"Apa?" Dillon tidak yakin kalau yang didengarnya baru saja benar, karena music yang berdentum dan menyakitkan telinga ini masih saja bergaung di dalam ruangan dari arena di bawah sana, tempat orang- orang menari dengan gila- gilaan, menggoyankan tubuh mereka seolah kalau tidak begitu mereka akan mati membeku.
"Aku ingin bercerai!" Giana berteriak ke telinga Dillon dengan sangat kuat hingga pria itu harus menjauhkan tubuh Giana dari dirinya dan membuatnya jatuh terduduk di sofa kembali.
Namun, kali ini Dillon beruntung, karena Giana tidak lagi berusaha untuk berdiri dan memaki- maki, wanita itu meringkuk di sofa tersebut, memeluk lututnya dan membenamkan wajahnya disana.
Rambutnya yang terurai dan panjang, menutupi sebagian ekspresi Giana, tapi melihat bahunya yang naik turun dengan cepat, Dillon bisa memastikan kalau dia sedang menangis.
"Giana…" Dillon menghampiri Giana dan mengguncang pundaknya dengan lembut, suaranya pun tidak lagi terdengar marah.