Tepat di depan teras dekat tempatku berdiri saat ini, Satria memberhentikan mobilnya. Dia keluar dari mobil seraya menenteng tasnya.
"Halo, Sayang." Dia mengecup kepalaku sesaat. "Tumben banget kamu nyambut aku di depan pintu?"
"Tadi itu aku ngantar mama pulang."
"Oh, mama udah pulang. Aku kira mau menginap lagi di sini."
"Kamu yakin masih mengharap mama menginap?"
"Loh, iya dong. Mamamu 'kan sama aja kayak mamaku."
Kulihat limousine kakek berhenti, kakek turun dari sana setelah sebelumnya Robert membuka pintu untuknya.
"Sore, Kek," sapaku pada lelaki tua yang masih tampak gagah itu.
"Sore, Sayang. Kenapa kalian hanya berdiri di luar? Nggak masuk?"
"Ini mau masuk. Kami nunggu kakek."
"Oh, terima kasih. Ayo kita masuk."
Kami membiarkan kakek masuk mendahului di depan. Baru kemudian aku dan Satria mengikutinya dari belakang.
"Persiapkan dirimu, Satria. Lusa kamu harus menemui Luciano di San Fransisco," ujar kakek seraya terus berjalan masuk.
"Baik, Kek."