"Mas Devan terimakasih."
"Lain kali hati-hati."
"Tadinya aku juga hati-hati tapi karena mas Devan sedang dalam posisi yang.. Emm.." Seina tak sanggup melanjutkan perkataannya karena ia bingung bagaimana mengungkapkannya pada Devan.
"Sudah tak perlu dibahas lagi. Anggap saja kau tadi tak melihat apapun. dan anggap saja tak terjadi apapun."
"Tapi tadi aku memang gak liat apa-apa kok. Sumpah." Seina mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya keatas tanda ia bersungguh-sungguh.
"Sudahlah.. lebih baik kau segera minum minuman hangatmu itu sebelum nanti minuman itu berubah menjadi dingin. Jika sudah merasa enak kan cepatlah mandi dan bersiap untuk makan siang. Aku sudah sangat lapar." tukas Devan.
"Memangnya tadi mas Devan gak sarapan?"
"Mana bisa aku pergi sarapan sendiri sementara kau tidur bagai orang mati yang tak ada tanda-tanda mau terbangun."
"Kan bisa pesan lewat layanan kamar.."
"Hmm.. Sudahlah jangan lagi banyak bicara."