Aku menghela napas untuk kesekian kalinya. "Bang, biarkan aku mandiri. Sejak menikah sama kamu. Aku beneran sudah seperti menjadi princess yang manja. Semuanya serba dimudahkan. Sekali-kali aku ingin survive tanpa bergantung embel-embel Wijaya di belakangku," ujarku meletakkan pakaian terakhirku di lemari gantung.
"Itu privilege kamu sebagai menantu keluarga Wijaya. Harusnya kamu bersyukur."
"Aku bersyukur, banget malah. Tapi kadang keluar dari zona nyaman itu perlu. Untuk mengukur kapasitas diri kita."
"Kamu berargumen cukup panjang denganku soal ini kemarin itu. Pada akhirnya aku memang nggak bisa merubah keputusanmu kan?"
"Aku ingin mencoba mandiri, Bang. Aku nggak akan menyangkal takdirku sebagai istri dari Pangeran Satria Wijaya hanya karena aku mencoba mandiri."
