Kami langsung menuju meja makan. Kakek belum datang saat kami sampai. Biasanya Kakek akan selalu tepat waktu.
"Kakek di mana, Mbak?" tanyaku pada salah seorang pelayan.
"Itu Nyonya, Tuan Besar lagi kurang enak badan. Jadi, meminta makanannya dibawa ke kamar."
Aku terkejut. Bagaimana mungkin aku nggak tahu keadaan Kakek? Ya Tuhan.
"Kakek sakit? Bang, sebaiknya kita ke kamar Kakek sekarang."
"Apa nggak sebaiknya kita makan dulu?"
"Aduh, aku nggak bisa makan kalau belum lihat Kakek."
"Ya sudah kita ke sana sekarang."
Aku menarik lengan Satria bergegas. Aku sangat cemas. Entahlah pikiranku jadi tidak-tidak. Biar gimana juga, Kakek itu sudah tua. Jadi, kalau dengar dia tidak enak badan rasanya waswas.
Sesampainya di kamar Kakek, kulihat beliau sedang duduk bersandar pada tumpukan bantal. Belinda dan seorang pelayan ada di sana menemaninya. Aku cepat-cepat menyongsong Kakek dan duduk di tepian tempat tidurnya yang sudah mirip ranjang seorang raja.