Vivi kini duduk sambil menangis di sebuah taman kecil yang main ada di sekitar area masjid. Ia bahkan masih mengenakan kebaya putih lengkap dengan rambut yang di sanggul kebelakang. Walau kini riasan di wajahnya sudah berantakan akibat tangisan nya yang tak berhenti.
"Ternyata kau ada disini?" tanya Seina secara tiba-tiba membuat Vivi yang tengah menangis menghapus air mana tanya dengan spontan.
"Kenapa kau kemari? Untuk Apa kau datang kemari? Mau menertawakan aku? Mau menertawakan aku karena karena ternyata aku bukan anak papa. Dan bahkan aku mau menikah dengan seorang om-om yang ternyata adalh ayah kandungmu sendiri. iya kan?" ucap Vivi dengan marah.
Namun seina tak terpengaruh dengan ucapan Vivi. Ia tetap duduk di samping Vivi dan mencoba untuk menenangkan perempuan itu. Sentara Devan sendiri lebih memilih melihat mereka dari kejauhan.
"Kau tenanglah. Aku tau kau sedang terluka dan juga kecewa. Tapi kau tak perlu berlarut larut dalam hal ini.aku tau apa yang kau rasakan."
