"Gimana ini, Bang?" tanyaku menatap Satria setelah dia mematikan panggilannya. "Aku nggak enak sama Mbak Anin."
Satria diam. Dia terlihat sedang berpikir. "Ruben bilang sih nggak masalah."
"Aku tau, tapi kan aku nggak enak sama Mbak Anin. Aku tau bagaimana dia mencari pengganti ayah buat Iren. Aku udah seperti perenggut kebahagiaan orang saja."
"Jadi, menurutmu gimana? Kita nggak jadi berangkat?"
"Diundur aja deh, sampe acara mereka selesai. Memangnya kamu nggak ikut acara lamaran itu?"
"Kamu yakin?"
"Iya, lagi pula. Kita kan nggak pake penerbangan komersial. Kita bisa atur jadwal sewaktu-waktu kan?"
Satria mengangguk. Matanya lantas bergeser memindai baju-baju yang sudah aku bereskan. "Baju-baju ini gimana?"
"Ya udah nggak apa-apa aku pack sekarang. Biar pas waktunya tiba, kita bisa langsung bawa aja."
"Baiklah. Kalau itu mau kamu. Nanti aku suruh Ruben mengatur ulang jadwalku."