Chereads / My Boss , My Husband / Chapter 6 - Bukti

Chapter 6 - Bukti

"Pa aku menemukan bukti" Ucap Kevin memanggil papanya, Rehan langsung belari menuju ketempat Kevin berada.

Kevin mengutak atik komputernya memperhatikan beberapa rekaman yang ia ambil dari beberapa CCTV arah jalan pulang kerumah.

Kevin membuka satu Video yang terletak disebuah toko setelah Club. Ia memperlihatkan pada papanya.

"Ini satu-satunya Video yang memperlihatkan Keadaan terahir Nara Pa. Sebelum Video ini tidak ada bukti khusus" Rehan memperhatikan video itu dengan seksama. Hujan mulai turun ia melihat Nara berjalan dari arah jalan Club. Nara berteduh diwarung pinggir jalan.

"Ada mobil berhenti didepan Nara" ucap Kevin memberitahu Rehan.

Benar kata Kevin ada mobil yang berhenti didepan Nara, Rehan memperhatikan mobil itu.

"Berhenti dulu" ucap Rehan meminta Kevin menghentikan mobilnya. Plat mobilnya kebaca, cepat tulis " perintah Rehan, Kevin langsung memfotonya dengan Kamera Telepon.

"Lanjutkan" Rehan kembali memfokuskan pada komputer. Rehan melihat Nara menjauh dari tempat ia duduk. Orang didalam mobil keluar mengejar Nara. Sayangnya wajah orang itu tidak terlihat. Tapi bisa dipastikan bahwa yang keluar dari mobil adalah laki-laki.

"Sialan ,Pasti dia yang membuat Nara jadi seperti ini" umpat Rehan.

"Aku akan menyelidiki plat mobil ini pa, kita pasti bisa menemukan orang itu" ucap Kevin yang ikut memperhatikan Video itu, ia geram pada laki-laki itu. Kevin tidak pernah melihat laki-laki itu, pasti dia bukan teman Nara.

Rehan melihat Nara berlari,laki-laki itu terus mengejar putrinya, setelah itu Video habis.

"Ah, kita tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya." Kesal Rehan. Yang terahir ia lihat Nara berlari menjauhi laki-laki itu.

__________________*_________________

Ditempat lain Nara sedang dalam perjalanan menuju tempat yang sudah Rani carikan untuknya dan anaknya. Nara akan tinggal dikos-kosan Teman Rani, tidak ada yang tahu kemana Nara pergi. Mara juga sudah mengganti nomor teleponnya sekarang , Hanya Rani yang tau.

"Ran terimakasih ya" ucap Nara. Ia sangat beruntung memiliki sahabat seperti Rani.

"Jangan bilang terimaksih pada sahabatmu, aku tidak mungkin membiarkanmu luntang lantung saat kamu mengandung calon keponakanku " Ucap Rani tersenyum. Ia ingin melihat Nara bahagia. Walaupun ia sangat sedih melihat Sahabatnya seperti ini sekarang.

"Kamu yakin tidak ingin memberitahu kabarmu pada keluargamu?" tanya Rani. Nara menggeleng.

"Baik lah, kalau ada apa- apa beritahu aku ya, jangan sungkan, aku akan tetap ada disampingmu" Ucap Rani . Nara memeluknya namun Rani belum bisa membalasnya karena sedang menyetir.

3 jam kemudian Mereka sampai disebuah Kota , namun kota itu beda dengan kota - kota pada umumnya. Kota itu cukup ramai tapi masih asri. Pemandangannya sangat indah.

Rani dan Nara berjalan menuju sebuah rumah tidak jauh dari tempat parkir. Rani mengetuk pintu rumah itu dua kali.

"Hai Rani, kamu sudah datang, silahkan masuk" seorang yang seumuran dengan Rani dan Nara keluar mempersilakan mereka masuk. Rani dan Nara mengikutinya.

"Silahkan duduk dulu, aku akan memanggilkan ibu dan bapak" gadis itu masuk kedalam.

"Mereka sangat baik, kamu jangan takut" ucap Rani memberitahu Nara. Ia tahu Nara sangat khawatir. Nara jarang sekali pergi jauh dari orang tuanya. Namun Rani juga tahu kalau Nara adalah perempuan yang mandiri.

Tidak lama kemudian sepasang paruhbaya keluar dari pintu yang dimasuki gadis teman Rani tadi.

Rani dan Nara berdiri lalu menyalami mereka berdua.

"Nak Rani sudah lama tidak main kesini" Ucap seorang perempuan paruhbaya yang diyakini Nara itu ibu Teman Rani.

"iya bu, Rani pindah agak jauh dari sini, ikut papa sama mama, jadi jarang kesini" jelas Rani.

"Nia sudah cerita semuanya ke ibu sama bapak, Kebetulan juga kemarin ada kos-kosan yang kosong, orangnya baru saja pindah" ucap Ibu itu.

"Iya nak, bapak tadi juga sudah membersihkan kamarnya,tinggal nempati aja, disana sudah ada kasur, lemari sama kompor" jelas bapak.

"Terimakasih banyak pak , saya sangat beruntung bertemu kalian" ucap Nara.

"tidak apa nak Nara, bapak seneng kok bisa bantu kamu, semoga kamu betah. kalo butuh sesuatu bisa panggil Nia atau ibu. kalo bapak jarang dirumah, harus kekebun" ucap bapak itu.

