Satria hanya menggeleng, dan saat aku hendak makan biji kedua, dia menarik tanganku. "Sudah cukup, Sayang. Kamu nggak boleh banyak-banyak makan ini."
"Ya ampun, Bang. Cuma dua biji. Kan yang tadi jatuh, gara-gara kamu."
Satria menghela napas. "Oke, satu kali lagi."
Aku tersenyum lebar dan tanpa pikir panjang lagi langsung menyantap daging buah yang begitu terasa lezat di lidah ini.
Kami baru masuk kamar setelah aku menghabiskan potongan biji kedua. Satria langsung menyuruhku gosok gigi sebelum tidur. Aku belum pernah merasakan kelegaan yang luar biasa seperti ini. Mungkin memang seperti inilah yang orang-orang sebut ngidam. Aku jadi bisa tidur dengan nyenyak.
***
Aku dibangunkan oleh suara gaduh dari luar. Kuraba bagian sisi lain tempat tidur. Kosong. Artinya Satria sudah bangun. Apa dia sudah berada di luar? Aku mengucek mata dan menyeret langkahku keluar. Apa sih yang membuat rumah segaduh ini di pagi hari?
"Nah, ini dia tersangka utamanya."