SATRIA
Aku memberi cengiran lebar, karena sepertinya Rea semakin jengkel dengan ucapanku. "Kan kita akan bikin kesebelasan, Sayang," candaku membuatnya semakin kesal dan aku suka melihat rautnya yang sedang marah seperti itu. Lucu dan menggemaskan. Membuatku ingin mengigitnya saja.
"Ya sudah. Kakek duluan, masih ada yang harus kakek kerjakan," ujar Kakek beranjak diikuti Robert dan Belinda di belakangnya. Wanita itu sepertinya sudah mulai melupakan tugasnya di sini sebagai apa.
"Pak Robert, bisa kita bicara sebentar?"
Mereka berhenti melangkah ketika aku bersuara. Sebelum menjawab pertanyaanku, Robert lebih dulu memandang Kakek seperti minta persetujuan. Aku tidak tahu maksud tatapan mereka itu apa. Tapi setelah itu, Kakek membiarkan asistennya itu tinggal, sedang dirinya dan Belinda kembali melangkah menuju mansionnya.
"Ada yang ingin Tuan Muda tanyakan?" tanya Robert sopan dan pelan.