"Sstt.. Jangan berpikir seperti itu. Aku yakin mas Devan pasti bisa melakukan sesuatu dan memperbaiki keadaan. Jangan pernah berpikir kau adalah pemimpin yang buruk. Kau adalah pemimpin yang hebat. Percayalah..!"
"Kau salah. Kau tau kan aku tak berpengalaman sebelumnya. Dan inilah yang terjadi. Aku telah mengecewakan semua orang."
"Tiap orang harus mengalami hal buruk sebelum menemukan hal baik, setiap orang harus melalui ujian dulu sebelum meraih kemenangan. Kau pasti bisa, percayalah! Kau hanya harus bersabar sebentar saja."
Seina meraih tangan Devan dan meletakkan di atas perutnya. Sambil menatap Devan yang tampak memperhatikan sesuatu dengan apa yang di rasakan oleh telapak tangannya.
"Kau merasakan sesuatu?"
"Ya. Ada yang bergerak. Apakah anak kita sedang menendang?"
"Tentu saja. Ini adalah bentuk dukungan putri kita untuk papinya yang sedang galau." mendengar ucapan Seina devan tersenyum. Seketika kecemasannya memudar.