Dari kemarin tumbang. Tapi anehnya bisa nulis bab ini. Semoga menghibur.
happy reading
_________***__________
Aku dan mulut bodohku memang bencana. Bagaimana bisa aku mengatakan hal itu pada Rea? Wanita itu pasti sangat tersinggung. Kenapa tidak sekalian saja aku menebas leherku sendiri? Aku rasa itu akan lebih baik. Tak seharusnya aku ikut emosi. Tapi sungguh, kedekatannya dengan anak Barata membuatku mudah tersulut emosi.
Eve mengernyit melihatku menekuk muka ketika datang ke mansion.
"Jangan bilang karena istrimu lagi," decak Eve. Aku hanya meliriknya sekilas tanpa mau membalas.
Eve memutar bola mata. "Kapan sih masalah kalian selesai? Apa nggak bisa dibicarakan baik-baik?"
"Kamu bicara seolah aku nggak pernah berusaha selama ini," dengusku sebal. "Mungkin Rea memang sudah nyaman bersama anak Barata itu."
"Kamu mau nyerah?"