04-Di anter pulang
***
"Udah selesai makannya?" Tanya Jo dengan suara berat nya.
"Hai Lisa." Sapa David dengan nada menggodanya. Lisa pun mengerucutkan bibirnya karena merasa malu disapa oleh David seperti itu.
Semua orang pun terkekeh melihat tingkah Lisa dan David. Sedangkan Jo yang geram karena pertanyaannya diabaikan oleh Joy langsung menarik tangan Joy untuk pergi dari kantin.
Karena merasa kaget karena dirinya ditarik oleh Jo, Joy pun tiba-tiba berhenti.
"Lo mau bawa gue kemana?"
"Ketemu Bagas," jawab Jo dengan muka super datar nya.
"Ngapain?"
"Balas dendam," balas Jo dengan bercanda, tapi mukanya tetap datar.
"Gak, gue gak mau bales dendam sama siapa aja, lagian gue udah gak apa-apa kok Jo." Tolak Joy mentah-mentah.
"Bercanda elah." Jawab Jo dengan sedikit tersenyum dan langsung menggandeng tangan Joy untuk pergi dari situ.
Orang aneh, batin Joy
Jo berhenti di taman belakang sekolah. Joy mengerutkan dahinya, dirinya bertanya-tanya mengapa dirinya dibawa ke tempat seperti ini. Tak butuh waktu lama tiba-tiba ada Bagas datang dengan teman nya. Tetapi ada yang lebih aneh, yaitu tangan bagas di borgol? Ya tangan Bagas di borgol oleh Jo untuk datang ke taman belakang sekolah, tujuannya untuk meminta maaf ke Joy.
Bagas datang mendekat ke arah Jo dan Joy. Joy bingung, dia celingak-celinguk ke kanan dan ke kiri entah apa yang akan dilakukan oleh Bagas pikirnya.
Tiba-tiba Bagas tersungkur ke tanah, dirinya nangis sampai sesegukan. Joy makin bingung, ada apa sebenarnya ini?
"Joy maafin gue ya." Ucap Bagas.
Hening.
"Joy." Ucap Jo
"Eh.. iya gue udah maafin lo kok gas." Ucap Joy dengan gugup, karena jujur dirinya kaget karena tiba-tiba ada di situasi seperti ini.
Tiba-tiba dirinya merasa tidak tega dengan keadaan Bagas saat ini, muka babak belur, mata sembab, badan gemetar, baju compang-camping, dan sekarang dirinya sedang tersungkur di depan Joy dan Jo.
Jo yang sudah mendengar perkataan dari Joy yang sudah memaafkan Bagas itupun langsung memerintahkan dua teman Bagas untuk membawa Bagas pergi dari taman tersebut.
"Lo udah gak kenapa-kenapa kan?" Tanya Jo.
"Udah kok,"
"Masih ada yang sakit gak?"
"Muka gue masih nyeri-nyeri gimana gitu deh."
"Yaudah."
"HAH?! YAUDAH DOANG? EMANG ANEH NI COWOK!" Batin Joy kesal dengan tanggapan Jo yang benar-benar dingin.
Tiba-tiba tangan Jo terangkat dan langsung mengelus pipi lembut dari Joy. Entah angin apa yang merasuki Jo tapi tiba-tiba saja dirinya ingin sekali mengelus pipi gadis tersebut.
Jo pun tersentak saat tangan Jo mengelus pipinya tanpa persetujuannya. Dirinya sedikit meringis karena jarinya tiba-tiba menyentuh bekas lukanya.
"Eh..sakit ya?"
"Udah gak apa-apa kok,"
***
Kringg
Bel sekolah pun sudah berdering menunjukan waktunya untuk masuk ke kelas untuk melanjutkan kegiatan belajar mengajar. Teman-teman Jo dan Joy sudah masuk ke kelas mereka dan siap untuk pelajaran selanjutnya, walaupun David siap untuk tidur.
Jo dan Joy masih berada di taman belakang sekolah.
"Eh ayo udah bel." Ucap Joy.
"Tunggu."
Joy terdiam karena Jo menyuruhnya untuk menunggu sambil memegang tangannya lagi. Oh Tuhan ada apa lagi ini?
Dengan lembut dan pasti tangan Jo menyingkirkan rambut Joy dan menyelipkannya di telinga. Dirinya mendekatkan mukanya ke muka Joy yang sudah sangat gugup tersebut.
"Nanti pulang gue anter." Bisik Jo dengan sangat lembut.
Tubuh Joy menegang tak bergerak mendengar bisikan malaikat tampan tadi. Sedangkan Jo langsung berjalan ke kelas nya sambil terkekeh melihat reaksi Joy yang menurutnya sangat lucu.
Joy pun tersadar dari lamunannya dan segera menyusul ke kelas untuk belajar.
