Barisan bangku penonton di stadion telah penuh dan sekarang semua mata memandang ke arah yang sama. Seorang anak laki-laki berumur 8 tahun baru saja memasuki gelanggang. Tubuhnya begitu kecil dan dia sebenarnya adalah seseorang yang sangat menyukai ketika dirinya sudah berseluncur di atas es.
"Fokus! Fokus!"
Nathaniel menengadahkan kepalanya melihat ke arah penonton dan tersenyum. Tetapi di sana, dia tidak melihat orang tuanya menjadi salah satu penonton di debut pertamanya sebagai figure skater junior.
"Selanjutnya, peserta terakhir peseluncur junior asal Rusia, Nathaniel Ueda!"
Pembawa acara memperkenalkan Nathaniel sebagai salah satu peserta terakhir, yang akan tampil di program pendek pada Kejuaraan Dunia Figure Skating Junior.
Musik mulai dimainkan, beberapa penonton ada yang terlihat bertepuk tangan. Nathaniel juga berusaha menikmati pertandingan ini. Walaupun orangtuanya tidak bisa datang pada debut pertamanya sebagai figure skater, tetapi dia harus kuat setidaknya agar dia bisa memenangkan kejuaraan ini.
Nathaniel melakukan lompatan double toeloop dan mendarat dengan sempurna, suara penonton disekitar membuatnya agak gugup. Tapi itu tidak bisa membuat dia goyah dan merasa terganggu. Dia harus fokus dengan urutan langkah dan loncatan yang selanjutnya.
"Wah, aku berhasil. Baiklah, loncatan selanjutnya... Triple salchow!" gumam Nathaniel dalam hati sembari mengingat koreografi yang diberi pelatihnya.
Dan saat Nathaniel bersiap melakukan lompatan selanjutnya yaitu triple salchow, dia berakhir gagal mendarat dengan sempurna.
Nathaniel terjatuh. Kemudian, dia segera bangkit dengan menyangga menggunakan kedua tangannya. Penonton juga terlihat sangat gugup menyaksikan penampilan Nathaniel. Padahal, yang berada di atas es adalah Nathaniel dan bukan mereka.
Dia berhasil menyedot perhatian penonton melalui penjiwaan musik yang sempurna dengan penampilan luar biasa. Ekspresinya membuat penonton terdiam. Alunan piano yang diputar sekarang ini adalah karya Beethoven yang berjudul Moonlight Sonata. Nathaniel memilih musik itu atas kemauannya sendiri.
"Jangan panik."
Nathaniel terus berseluncur. Hingga tak terasa dia telah memasuki babak kedua. Akan tetapi, ketika dia baru memasuki babak kedua, nafasnya sudah mulai terengah-engah, begitupula peluh yang telah membasahi wajahnya. Dia terlihat begitu kelelahan. Di beberapa lompatan dia gagal dan itu membuatnya merasa frustasi.
Mendekati menit-menit terakhir, Nathaniel bersiap melakukan flying combo sit spin, dia akan berputar dan setelah itu mengakhirinya dengan pose yang menarik.
Di seberang sana, pelatih Christoff terlihat mencemaskan keadaan Nathaniel. Ketika Nathaniel menyelesaikan program pendeknya di atas es, pemuda itu menghampiri pelatihnya.
"Kerja bagus," bisik pelatihnya pada Nathaniel. Anak laki-laki berumur 8 tahun itu memeluk erat pelatihnya. Dia menangis setelah mengingat kembali beberapa kesalahan yang dia lakukan pada lompatan kombinasi triple axel dan double lutz.
"Tidak apa-apa. Tadi adalah pertunjukan yang sangat hebat. Kerja bagus, Nathan."
Perasaan lega di diri Nathaniel membuat dia tidak bisa menghentikan air matanya. Dia masih tidak menyangka sudah menyelesaikan debutnya pada program pendek.
"Akhirnya... Aku menyelesaikan program pendek debut junior pertamaku." Dia bergumam dalam hati sambil sesekali menghembuskan napas. Dia masih tidak percaya telah menyelesaikan pertandingan program pendeknya dengan baik walaupun di beberapa lompatan seperti triple salchow, triple flip dan triple lutz dia gagal mendarat dengan sempurna. Tetapi, dia tetap merasa seperti sudah melakukan hal yang sangat hebat di sepanjang hidupnya.
