"Ayo Vi kita berangkat."
"Emm baik pa." Vivi pun beranjak dan mengambil tasnya lalu segera membuntuti papanya dari belakang.
"Ma Vivi berangkat dulu ya." Vivi pamit kepada Vira yang masih mengunyah makanannya dengan wajah muram karena masih merasa marah.
"Iya sayang. Hati-hati ya. Takutnya ada ornamen yang jatuh lagi." Vira memeluk putrinya dan tersenyum manis, sementara saat ia melirik kearah suaminya wajahnya berubah masam lagi.
Adiguna sendiri tak perduli dengan apa yang istrinya lakukan, ia sendiri merasa malas untuk terus-menerus berdebat apalagi di depan anak-anaknya.
Keduanya kini sudah sampai di cafe yang berantakan, Adiguna sendiri juga sudah meminta seseorang untuk membersihkan dan merenovasi tempat tersebut. Melihat lampu gantung yang masih berserakan di lantai Vivi jadi teringat Devan yang telah menyelamatkannya. Jika Devan tak menolongnya tepat waktu mungkin saja ia kini membuka matanya di rumah sakit.