"Kalian harus membayar denda karena sudah memasuki wilayah kami. Serahkan barang berharga kalian!" hardik salah satu dari mereka. Mungkin pimpinannya. Aku jadi semakin jiper.
Mau nggak mau aku menggenggam tangan Axel yang sudah dari tadi dia rentangkan. Wajah Axel mengeras dan tampak serius. Apa benar dia bisa melawan para preman itu? Kalau mereka diam-diam bawa senjata kan bahaya.
"Lu udah siap, Re?" tanya Axel membuatku deg-degan.
"Buruan! Serahkan! Kalian mau selamat tidak, heh?!"
Aku nyaris melompat kaget mendengar teriakan itu.
"Ambil saja sendiri kalau bisa!" seru Axel membuat mataku melotot. Eh si kutu kupret beneran mau melawan?
"Eh sia! Berani ke uing!"
"Jangan banyak bacot lu! Sini maju kalo berani."
Axel cari mati beneran. Dia menoleh padaku. "Siap-siap, Rea."
Umpatan demi umpatan keluar dari mulut para preman. Mereka mulai berjalan mendekat.
"Rea! Ayo, maju!"