"Diminum dulu Ran, Ra" Nia datang membawakan teh dan kue untuk Rani dan Nara.

"Makasih Nia" ucap Rani dan Nara berbarengan.

"Kalian minum dulu, Nanti kalo udah hilang capek nya bapak antar melihat - lihat kosnya" ucap bapak itu mempersilakan mereka minum.

Setelah minum Rani dan Nara diantar pak Hamdan melihat lihat kosan. Suana disna cukup ramai, banyak yang sudah berkeluarga ,ada juga yang mahasiswa.

"Ini kosan nak Nara, bisa dilihat - lihat dulu dalam ,semoga cocok, ada kamar mandi sama dapur juga didalamnya " Ucap Pak Hamdan mebukakan pintu.

Nara memasuki kamar kosnya, cukup besar jika dibilang kos, nampak seperti rumah kontrakan karena terdapat kamar mandi dapur dan tempat tidur yang lumayan besar.

"Bagaimana , apa nak Nara cocok?" Tanya pak Hamdan. Nara melihat -lihat ,tempatnya bagus, nyaman.

"iya pak, saya suka, tempatnya nyaman" jawab Nara , Rani dan pak Hamdan senang mendengarnya.

"alhamdulillah kalo nak Nara senang, kamarnya sudah bersih bisa langsung ditempati, bapak tinggal dulu, mau kekebun" pamit pak Hamdan meninggalkan mereka.

Nara memasuki kamarnya diikuti Rani.

"udara disini baik untuk ibu hamil ,tidak banyak polis kayak dikit kita, kamu jaga diri baik-baik ya Ra, aku enggk bisa temenin kamu disini, kalo libur aku pasti mengunjungimu" ucap Rani, Nara langsung memeluk Rani.

"aku sangat berhutang budi padamu Ran, kamu sangat membantuku, kamu gokus pada kuliahmu ya, aku ingin dengar kamu lulus, walaupun aku melanggar janji, bahwa kita akan lulus bersama dengan gelar yang sama" ucap Nara. Rani hampir menangis.

"Kamu lebih hebat dariku Nara, aku tidak tahu harus lebih belajar dari siapa kalo kamu tidak ada dikampus" Ucap Rani membuat Nara tersenyum.

"Sekarang aku yang harus belajar denganmu, kamu akan jauh lebih hebat dariku" jawab Nara.

"Semoga kamu selalu bahagia Ran, tidak seperti ku" ucap Nara.

"Jangan bilang seperti itu, kita sama kok. kamu pasti juga akan bahagia kelak Ra" Rani memeluk Nara.

Pukul 15.15 Rani berpamitan pada Nara.

"Nara maaf aku harus pulang, jaga dirimu ya , aku akan sering meneleponku, jika ada apa-apa panggil Nia tau hubungi aku" ucap Rani dan dibalas anggukan oleh Nara.

"kamu fokus saja pada kuliahmu, aku akan baik-baik saja Rani"

"Aku pulang ya Nara" Rani memeluk Nara lagi lalu pergi menjauh daru kos Nara.

Setelah mobil Rani menjauh dari tempatnya Nara segera masuk kedalam dan mengunci pintunya.

Ia masuk kedalam Kamar untuk beristirahat, ia harus bangun mentuk membeli sayuran nanti, tadi Nara meminjam uang Rani, ia akan mengembalikan setelah bekerja, besok ia akan melamar kerja. Tadi Nara sempat melihat beberapa iklan di internet, ada sebuah perusahaan yang sedang mencari karyawan. Semoga Nara bisa mendapat pekerjaan disana.

Ditempat lain Kevin kakak Nara sedang berada dikantor tempat temannya yang bekerja dibidang Mata-Mata dan analis.

"Tolong cari tahu tentang mobil ini, akunjiga akan tanya ke polisi dan meminta untuk mencari tahu pemiliknya" Ucap Kevin.

"Apa adikmu sudah kembali?"Tanya Roy teman Kevin itu.

"Belum, bahkan papaku sudah meminta anak buahnya mencarinya" ucap Kevin.

"Mungki Nara butuh waktu" jelas Rey.

"Ya, aku tau, tapi aku khawatir, dia tidak pernah jauh dari rumah"

"Besok aku kirim hasilnya di emailmu, Sekarang aku belum beli menemukan titik jelas mobil itu" jelas Rey , mobil yang ia cari sekarang lumayan sulit terdeteksi. Rey yakin bahwa mobil ini bukan milik orang sembarangan. Mobil-mobil biasa sangat gampang disadap karena tidak ada GPS yang tersambung di alat komunikasi lainnya.

"Aku berharap kamu berhasil Rey" Doa Kevin.

"Akan aku usahakan, demi calon" ucap Rey keceplosan.

"Eh sebentar, apa tadi katamu?" tanya Kevin memastikan apa kah yang ia dengar benar.

"eh apa? aku tidak mengatakan apa-apa" bohong Rey.

"Kamu berbohong Rey, kamu menyukai adikku?" Tanya Kevin.

"Kata siapa. jangan mengada-ada kamu" elak Rey.

"Ya sudahlah,terserahmu saja" Kevin mengalah.

"syukurlah, bodohnya pakek keceplosan"umpat Rey tidak terdengar olrh Kevin.