Suara tepuk tangan penonton masih meninggalkan bekas di benaknya. Bahkan setelah dia sudah tak di atas seluncur es, beberapa penonton masih ada yang bertepuk tangan untuknya.
Nathaniel tersenyum. Sesaat sebelum skor perolehannya di umumkan, dia berdiri dan mengatakan, "Terima kasih" kepada semua orang yang telah datang dan mendukungnya.
Semua lensa kamera pun tertuju padanya. Seorang anak laki-laki berumur 8 tahun yang begitu sopan, bertubuh kecil dan sangat menggemaskan itu sudah memikat hati semua orang.
Di masa mendatang, orang-orang akan selalu mengingat wajah imut dari seorang anak laki-laki yang bernama Nathaniel Ueda.
Pembawa acara mulai mengumumkan skor dengan pengeras suara, "Skor untuk Nathaniel Ueda..."
"Skor short program : 26.35"
Nathaniel menempati urutan keenam dengan skor yang dia raih. Selisih skor yang dia dapatkan dengan peserta sebelumnya hanya 2.2 poin, sangat disayangkan. Meski begitu, pelatihnya tetap kembali memeluk Nathaniel dan memberi selamat atas debut juniornya di dunia figure skating.
Nathaniel kembali menatap lekat-lekat skor perolehan yang dia dapat, jujur dia masih merasa tidak puas. Tapi apa boleh buat beberapa merupakan hasil dari kesalahannya sendiri. Sekeras apapun usahanya, sebuah perjuangan tidak bisa di raih semudah itu hanya dengan sekali coba. Di Free Program, dia bertekad akan berusaha sebaik mungkin dan meraih skor tertinggi.
"Aku akan berusaha di program bebas besok." celetuknya saat tengah di wawancarai oleh beberapa reporter olahraga.
"Lalu, akan aku pastikan untuk memenangkan pertandingan ini." Lanjutnya dengan suara yang lantang.
Seperti yang diharapkan dari seorang Nathaniel Ueda. Anak laki-laki itu bukannya merasa putus asa dan sedih, semangat justru semakin membara dalam dirinya.
"Ketika harapan dan impianmu tidak berada di jalan yang selaras. Jangan takut. Kamu pasti dapat mengubah takdirmu dan menjadikannya milikmu," ujar ibu Nathaniel saat itu, ketika dia masih berumur 3 tahun. Dulu Nathaniel tidak mengerti maksud dari ucapan ibunya. Akan tetapi, seiring bertambahnya umur, Nathaniel akhirnya mengerti dibalik kalimat yang diucapkan ibunya beberapa waktu silam.
πππ
"Nacchan!"
Suara seorang anak perempuan menyapa pendengarannya, perlahan semakin jelas dan wajah yang tak dia sukai datang lalu memeluknya bahkan mencubit pipinya.
"Duh, gemasnya adik kecilku... Selamat atas debutmu."
Nathaniel tak berniat menanggapi anak perempuan yang nampak lebih tua 5 tahun dari dirinya. Jadi, Nathaniel hanya diam tanpa bisa berkutik sedikit pun pada anak perempuan yang masih asik mencubiti pipinya.
"Hentikan. Sakit tahu!" protes Nathaniel. Dia menepis tangan Livya.
Livya Tsychlova seorang figure skater wanita yang tengah digandrungi kalangan pria karena kecantikannya. Dia pemilik darah keturunan asli Rusia. Livya adalah salah satu senior wanita yang cukup dekat dengan Nathaniel. Tapi karena Nathaniel selalu menolak keberadaan Livya, tidak bisa dipastikan kalau mereka cukup dekat sebagai seniorβjunior.
"Nacchan! Tadi aku foto-foto dengan idolamu loh..." ungkap Livya.
"Berisik, ah."
"Mau lihat tidak?" Livya mengeluarkan ponselnya, baru saja dia ingin memamerkannya pada Nathaniel. Anak laki-laki itu sudah menolaknya terlebih dahulu.
"Tidak usah. Tidak ingin lihat."
