Chereads / Rayna's Secret / Chapter 4 - Kunjungan

Chapter 4 - Kunjungan

Malam ini Rayna berencana begadang semalaman untuk menonton beberapa film action kesukaannya.

Jadi saat ini Rayna sedang memilih beberapa camilan dan bahan makanan untuk menemaninya begadang nanti. Tenang saja, Rayna bukan tipe orang yang takut gendut karena makan larut malam atau sebagainya. walaupun Rayna tahu makan larut malam itu tidak baik untuk sehatan, toh, tidak setiap hari juga Rayna begitu.

Rayna memasukkan 5 pack besar keripik kentang rasa rumput laut dan sebotol besar cola. Ia juga memilih beberapa sayuran dan daging, jaga-jaga jika ia ingin makan makanan berat nanti malam. Saat Rayna sedang memilih snack coklat tiba-tiba ponselnya bergetar.

Rayna merogoh saku hoodie abu-abu yang ia kenakan untuk meraih ponselnya.

Bayu's calling....

Rayna mengangkat panggilan itu, mendekatkan ponsel ke telinga kiri sambil tetap memilih beberapa camilan di rak.

"Kenapa, Bay?"

"....."

"Oh... Ok! Bentar lagi aku pulang, ini masih di supermarket"

"....."

"Gak usah, bentar doang kok"

"....."

"Ok. Bye!"

Rayna memasukkan kembali ponselnya ke saku hoodie sambil mengecek kembali belanjaannya. Setelah dirasa cukup, ia beranjak menuju kasir.

Namun baru saja ia berbalik, ia di kagetkan dengan penampakan sesosok manusia berjenis kelamin laki-laki yang berdiri menjulang di hadapannya. Jika saja ia telat berhenti, wajahnya pasti sudah menabrak dada bidang itu.

"Astaga!" pekik Rayna lalu mengelus dadanya.

Awalnya Rayna hendak meminta maaf, walau tidak sampai bertabrakan, tapi ia yang berbalik tiba-tiba seperti itu. Tapi niatnya luntur seketika saat ia mendongak, dan menyadari bahwa pria itu adalah Aska, si tetangga sebelah yang kemarin ia siram dan lempar pakai ember.

"Halo tetangga!" sapa Aska riang.

"Ah, kamu lagi..." ucap Rayna malas. Ia hendak pergi saja dan mengabaikan Aska. Tapi langkahnya di cegat lelaki itu.

"Apa?!" tanya Rayna sinis.

"Etdah! galak amat"

"Suka-suka saya dong! Minggir! Kamu ngalangin jalan saya!"

"Udah selesai belanjanya? Mau pulang ya? Bareng yuk. Saya juga mau pulang"

Rayna menaikkan sebelah alisnya. "Perasaan kemarin ember saya gak kena kepala kamu. Tapi kok kamu jadi rada aneh ya? Jangan-jangan kamu mau balas dendam sama saya gara-gara kemarin saya siram sama lempar pake ember?"

"Ckckck! Ngapain saya balas dendam? Justru saya mau bilang terima kasih sama kamu karna berkat kamu, Fira gak berani datang ke apart saya lagi. Oh iya!" seru Aska tiba-tiba.

Aska menjulurkan tangan kanannya di hadapan Rayna, sementara gadis itu hanya menaikkan sebelah alisnya. "Saya Aska. Saya baru pindah 2 hari yang lalu ke unit sebelah"

"Ck! Udah tahu!"

Aska menarik tangan kanan Rayna, memaksa gadis itu membalas uluran tangannya. "Aih. Saya jadi ngerasa populer.Tapi saya belum tahu nama kamu. Itu gak adil, kan?"

Rayna menghempaskan tangannya hingga lepas dari cekalan Aska. "Gak mau kasih tahu. Ntar di santet, lagi"

Aska terbahak. "Hahahaha... Hey. Lady. it's 2020. Emang masih jaman main santet-santetan?"

"Ya siapa tahu aja. Soalnya muka situ kriminal" ceplos Rayna membuat Aska melongo.

Bagaimana bisa Rayna bilang wajah Aska itu kriminal? Sementara wajah dengan segala maskulinitas ini di gilai banyak kaum hawa?

"Kriminal karena ganteng? Saya baru tahu kalau ganteng itu tindakan kriminal?" ujar Aska dengan tampang polos dan bingungnya.