***
Kringg
Bunyi bel sekolah sudah berkumandang yang mengartikan bahwa jam pelajaran sekolah sudah selesai dan waktunya untuk pulang.
Semua anak sedang merapikan meja mereka untuk bergegas segera pulang kerumah masing-masing. Tak terkecuali The Bachelor's dan Arina CS.
"Joy, lo pulang sama siapa?" tanya Mika.
Gugup. Dirinya melirik Jo sekilas, dan tak ada raut jawaban dari mukanya. Terpaksa dirinya harus menjawab. "Sendiri, gue bawa mobil kok." Jawab Joy.
Mendengar jawaban Joy itu pun membuat kekesalan Jo memuncak seketika. Bagaimana tidak, tadi dirinya sudah mengajak dirinya pulang bersama, tetapi mengapa Joy malah berbicara seperti itu. Apa Joy malu pulang dengan dirinya?
"Oh yaudah, hati-hati ya Joy," balas Mika.
"Di anter gue aja deh Joy nanti mobil lo sama si David aja." Tawar Mario.
Apa lagi ini? Jo benar-benar ingin meledak saat itu juga. Gebetan dan teman-temannya benar-benar tidak mengerti perasaannya sama sekali.
"Gak usah Mar, gue bisa sendiri kok." Tolak Joy sekali lagi.
Benar-benar dirinya tak bisa tahan lagi dengan semua ini. Jo langsung menarik tangan Joy dan mengambil kunci mobil Joy yang ada di meja dan langsung melemparnya ke David.
"Bawa mobilnya, dia balik sama gue." Tutur Jo.
Setelah mengatakan itu Jo tetap menarik tangan Joy sampai di parkiran. Semua orang yang ada di sekolah itupun melihat adegan itupun dengan tatapan aneh dan sebagainya.
Sesampainya di parkiran, Jo langsung mengambil helm dan memakaikannya ke kepala Joy. Sedangkan Joy sedari tadi hanya tetap berdiam diri. Dirinya benar-benar tidak tahu harus bersikap seperti apa disaat seperti ini.
"Naik." Ucap Jo.
Tanpa berkata-kata lagi Joy pun menaiki motor sport milik Jo. Dirinya benar-benar canggung berada di situasi seperti ini.
"Pegangan."
Dengan sangat ragu Joy memegang bahu Jo untuk berpegangan. Merasa bahunya dipegang oleh Joy, Jo pun tersenyum dibalik helm full facenya tersebut.
Jo pun menjalankan motornya keluar gerbang, dan langsung menembus jalan raya.
Udara siang itu benar-benar sangat pas tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin, angin pun berhembus dengan teratur.
Jo benar-benar menikmati jalanan dengan tenang, sesekali dirinya menutup matanya untuk menikmati angin yang sepoi-sepoi.
Merasa jalanan ini bukan jalan untuk menuju rumahnya, Joy pun menepuk sedikit bahu Jo. Merasa ditepuk Jo pun menoleh.
"Ada apa?"
"Ini bukan arah kerumah gue."
"Makan."
"Maksudnya?"
"Kita makan dulu baru pulang."
"Oh yaudah,"
"Ni cowok bener-bener aneh deh." Batin Joy
***
Motor Jo berhenti disebuah restaurant terkenal di Jakarta. Joy pun langsung turun dan melpas helm nya.
"Kok kesini?" tanya Joy.
"Lo gak denger tadi gue ngomong apa?"
"Denger, tapi mau makan siang aja ngapain ke sini?"
"Emang lo gak mau?"
"Enggak."
"Terus mau kemana?"
Joy pun mengedarkan pandangannya. Dapat, dirinya menarik tangan Jo untuk mendatangi tenda jualan disebrang jalan untuk membeli nasi goreng.
"Ngapain kesini?" tanya Jo.
"Makan,"
Tanpa berlama dirinya pun duduk di sebuah bangku dan langsung memanggil pelayan.
"Nasi gorengnya satu sama es teh manis nya satu." Ucap Joy.
"Lo?" tanya Joy kepada manusia di depannya tersebut.
"Samain aja."
"Ok mbak saya ulangi, nasi gorengnya dua sama es teh manis nya dua." Ucap pelayan mengulangi.
Joy pun mengangguk, dan pelayan itupun langsung pergi.
Suasana disana benar-benar ramai, tetapi entah mengapa di meja yang Joy dan Jo duduki terasa sangat hening.
"Kok lo mau makan di tempat kayak gini?" tanya Jo.
"Emang kenapa?"
"Emang lo gak risih?"
"Enggak kok, malah seru-seru aja tuh." Jawab Joy.
"Malah di tempat kayak gini itu makanannya enak tapi harganya terjangkau apalagi porsi nya banyak lagi," lanjut Joy.
Jo hanya mengangguk-anggukan kepalanya.
