"Bisa, kata siapa engga? Asal nggak sering bersama saja. Kamu akan dengan mudah melupakan."
"Masa sih, Bang? Tapi perasaanku sama kamu nggak bisa dikendalikan tuh, Bang. Bahkan aku kesulitan berpaling pada yang lainnya."
Eh? Apa? Aku mengerjap dan dibalas dengan ringisan ciri khasnya.
"Memang kamu berniat berpaling dariku?" Aku menatapnya lekat kemudian.
Dia mengangguk membuatku melotot.
"Berani kamu berpaling dariku?" Aku tahu Rea sedang mengajakku bercanda.
"Berani dong kenapa enggak? Bahkan sekarang aku sedang jatuh cinta lagi?"
"Oya, siapa yang berani membuatmu jatuh cinta lagi?"
"Ini dia." Dia menuding perutnya dan terkekeh yang mana langsung menulariku. Aku meraihnya dalam pelukanku
"Perasaanku sama kamu juga sangat susah dikendalikan. Aku nggak bisa jauh-jauh dari kamu. Bahkan mataku sudah buta, udah nggak bisa lagi melihat wajah cantik selain wajah kamu."
"Gombal." Rea mendorong pipiku seraya terkekeh.
"Enggak gombal. Ini serius."