninggal. Baru saat usianya remaja ia tau jika ayahnya masih hidup dan merupakan seorang musisi.

"Tunggu tapi bagaimana kau bisa tau jika ukiran Adi itu adalah Adiguna? Bisa jadi kan ada Adi yang lain?"

"Karna aku melihat foto ibumu ada di dompet Adiguna. Orang yang sama yang ada di foto dalam liontinmu itu. Foto ibumu masih tersimpan di dompet adiguna." jawab Devan dengan tegas.

"Benarkah?" tanya Seina dengan lirih. Kini air mata itu semakin deras mengalir dan membanjiri pipinya.

Devan yang melihat Seina menangis menjadi iba. Ia belum pernah melihat orang menangis seperti ini. Seina menangis tanpa suara namun air mata yang keluar seolah tak ada habisnya hingga perempuan itu terisak dan sesenggukan.

"Kau tak apa-apa?" tanya Devan dengan penuh ke hati-hatian ia tau di saat-saat seperti ini Seina sedang sangat sensitif.

"Bertahun-tahun aku menantikan saat-saat ini Devan. Aku menantikan ada orang yang memberitahu ku siapa ayah kandungku. Dan ternyata bahkan aku sudah pernah melihat dan bertemu dengannya bahkan semalam dia memelukku dan memujiku. Hiks hiks.." Seina menangis dengan pilu membuat Devan bingung harus berbuat apa.

"Sekarang kau sudah tau kan? Lalu apa yang ingin kau lalukan selanjutnya?"

"Aku ingin dia tau aku adalah anaknya. Aku ingin status yang jelas dari ayah kandungku. Apakah memang selama ini aku dibuang dan tak di anggap? Atau mungkin dia memang sudah melupakan ku dan tak pernah menganggap ku ada di dunia ini? aku ingin tau semuanya. Aku ingin tau."

"Sebenarnya hal itu hanya ibumu yang tau jawabannya."

"Tapi ibuku tak pernah mau memberikan jawaban itu kepadaku. Hingga aku sedewasa ini aku setiap hari masih selalu bertanya-tanya. kau tak tau rasa Devan setiap hati di bully di sekolah karena tak memiliki seorang ayah. Mereka bilang aku anak haram. dan ibuku hanya diam saja. Aku ingin menyangkal tapi aku tak punya bukti. selama bertahun tahun aku sekolah akh selalu mendapatkan perlakuan yang sama. Aku.. Aku.. hiks hiks." Seina tak mampu lagi berkata-kata suaranya kembali tercekat dalam tangisnya. Kala mengingat masa-masa buruk disaat ia masih mengenyam pendidikannya yang setiap hari diwarnai dengan bullian.

"Aku akan membantumu." sejna mendongak denga. deraian air mata di pipinya. "Aku akan membantumu sampai kau bisa bertemu dengan pak Adiguna. Dan aku berjanji membuat dia tau siapa dirimu yang sebenarnya."

"Tapi bagaimana caranya?"

Bersambung..!