Memang Devan jauh lebih tua dari Seina. Selisih usia di antara mera bahkan hampir 10 tahun. Namun Seina terpaksa menjadi pacar Devan karena sebuah kompromi yang telah mereka buat dan mereka sepakati bersama.
Setelah beberapa saat kerumunan perempuan yang merupakan fans dari devan mulai membubarkan diri. Mereka memilih untuk pulang kerumah masing-masing dan kini tinggalah Seina, Devan dan Santi yang ada di rumah kecil Seina. Awalnya Devan tampak aneh berada di rumah tersebut pasalnya rumah milik Seina 5 kali lebih kecil dari rumah yang ia huni.
"Silahkan masuk. Maaf rumahnya kecil dan juga jelek." ucap Santi yang sangat yakin jika Devan memiliki rumah yang jauh lebih besar dan bagus dari rumah ini. Ia sangat tau karena semua artis punya rumah yang besar.
"Ah gak masalah." ujar Devan mencoba untuk menyesuaikan diri meskipun tampak jelas jika ia merasa aneh dengan rumah itu.
Sementara itu Seina mengeluarkan kopernya dan membawa masuk kedalam rumah. Ia mengeluarkan beberapa barang yang ada di dalam koper tersebut. Ia juga memilih untuk berganti pakaian yang lebih santai.
"Ibuk sudah menyiapkan makanan. Lebih baik kita makan saja dulu." Ucap Santi mengajak Devan dan Seina untuk makan.
"Terima kasih tante." Devan yang mencium aroma masakan yang baru matang menjadi lapar dan perutnya juga sudah keroncongan.
Kini mereka bertiga duduk bersama dalam sebuah ruangan kecil berisi meja dan kursi kayu sederhana. Aneka makanan favorit Seina sudah tersaji diatas meja. Santi sengaja masak banyak dan enak karena ia tau jika hari ini putrinya akan pulang setelah sekian lama.
"Ibuk masak makanan kesukaanku ya?"
"tentu saja. Sudah lama ibuk tidak memasak untukmu. Jadi ibuk ingin memberikan yang terbaik untukmu hari ini. Lagi pula kau baru saja menang jadi kita harus merayakannya."
"Makasih Buk." Seina tersenyum senang. Seina tak butuh makanan mewah baginya masakan ibunya sudah lebih dari cukup untuk mengobati kerinduannya selma ini.
Mereka bertiga kini mulai menyantap makanan. Devan yang merasakan masakan ibu Seina tampak terbelalak. Ia tak menyangka ada makanan rumahan seenak ini.
"Tante masakannya enak banget. Seperti di restoran." puji Devan kepada Santi.
"Tentu saja ibuku kan punya usaha katering jadi sudah pasti enak." ucap Seina dengan bangga.
"Kenapa tante gak buka restoran saja. Sayang lo bakatnya kalau cuma hanya cetering di kampung."
"Gak apa-apa nak Devan. Begini saja ibu sudah senang." sebenarnya gentj saja Santi ingin membuka sebuah rumah makan agar usaha dan masakannya semakin di kenal orang di kalangan kuas. Namun semuanya terkendala biaya yang merupakan modal yang tak bisa di capai oleh Santi mengingat membuka sebuah tempat makan apa lagi restauran pasti membutuhkan banyak uang dan modal yang besar.
"Saya yakin kalau kemenangan Seina sendiri juga akan berpengaruh pada bisnis catering nya tante."
"Semoga saja. Ngmong-ngomong kalau boleh tau sejak kapan kalian berhubungan?"
"Uhuk uhuk.." mendadak Seina tersedak dengan pertanyaan ibunya.
Devan dengan cekatan memberikan segelas air minum untuk Seina, agar gadis itu tak terbatuk-batuk lagi. Devan tau Seina pasti bingung harus menjawab apa.
Melihat Devan yang perhatian kepada putrinya, Santi merasa senang karena sepertinya Devan tampak sayang kepada Seina.