Rayna mendengus. "Udahlah. Gak guna juga ngomong sama kamu. Minggir! Saya buru-buru!" ucapnya sambil menggeser tubuh Aska yang masih bingung ke samping.

Untungnya kasir sedang sepi. Beberapa pengunjung masih sibuk memilih belanjaan mereka. Jadi Rayna tak perlu terlalu lama mengantri.

Sampai di luar supermarket, Rayna mengotak-atik ponselnya, hendak memesan ojek online. Tapi belum juga masuk ke aplikasi, ponselnya sudah di rebut oleh Aska yang sedari tadi membuntuti Rayna.

"Apaan sih?! Balikin ponsel saya!"

"Gak mau. Pulang bareng aja yuk. Bahaya loh anak gadis kayak kamu naik kendaraan umum malem-malem gini"

"Ck! Lebih bahaya kalo saya sama kamu. Dari tampang kamu aja udah mencurigakan. Tampang kriminal"

Aska memasang ekspresi syok yang di buat-buat. Sangat menyebalkan. "Tampang kayak gini kamu bilang kriminal? Emang ada ya? kriminal seganteng saya?"

"Cih! Kamu tuh punya gangguan kepribadian narcistic atau gimana sih?"

Aska mengibaskan tangannya. Mengisyaratkan itu bukan hal penting untuk di bahas. Aska mengambil belanjaan Rayna tiba-tiba, lalu memasukkannya ke bagasi mobilnya.

"Eh itu belanjaan saya mau kamu apain?" panik Rayna sambil menarik-narik tangan Aska.

Aska menutup bagasi mobilnya. Dengan santai ia masuk ke kursi kemudi. "Masuk cepet. Kamu kebanyakan ngomong"

Rayna melongo. Apa-apaan Aska itu?!. "Balikkin belanjaan sama ponsel saya!!" jerit Rayna. Hingga tak sadar beberapa pasang mata memperhatikan mereka terang-terangan.

Aska berdecak. Mau berbuat baik saja kenapa susah sekali sih?!. "Naik aja. Kamu gak malu apa di liatin orang banyak karena teriak-teriak gak jelas?"

Rayna melihat sekeliling. Ternyata benar, banyak orang yang memperhatikan Rayna dengan berbagai tatapan yang membuat gadis itu tak nyaman.

"Kayaknya mereka ngira kamu gila deh" ucap Aska ringan sambil memperhatikan sekeliling. Sementara Rayna sudah kesal setengah mati pada Aska.

"Diam!" ucap Rayna pelan penuh penekanan dengan ekspresi geram yang membuat Aska merinding. Sepertinya gadis itu benar-benar kesal.

Tapi tanpa Aska duga. Rayna malah masuk ke kursi penumpang di sampingnya. "Jalan" ucap Rayna dingin.

Tanpa banyak omong, Aska melajukan mobilnya keluar dari parkiran.

£££

Ting!

Pintu lift terbuka di lantai 6, Rayna dan Aska melangkah keluar dari dalam lift dan berjalan menuju unit apartemen mereka yang berada di ujung lorong.

Dari kejauhan, Rayna melihat sesosok pria tengah terduduk sambil bersandar di depan pintu apartemenya.

Saat pria itu menyadari kehadiran Rayna, ia segera bangun dan berjalan cepat kearah Rayna. Dan tanpa di duga, pria berkemeja putih itu memeluk Rayna erat.

"Bayu?" ujar Rayna heran. Kenapa tiba-tiba pria itu memeluknya seerat ini?

Belum sempat Rayna merespon pelukan Bayu, tubuh Rayna lebih dulu di tarik paksa ke belakang oleh Aska.

"Jangan peluk pacar orang sembarangan dong mas!" ujar Aska ketus.

Bayu mengernyit. "Pacar? Kamu ngarang ya? Saya calon suami Rayna" jawab Bayu percaya diri. Ia menarik Rayna yang melongo mendengar ucapan kedua pria itu dari genggaman Aska.

Bayu merangkul Rayna dengan possesive. "Iya, kan? Sayang?" ucap Bayu sambil melirik Rayna yang masih terbengong.

"Hah?" ucap Rayna bingung.

"Jangan ngaco deh! Mana mungkin kamu calon suaminya? Dia kan masih kecil!"

