Devan mulai mengambil dompetnya dan memakai jam tangannya bersiap untuk pergi. Namun tiba-tiba Seina teringat teror kelinci mati yang berdarah-darah kemarin, mendadak ia jadi takut jika sendirian di kamar hotel.
"Tunggu..!"
Saat hampir mencapai pintu Seina memanggil Devan. Pria itupun menoleh karena panggilan Seina. Seina secara kesusahan melompat dari tempat tidurnya dan mendekati Devan.
"Ada apa? bukankah katamu kau mau tidur saja?"
"Aku.. Aku takut sendirian."
"Takut? Takut kenapa?"
"Aku takut jika ada yang menerorku lagi." Seina menunduk merasa malu.
"Lalu kau mau ikut dengan kondisimu yang seperti ini?"
Devan melihat penampilan perempuan di depannya dari atas hingga kebawah. Seina memang cantik namun penampilan pagi ini sungguh sangat berantakan. Rambutnya acak-acakan, wajahnya kusam dan pucat, di tambah Seina belum mandi. Lagi pula ia bahkan baru bangun dari mabuk nya.
"Aku hanya perlu mandi sebentar. Tapi kepalaku masih pusing."
