Aku bingung ditanya seperti itu oleh Nana. Aku dengan Axel lebih banyak ributnya daripada ademnya. Meskipun di balik sikap nyebelinnya itu sebenernya dia baik. Aku juga nggak bisa mengukur kedekatanku dengan Axel. Aku nggak merasa dekat, tapi anehnya, dia selalu ada saat aku butuh.
"Gue...."
Aku melirik ponselku yang berdering. Satria menelepon. Aku menjeda percakapanku dan memilih menjawab panggilan Satria.
"Ya, Bang?" sapaku begitu aku menerima panggilan itu.
"Kamu sudah makan?" tanya Satria di sana.
"Ini aku sedang makan sama Nana."
"Nana? Siapa Nana?"
"Kamu lupa lagi?"
"Oh, istri si tua bangka Adriano."
"Bang...."
"Oke, oke, sorry. Lanjutkan Sayang."
"Kamu di mana?"
"Aku masih di Malaysia. Sebentar lagi akan kembali ke Indonesia."
Ya, dia tadi pagi bilang akan ke Malaysia. Bolak-balik naik pesawat apa nggak bikin kepalanya itu pusing? Padahal semalam dia tidur sangat larut.
"Aku harap pulang nanti kamu udah ada di mansion," katanya sebelum menutup panggilan.