Aku meringis. "Aku kira kamu sudah lupa, Bang."
Satria memicing curiga. "Aku bukan tipe orang yang mudah lupa."
"Jadi gini, Bang." Aku memperbaiki posisi duduk. "Tapi janji kamu nggak akan marah."
Satria menyilangkan lengan ke depan dada. "Tergantung yang mau kamu katakan bisa buat marah aku atau enggak."
"Ih, kok gitu sih."
"Jangan buang-buang waktuku, Rea."
"Axel pernah mengajakku makan malam dengan Om Barata lalu dia mengenalkanku sebagai calon istrinya Tuh udah aku bilang terserah kamu mau marah atau enggak." Aku bicara super cepat tanpa titik dan koma.
Satria berkedip sekali, suasana mendadak hening. Bahkan aku bisa mendengar detak jantungku yang berirama cepat. Satu detik, dua detik hingga lima detik, Satria nggak menunjukkan reaksi apa pun.
"Bang?"
"Kamu bicara apa tadi?"
Astaga! Jadi dia diam itu karena nggak tahu apa yang aku katakan tadi? "Nggak ada pengulangan, Bang." Aku memalingkan wajah.