Aku memesan nasi goreng gila dan segelas es teh. Begitu juga Kak Reni dan Mas Ardan. Sedang Satria dia hanya duduk bertopang dagu tanpa berniat memesan apa pun. Sesekali matanya melirik gerobak tempat masak penjual nasi goreng.
"Bang, emang kamu nggak laper?" tanyaku melihatnya masih bersikukuh nggak pesan makanan.
"Laper."
"Ya udah pesen."
"Nanti aku makan di rumah aja deh."
"Di rumah nggak ada makanan."
"Nanti aku mampir ke hotel saja. Di sana ada restoran 24 jam."
Aku menggeleng, mau makan saja ribet.
"Coba dulu aja kali, Sa. Lo nggak akan keracunan makan di sini," ucap Mas Ardan yang langsung aku amini. Satria bergeming.
Jadi setelah makanan kami datang, dia hanya melongo menyaksikan kami makan.
"Bang, nih cobain." Aku menyodorkan sendok berisi nasi goreng padanya. Tapi dia mendorongnya pelan. "Kamu nggak akan diare, Bang. Coba sekali aja yah."
"Enggak, Rea. Kalau enggak artinya enggak."