Aku memandang Satria lamat-lamat. Sebentar lagi usia kandunganku sudah memasuki trimester dua. Padahal sebelum aku ketahuan hamil saja, kami sudah sering melakukannya dan itu baik-baik saja. Tapi, sejak aku pendarahan kemarin, sebisa mungkin dokter menyuruh kami agar tidak melakukan hubungan suami istri untuk sementara waktu.
"Kamu nggak tanya sama dokter sih, Sayang?"
Dia gila. Mana mungkin aku bertanya hal seperti itu sama dokter. "Kenapa nggak kamu aja yang tanya? Kan kamu yang butuh," ujarku sinis.
"Kita sama-sama butuh, Sayang."
"Nggak. Aku nggak."
Satria menaikan alis, "masa sih? Aku nggak yakin."
"Terserah kamu, Bang. Yang jelas aku nggak mungkin menanyakan hal seperti itu sama dokter kandunganku."
Satria tertawa. Apa dia nggak menyadari kekonyolannya itu? "Ya sudah, kamu boleh makan ini. Tapi jangan banyak-banyak ya. Aku kembali ke kantor dulu."
"Kok ke kantor lagi?"
"Iya. Ada dokumen yang harus aku tanda tangani."