Dillon terbangun karena ada suara nyaring bell dari intercom di apartementnya yang berkali- kali ditekan oleh seseorang, menandakan kalau tamunya ini sangat agresif untuk membangunkannya dari tidurnya yang lelap.
Sambil menggerutu dan berguling turun dari tempat tidur, Dillon kemudian berjalan terseok- seok ke arah intercom yang terdapat di dekat pintu apartementnya.
Dengan ekspresi kesal dan mata yang masih mengantuk, dia mengusap wajahnya dengan kasar untuk mengembalikan sedikit kesadarannya.
Tapi, sepertinya hal tersebut tidak dibutuhkan lagi, karena begitu dia melihat siapa tamu yang datang ke apartementnya malam- malam, sisa- sisa rasa kantuknya lenyap begitu saja dan sebuah nama mendesis dari bibirnya dengan keterkejutan.