Satria tersenyum lebar. Bahkan sangkin lebarnya aku takut kalau bibirnya bisa sobek. Dia mengangkat tubuhku dan membawaku dalam gendongannya. Tanganku reflek mencengkeram baju dan lehernya.
Dia membawaku masuk ke dalam mansion. Mengabaikan beberapa tatapan pelayan yang masih berkeliaran, termasuk Melli. Satria is my mine. Aku sempatkan menatap Melli sinis. Satria terus membawaku menaiki tangga hingga ke kamar kami.
Begitu masuk ke dalam kamar, dengan perlahan dia merebahkan tubuhku di tempat tidur.
"Nggak akan ada pembatas lagi," katanya.
"Nggak ada yang boleh punya pacar lagi," balasku.
"Nggak boleh malu lagi."
"Nggak boleh main sosor wanita lagi."
"Kamu milikku."
"Kamu milikku."
Satria mengusap kepalaku lembut. "Sekarang lebih baik kamu tidur," katanya memasang selimut ke tubuhku. Loh kok tidur? Aku memandangnya heran.
Dia membuka mantel dan ikut masuk ke dalam selimut yang sama denganku. Lengan meriamnya memelukku lantas matanya terpejam.