"Sebenarnya saya sudah suka dengan Seina sejak awal dia ada di asrama. Awalnya dia adalah anak didik saya yang paling bodoh karena sebagai seorang penyanyi dia bahkan tak bisa membaca not balok dan not angka. Saya sampai stres di buatnya karena dia bahkan sulit untuk mengerti." mendengar hal itu seina hanya tampak memerah malu. Santi juga tertawa mendengarnya.
"Apakah kau yakin dan serius dengan putriku?"
"Tentu saja saya serius tante."
"Aku juga sudah melihat dan mendengar tentang berita miring tentangmu akhir-akhir ini. Dan kau.."
"Tante tenang saja. Semuanya itu hanya gosip murahan saja. Dan saya sangat serius dengan putri anda. Bahkan saya siap jika harus menikahinya juga."
Santi mengangguk angguk sebenarnya ia sedikit binggung harus menjawab apa. "Kenapa? apakah tante tidak yakin pada saya?"
"Entahlah. Hanya saja menjadi istri seorang penyanyi itu pasti sangat sulit mengingat gosip selalu saja bisa menerpa hubungan kalian. Dan sepertinya penyanyi adalah profesi yang belum tentu bisa untuk diandalkan." Santi khawatir putrinya akan mengalami nasip seperti dirinya.
"Tante tenang saja. Selain menjadi musisi dan penyanyi saya juga punya beberapa bisnis lain. Jadi jika suatu saat nama saya sudah tak terkenal lagi, saya masih punya sesuatu yang bisa diandalkan untuk menopang hidup kami nantinya." Devan bicara dengan sangat serius membuat Seina tertegun seina seolah tak bisa membedakan antara serius atau kepalsuan.
"Lebih baik kalian jalani saja dulu. Dan untuk masalah pernikahan kita bisa bicarakan lagi nanti lagi pula Sejna masih muda dan masih ingin berkarir."
"Saya tak masalah jika Sein berkarir. Saya tau Seina memang masih muda. Tapi usia saya sudah cukup dewasa dan saya rasa bukan waktunya bagi saya untuk hanya berpacaran. Saya ingin memiliki hubungan yang serius."
"Apa kah kau yakin?" santi bertanya lagi.
"Saya yakin tante."
"Dan kau seina?"
"Seina terserah ibuk saja." Seina menjawab dengan jawaban yang seolah cari aman saja.
"Ibuk minta kalian jalani saja dulu dan tak perlu terburu-buru lagi pula hubungan kalian baru seumur jagung masih butuh waktu untuk bisa saling mengenal."
"Tentu tante. Tapi setidaknya saya sudah meminta izin kepada tante. Dan nanti saya akan datang lagi dengan sebuah lamaran yang lebih pantas." jawab Devan.
Seina dan Santi sama sekali tak menyangka Devan akan seserius ini dan akan secepat ini dalam mengambil sebuah keputusan. Ibu dan anak itu hanya saling menatap seolah sama-sama tak percaya dengan apa yang mereka dengar. Apalagi Seina yang merasa semua ini terasa begitu mendadak.
Setelah acara makan bersama Seina menggelandang tangan Devan membawa pria berkaca mata itu ketempat yang sepi.
"Aku sudah menuruti keinginanmu sekarang Jawab dengan sebaik-baiknya dan sejujur jujurnya, siapa ayah kandung ku?"
"Apa kau yakin di sini ada tempat yang aman?" Devan melirik ke sekeliling dimana di belakang rumah hanya terdapat beberapa pohon-pohon rindang.
"Apa? lalu memangnya kau ingin kita bicara di mana..?"
"Tenang Seina, kau jangan lupa kau baru saja menjadi seorang bintang dan aku juga adalah seorang publik figure. soalnya di sini adalah tempat dimana banyak orang bisa diam-diam mendengar obrolan kita."
Ucapan Devan memang ada benarnya Tapi kini Seina bingung harus membawa Devan pergi kemana untuk bicara.
"Tadi aku melihat sebuah taman di sekitar sini bisa kita bicara di sana saja? sepertinya di sana cukup aman."
Seina Sendiri juga tak ingat jika di dekat rumahnya memang ada sebuah taman yang jarang sekali dikunjungi karena berada di tengah hutan.
"Baiklah kalau begitu mari kita kesana."
Bersambung..!