"Untuk apa?"
"Tentu saja untuk melihatnya, mendengar detak jantungnya, kita belum benar-benar mendengar kata dokter tentang kandunganmu. Itu arti nya kita harus periksa lagi, karna aku ingin melihatnya." Devan ingin melihat langsung saat alat ultrasonografi itu menangkap bayangan bayi di rahim seina yang merupakan darah dagingnya.
"Baiklah. Kita akan melihatnya lagi besok." ucap Seina sambil tersenyum. "Aku tak pernah menyangka, sebentar lagi aku akan menjadi seorang ibu." ucap Seina yang merasa takjub.
"Aku juga. Rasanya masih seperti mimpi." ucap Devan sambil mengingat semua yang telah mereka lalui bersama, Mulai dari pertemuan pertama hingga saat mereka hampir bercerai.
"Ya. Aku juga merasa begitu. Hadir tanpa di duga. Namun di waktu yang tepat di saat kita mau berpisah dan saat kita menyadari perasaan kita."
"Mungkin dia memang hasil tanpa kesengajaan, tapi dia adalah yang telah menyatukan kita berdua. Seina,"
"Hmm.." Seina mulai mengantuk.