"Gak asik nih, Nacchan." gerutu Livya. Dia menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Lalu tiba-tiba ditariknya lengan Nathaniel, membuat anak laki-laki itu mau tidak mau mengikuti jejak Livya yang menarik paksa lengannya.
"Ada apa?" tanya Nathaniel. Tangan kanan Livya menunjuk ke arah ice rink.
"Yuzuru Hanyu! Wah, keren sekali!"
Livya, gadis keturunan asal Rusia itu juga merupakan salah satu penggemar berat dari Yuzuru Hanyu. Di Moscow School of Skating, hanya dia dan Livya yang begitu mengagumi skater asal Jepang itu. Hingga menjadikannya sebagai contoh dalam setiap latihan mereka.
Nathaniel refleks menoleh. Seketika netranya memancarkan cahaya yang berkilauan. Nathaniel dibuat terdiam. Pandangannya tak lepas dari monster kecil yang tengah berseluncur dengan indahnya di atas es. Urutan langkah, loncatan, putaran, ekspresi bahkan penjiwaannya menyatu sempurna dengan alunan musik. Seluruh penonton juga ikut terhanyut dalam penampilan Yuzuru Hanyu. Sang peraih medali emas empat kali berturut-turut di Grand Prix Final, juga pencetak skor tertinggi di sepanjang sejarah figure skating.
"Kalau mau jadi seperti dia... Harus seberapa sering aku latihan? Berapa lama waktu yang kubutuhkan untuk mengejarnya?" gumam Nathaniel.
Kemudian, Livya yang kebetulan masih berdiri di sampingnya menyahut, "Dia itu jenius. Tapi kalau Nacchan pasti bisa! Karena, Nacchan yang ku kenal sangat ambisius dan tidak mudah menyerah. Dalam waktu dekat kamu pasti bisa meraih apa yang kamu inginkan."
Livya mengacak-acak rambut Nathaniel dengan gemas sambil tersenyum penuh kemenangan. Akhirnya ia berhasil mengambil hati anak kecil berhati dingin, yang beberapa tahun lalu sangat sulit untuk di dekati.
"Livya! Nathaniel! Kemana saja kalian? Aku mencari kalian tahu. Duh, dasar anak-anak yang susah di atur. Bukannya aku menyuruh kalian beristirahat?"
Livya menimpali dengan berkata, "Maaf, pelatih! Nathaniel tadi menarik ku ke bangku penonton untuk melihat idolanya."
Nathaniel terkejut. Dia ingin menyanggah tetapi tidak bisa.
"Dasar perempuan licik," ocehnya dalam hati sambil melirik tajam ke arah Livya, seorang anak perempuan berumur 13 tahun sekaligus seniornya.
"Begitu? Ya sudah. Kali ini akan ku biarkan. Tapi kalau sampai kalian menghilang lagi aku benar-benar akan marah loh!"
"Baik." Livya dan Nathaniel menjawab berbarengan.
Hari itu menjadi hal yang tak dapat Nathaniel lupakan sepanjang hidupnya. Walaupun di debut pertamanya sebagai peseluncur junior orangtuanya tidak dapat hadir, tetapi dia masih memiliki orang-orang yang selalu menemaninya. Ya, hanya dengan mempunyai mereka yang akan ada untuk mendukungnya itu saja sudah cukup membuat Nathaniel senang. Dia sudah diberkati banyak kebahagiaan dengan dapat berseluncur di atas es yang sangat ia sukai.
Itu bahkan lebih dari cukup.
πππ
TO BE CONTINUE
βββββββ
*Flip : International Skating Union (ISU) mendefinisikan lompatan flip sebagai "lompatan kaki yang lepas landasnya dari tepi bagian dalam belakang dan mendarat di bagian belakang tepi luar dari kaki yang berlawanan".
*Lutz : mirip dengan flip, tetapi skater lepas landas dari tepi luar belakang kaki kiri (atau kanan), meluncurkan lompatan menggunakan toepick (bagian bergerigi yang ada pada mata pisau sepatu skate) yang berlawanan.
*flying combo sit spin : Seperti namanya yang mengandung kata 'duduk'. Peseluncur melakukan putaran dengan berbagai macam variasi gerakan seperti sedang duduk.