Tak lama pesanan mereka pun datang. Mereka makan dengan tenang tanpa ada niat untuk mengobrol satu sama lain. Tiba-tiba ada dua anak kecil berdiri di samping meja mereka. Ya, mereka adalah pengamen jalanan yang sedang mengamen, satu anak memegang ukulele dan satu lagi memegang krecekan yang terbuat sederhana.
"Maaf." Ucap Jo.
Berbeda dengan Jo, Joy malah mencari beberapa uang sepuluh ribu dan langsung memberikan kepada dua anak kecil tersebut. Mereka pun mengucapkan kata terimakasih dan langsung pergi dari situ.
Udah cantik baik lagi batin Jo.
Setelah selesai makan mereka pun langsung bergegas untuk pulang karena melihat langit sudah menampakan suasana buruknya, ya sepertinya sebentar lagi akan hujan. Mereka langsung menaiki motor dan Jo menjalankan motor membelah jalanan Jakarta untuk cepat sampai kerumah Joy. Jo melajukan motornya dengan kecepatan laju, karena tersentak Joy pun memeluk Jo dari belakang. Tersadar karena dirinya memeluk Jo langsung saja Joy melepaskan pelukannya.
Karena merasa pelukan di perutnya melonggar, dengan cepat Jo menarik tangan Joy untuk tetap memeluknya.
"Peluk aja, gue mau ngebut." Ucap Jo.
Deg
Jantungnya berdegup kencang, pipinya merona. Sekarang dirinya hanya berdoa agar Jo tidak merasakan degupan jantungnya.
***
Kini mereka berada di depan mansion keluarga Queta, Joy pun turun dari motor Jo. Dirinya bingung kenapa Jo mengetahui rumahnya, padahal sedari tadi di jalan dia tidak memberi petnjuk jalan sama sekali.
"Kok lo tau rumah gue si? Kan dari tadi gue gak kasih tau rumah gue." Cerocos Joy.
"Siapa sih yang gak tau rumah keluarga Queta."
"Hah? Jadi lo tau? Please ya jangan kasih tau ke temen-temen di sekolah."
"Hm"
Sementara itu Mami Joy- Iren keluar untuk melihat siapa yang datang.
"Loh ada temennya Joy?" tanya Iren.
"Iya mi."
"Halo tante."
Iren pun mengajak Jo untuk mampir dulu, tetapi Jo menolak alasanya karena ditunggu orang tuanya. Tetapi bukan Iren namanya jika dia tidak bisa membujuk orang.
Sekarang Jo sudah berada di ruang tamu rumah Joy. Sedangkan Joy berada di kamarnya untuk berganti baju. Iren datang dengan membawa minum di tangannya dan duduk di sofa bersama Jo.
"Kamu teman nya Joy ya nak?" tanya Iren.
"Iya tante."
"Kirain tante mah pacarnya." Ucap Iren yang sukses membuat jantung Jo berdetak dua kali lebih cepat, dan gugup.
"Kita cuman temen kok tante."
"Iya gak apa-apa, tapi nanti kalau kalian pacaran tolong jaga Joy ya, jangan sampai dia nangis, jangan sampai dia ingat sama abangnya, pokoknya dia harus bahagia sama pacar pertamanya." Jelas Iren.
"Emangnya Joy belum pernah pacaran tan?" Tanya Jo.
"Belum nak, maka dari itu kalau kamu bisa bikin dia luluh jangan sampai sakiti dia ya. Dia juga suka sekali melihat orang-orang terdekatnya bahagia, sampai-sampai dia gak memikirkan dirinya sendiri." Jelas Iren lagi.
Jo terdiam, dirinya benar-benar bingung menurutnya Joy adalah wanita yang menarik karena dia berbeda.
Joy sudah mengganti bajunya dengan baju rumah. Dirinya melangkahkan kakinya untuk turun ke ruang tamu.
"Lagi ngobrol apasih?" Tanya Joy.
"Biasa, cara jadi mantu idaman nyokap lo aja kok." Jawab Jo. Jawaban Jo benar-benar berhasil membuat pipi Joy merona untuk kesekian kalinya. Sedangkan Iren hanya terkekeh dengan jawaban Jo.
"Yaudah tante saya pamit pulang dulu, jangan lupa jagain calon pacar saya ya tan." Kali ini pipi Jo sudah benar-benar memerah, entah bagaimana bentuk mukanya sekarang, apakah seperti tomat? Entahlah.
Jo pun pulang kerumahnya, dirinya membaringkan tubuhnya di kasur empuknya. Dirinya benar-benar terpesona dengan Joy. Menurutnya Joy adalah gadis yang berbeda. Gadis yang murah hati dan tidak sombong, meskipun dirinya sangat kaya tetapi dirinya tidak pernah sekalipun untuk pamer.
Bener-bener istri idaman batin Jo.
Tak lama dirinya terlelap dan masuk ke alam mimpinya yang menikah dengan Joy.
Beranda sahabat-author