"Emang bener ko"

"Saya gak percaya!"

"Saya gak butuh kamu percaya" jawab Bayu santai lalu menggiring Rayna memasuki unit milik gadis itu. Meninggalkan Aska yang sedang mencak-mencak di luar.

Jiwa playboy Aska meronta saat tahu gadis yang ia incar sejak 2 hari lalu itu ternyata sudah punya calon suami. Tapi kemudian ia berpikir...

"Toh baru calon. Belum jadi suami beneran. Berarti masih ada harapan" gumamnya, Aska mengangguk-angguk sendiri lalu masuk ke apartemennya.

£££

"Maksud kamu apa ngomong begitu?!" ujar Rayna kesal sambil melipat tangan di dada. Sementara Bayu yang sedang asik menonton tv malah cuek saja.

"Bayu!" bentak Rayna.

Bayu berdecak. Ia mematikan tv yang baru ia nyalakan, menghadap penuh kepada Rayna yang duduk di sebelahnya dengan wajah galak.

"Apa?"

"Ngapain kamu ngomong gitu di depan Aska?"

"Oh.. Jadi cowo tadi namanya Aska? Harusnya aku yang nanya Ray, sejak kapan seorang Rayna pacaran?!"

"Dia bukan pacar aku Bay! Dia cuma tetangga baru. Orangnya emang rada ngeselin" jelas Rayna.

"Bagus deh. Tapi apa pun alasannya, aku gak suka kamu deket-deket sama dia!"

Rayna mengernyit. "Kenapa?"

"Tampang dia, tampang playboy. Aku gak suka kamu deket dia"

"Maksud aku, emang apa hak kamu ngelarang aku deket sama siapa?"

"Aku kan udah bilang kalo aku calon suami kamu Rayna!"

"Kamu apaan sih Bay?! Abis kepentok atau gimana? Kenapa ngomongnya aneh begitu?"

"Aku serius Ray. Aku sama orang tuaku udah ngelamar kerumah kamu kemarin. Orang tua kamu udah setuju"

"Yang kamu lamar tuh siapa?! Aku kan gak tahu dan gak pernah bilang setuju!" geram Rayna. Kenapa Bayu melamarnya tanpa sepengetahuan Rayna? Dan lagi, kenapa orang tuanya main setuju saja tanpa bertanya terlebih dulu pada Rayna?.

"Aku gak peduli kamu setuju atau enggak Ray! Pokoknya bulan depan kita nikah!" ujar Bayu berapi-api.

"Hah? Bulan depan? Kamu gila?!"

Bayu menyeringai. Ia mencengkram kedua bahu Rayna, memaksa gadis itu lebih dekat dengannya.

Rayna yang mendapati ekspresi ganjil dari Bayu seketika menciut takut. Ia pernah melihat ekspresi ini dulu, dan Rayna tidak suka.

"Iya. Aku emang gila. Terus kenapa? Aku gak peduli kamu anggap aku gimana Ray... Yang penting kamu jadi milik aku"

"Bayu.... Kamu kenapa sih sebenernya?" cicit Rayna takut-takut.

Bayu menatap Rayna tajam. "Kenapa? Kamu takut sama aku?"

Tubuh Rayna semakin kaku, dan mulai menggigil takut. Ia tidak suka tatapan Bayu, dan sikapnya yang seperti ini. Rayna menggeleng kaku dengan mata yang memancarkan ketakutan.

Bayu tersenyum puas. Bayu tahu Rayna berbohong. Baginya tak masalah walau Rayna ketakutan. Justru akan lebih mudah mendapatkan gadis itu jika memang Rayna takut padanya, seperti waktu itu.

Bayu mengelus pipi Rayna lembut dengan punggung tangan kirinya. Ia mendekap Rayna, menghirup aroma rambut Rayna yang selalu wangi dan lembut. Sementara Rayna hanya bisa diam.

Jika dalam keadaan normal, gadis itu akan mengamuk dan menghajar siapa pun yang memeluknya sembarangan, tapi saat ini, bayang-bayang masa lalu membuat gadis itu kehilangan keberaniannya.

Bayu... Yang dulu adalah cinta pertamanya, yang pertama mematahkan hatinya, dan satu-satunya pria yang bisa membuatnya setakut ini....

Bersambung....