Bertanya tentang siapakah kita sebenarnya itu ampuh untuk menyelamatkan kehidupan dari berbagai rintangan dan cobaannya.
===
Percaya gak percaya, sering tanya tentang siapa kita sebenarnya itu sangat penting loh. Lah apa sih pentingnya menanyakan tentang diri sendiri, toh kita juga udah tahu dari lahir. Eits, mengenali diri sendiri itu tidak semudah yang kita kira.
Tahukah, banyak hal yang belum kita ketahui tentang diri kita sendiri. Terutama bagi mereka yang masih di usia remaja dan menginjak dewasa. Ouh, jelas lah, pasti akan mengalami proses dimana kita bimbang tentang kepribadian kita sendiri. Jika tak pintar-pintar mengenali diri sendiri, lalu bagaimana kita mengatur diri kita dalam menjalani kehidupan yang tak selalu berada di atas ini??.
So why? dengan kita mengetahui siapa kita sebenarnya, maka kita pasti mempunyai arah, langkah, cita-cita, dan tentunya tujuan hidup yang harus kita capai. Dengan mengenali diri kita, kita bisa memiliki prinsip-prinsip hidup yang tak mungkin dimiliki orang lain. Lah, dengan berpegang teguh pada prinsip hidup kita masing-masing itulah yang mampu menguatkan kita dari berbagai badai yang menerpa.
===
Eit dah, kenapa jadi kayak motivasi gini ya.. So, lanjut cerita lagi kuy..!!
===
Inilah aku..!!
Perkenalkan, aku adalah manusia. Makhluk Tuhan yang dibekali keistimewaan berupa otak dan nafsu. hhhe siap juga yang gak tau yak..
Lebih tepatnya, aku berjenis kelamin perempuan.
Oke langsung aja.. Panggil saja aku si "Neng". Eh tapi bukan film tahun 2000 an yang judulnya "Neng" ya..!!
Jadi gini, secara umum, istilah "Neng" itu kan dipakai untuk menunjukkan anak wanita, baik itu dari sudut pandang suku Sunda, Jawa, maupun Madura.
Lebih spesifik lagi, dalam dunia pondok, istilah "Neng" dipakai untuk menyebutkan gelar anak kyai, sama halnya dengan istilah "Gus/Agus". Jadi, sebelum manggil namanya, sebagai tanda penghormatan, para santri menyebut kata "Neng" terlebih dahulu. Misal jika nama anak kyainya itu Nanda, maka para santri memanggil dia dengan sebutan "Neng Nanda".
hanya deskripsiin nama aja udah panjang banget, heuhe...
Karena aku berjulukan "Neng", So tau sendiri lah ya, aku kebetulan lahir di lingkungan pondok pesantren, dan aku berdarah santri. Kehidupan sehari-hari yang aku nikmati adalah seputar pemandangan pesantren, ngaji, santri, kitab, sekolah, dan lain-lain yang bersangkutan dengan kepesantrenan.
Kata orang, anak kyai itu sama halnya dengan orang yang berdarah biru. Namun aku menyangkalnya. Aku tak suka orang-orang mempunyai mindset demikian. Menurutki semua orang itu sama, dan hanya taqwa yang membedakannya.
Karena ada unsur pembagian derajat sosial di masyarakat tentang orang-orang yang berlingkungan pesantren, maka sejujurnya aku risih hal itu terjadi padaku. Dan tak hanya itu, hal yang paling aku tak suka ketika menjadi seorang "Neng" adalah karena adanya tuntutan keras untuk menjadi teladan. Yah, memang sih itu adalah hal yang wajar tatkala seorang anak kyai harus menjadi contoh yang baik untuk santri-santrinua. Namun secara otomatis pula, aku tak bisa merasakan kebebasan sebebas orang-orang pada umumnya, seakan tiada ruang sedikit pun bagiku untuk melakukan segala sesuatu yang dianggap tak pantas dilakukan oleh seorang "Neng".
Sejak kecil aku bermimpi ingin tidak dilahirkan di dunia pesantren dan ingin seperti orang-orang biasa. Rasanya, aku ingin sekali kabur dari lingkungan keluargaku dan menyamar jadi orang biasa. Ah namun itu hanya mimpi masa kecilku.
Dan kini ketika sudah beranjak dewasa dan semakin memperdalam ilmu agama di pesantren, So mimpi kecil itupun sudah musnah. Kini aku tahu bahwa sebenarnya mimpi kecilku itu salah besar. Karena pada hakikatnya kita sebagai hamba harus selalu memiliki progres ketaqwaan dan tidak boleh mengalami kemunduran, apalagi sampai jadi orang awam. Karena tugas kita adalah nantinya bermanfaat untuk masyarakat, maka dari dalam diri kita pun harus tertanam kuat modal-modal keagamaannya.
Yah, begitulah sebagian dari hasil pertanyaan tentang "Siapakah Aku?". Intinya, kita tidak bisa meminta akan dilahirkan oleh siapa, kapan, dan dimana. Namun yang bisa lakukan adalah selalu menjadi manusia yang baik, dan selalu memperbaiki diri tanpa harus mengubah takdir yang telah pasti.
Siapakah kamu? sedalam apa kau mengenal dirimu?
Ah, jadi ingat tentang qoul : من عرف نفسه فقد عرف ربه, yang artinya : "Barang siapa yang mengetahui dirinya, niscaya Ia pun mengetahui Tuhannya"..