"Emm, su sudah mendingan, sepertinya debu pasirnya sudah hilang." jawab Seina setengah tergagap karena merasa ia telah salah dengan pikirannya yang berpikir jika Devan ingin menciumnya.
Seina kini justru merasa aneh dengan dirinya sendiri. Kenapa ia mesti berpikir jika Devan akan melakukan hal itu dalam situasi seperti ini. Terlebih kini mereka berdua sedang ada di tempat umum dan di tempat yang sangat terbuka.
Setelah Devan meniup matanya mendadak Seina seolah membatu dan setengah linglung. Ia kini tak punya keinginan untuk menyetir ATV lagi.
"Ayo..!" ajak Devan.
"Emm, mas Devan aja deh yang nyetir!" pinta Seina.
"Kenapa?"
"Aku takut kemasukan pasir lagi matanya." ucap Seina berkilah.
"Baiklah. Cepat naik..!" kini Devan sudah naik lebih dulu dan meminta Seina untuk juga segera naik.
