Hailee menatap sekelilingnya dan tatapan matanya jatuh pada sebuah meja buffet yang berisikan pakaian dalamnya.
Segera saja, tanpa berpikir panjang, Hailee segera bergerak ke arah buffet tersebut dan mendorongnya untuk menahan pintu.
Hailee harus bergerak cepat kalau dia tidak mau Ramon lebih dulu membuka pintunya. Usaha pertama Hailee untuk mendorong meja buffet itu terasa sangat berat, tapi setelah usah ketiganya, meja tersebut akhirnya bergerak sedikit.
Beruntungnya bagi Hailee, posisi letak meja tersebut tidak terlalu jauh dengan pintu, sehingga dia bisa dengan mudah mendorongnya dan tidak dibutuhkan waktu yang lama baginya untuk meletakkan meja yang lumayan berat itu di balik pintu.
Di sisi lain kamar Hailee, dia dapat mendengar suara gemerincing kunci- kunci yang dibawa oleh seseorang yang telah diperintahkan oleh Ramon untuk membawa kunci cadangan.
Tapi, Hailee tidak berhenti sampa di situ saja, dia lalu berlari ke sisi lain kamarnya dan menyambar lampu tidur di meja samping tempat tidurnya dan menggunakan benda tersebut untuk mengganjal handle pintu, sehingga walaupun kunci pintu tersebut sudah dapat dibuka, Ramon tetap tidak bisa masuk karena benda- benda yang menahannya.
Melihat pintu tersebut tidak bergeming, Hailee menarik single sofa dan duduk menghadap ke arah pintu yang telah terganjal dengan rapih.
Sambil duduk di atas sofa tersebut, Hailee lalu menarik kakinya dan menumpukkan dagunya di atas lutut, menatap hasil karyanya yang cukup brilian hingga berhasil mencegah Ramon menyeretnya keluar dan menghadiri meeting dan bertemu dengan orang- orang yang sama sekali tidak ingin dia temui.
"Hailee! Buka pintunya!" seru Ramon dengan kesal. "Atau aku akan mendobrak pintu ini!"
Mendengar hal itu, Hailee cukup terkejut, tapi dia tetap berkeras untuk tidak bergerak selangkahpun dari tempatnya duduk.
Sementara itu, di sisi lain, Ramon yang kesal segera melepas jas hitam yang dia kenakan dan menggulung lengan bajunya.
Melihat hal ini, pelayan yang mengelilinginya menjadi cemas dan mulai bertukar pandang, mengkomunikasi solusi terbaik untuk meredam amarah kedua orang yang tengah berseteru ini.
Mereka sama sekali tidak mengerti apa yang menjadi permasalahan kedua pasangan yang tampak serasi ini, tapi yang pasti, mereka tidak pernah melihat Ramon sangat emosi dan gusar seperti yang dia tunjukkan sekarang.
Apa gadis di dalam sana tidak takut kalau sampai Ramon berhasil mendobrak pintu tersebut? Para pelayan mulai cemas dengan keselamatan Hailee.
Namun, sayangnya, tidak semudah itu mendobrak pintu di rumah Tordoff ini, karena setelah percobaan ketiga dan pintu tersebut masih kokoh berdiri.
Ramon mulai mengumpat dengan kesal, dia seharusnya memasang pintu yang terbuat dari kayu biasa dan bukannya material kelas satu seperti ini.
"Hailee, jaga sikapmu dan keluar sekarang. Selama aku masih bicara baik- baik!" Ramon menggedor pintu kamar Hailee kembali.
"Aku akan keluar tapi aku tidak mau menghadiri meeting yang kau katakan tadi dan bertemu dengan orang- orang di kantormu!" balas Hailee, yang juga berteriak dari dalam kamar.
"Apa masalahmu dengan mereka!?" teriak Ramon dengan gusar.
"Aku tidak punya masalah apa- apa, aku hanya tidak mau bertemu dengan mereka saja!" balas Hailee lagi.
Hailee tidak mau bertemu dengan orang- orang penting di jejeran direksi perusahaan Tordoff dan memperkenalkan dirinya sebagai calon isteri dari Ramon, saat dirinya memiliki rencana untuk melarikan diri sebelum pernikahan mereka kalau Hailee masih juga tidak mampu mengumpulkan keberanian untuk berkata jujur pada Ramon.
"Berhenti bersikap seperti anak kecil!" Seru Ramon, mencoba menghantam pintu itu lagi dengan sisi tubuhnya, tapi masih tidak berhasil.
"Berhenti bersikap emosian! Kau membuatku takut!" balas Hailee, walaupun tidak ada indikasi sama sekali yang menunjukkan kalau Hailee tengah ketakutan.
"Buka pintunya!" Ramon berseru kembali.
"Tidak mau!" balas Hailee lagi.
Kemudian, suasana berubah menjadi hening, hingga Hailee berpikir kalau Ramon telah pergi dan menyerah untuk memaksanya pergi.
Namun, kemudian Hailee mendengar sesuatu yang jauh lebih menakutkan dan ini membuat dirinya melompat dari single sofa yang dia duduki dan memekik dengan keras.
"Ramon kau gila!!!" jerit Hailee dengan keras. Kali ini dia benar- benar merasakan ketakutan dari kegilaan Ramon.
Dari deru mesin yang terdengar di luar sana, Hailee dapat memastikan kalau itu adalah suara deru mesin dari gergaji mesin.
Hailee hafal akan suara ini karena dia pernah beberapa kali mendengar Ian menggunakannya saat dia bekerja part time di salah satu pabrik, saat dirinya cedera ketika bertarung dan harus beristirahat, sayangnya pria itu tidak mendengarkan anjuran dokter dan tetap bekerja.
Beruntungnya tidak ada hal yang buruk yang terjadi setelahnya dan Ian sembuh seperti biasa.
Namun, itu bukanlah masalah sekarang, karena perkara sebenarnya adalah saat ini, Ramon tengah berusaha untuk membuka pintu kamar Hailee dengan gergaji listrik!
Dia benar- benar sudah gila!
"Ramon!" Teriak Hailee di antara dengung suara mesin. "Oke! Oke! Aku akan buka pintunya sekarang juga! Berhenti sekarang!"
Sialnya, suara Hailee tidak lebih kencang dari mesin pemotong yang Ramon gunakan sehingga pria itu tidak bisa mendengar suara permintaan Hailee dan meneruskan apa yang tengah dia lakukan.
Di dalam kamar, Hailee buru- buru mencari ponselnya, dia berniat untuk menghubungi Lis dan meminta tolong pada calon ibu mertuanya tersebut, tapi Hailee kemudian tersadar kalau dia sama sekali tidak tahu nomor ponselnya.
Satu- satunya nomor ponsel yang Hailee ketahui adalah milik Ramon dan Ian, dan keduanya sama sekali tidak membantu dirinya dalam hal ini.
"Ramon berhenti!" jerit Hailee kembali dengan panik, ketika dia melihat gerigi tajam dari gergaji mesin tersebut telah membelah pintu kamarnya yang kokoh. "Dia gila… pria ini benar- benar gila…" gumam Hailee pada dirinya sendiri.
Hailee kini berdiri di balik single sofa, yang tadi dia duduki, memandang tidak berdaya pada pintu malang yang kini hampir terkoyak.
Bukankah rumor di luar sana mengatakan kalau Ramon adalah pria yang berkepala dingin dan selalu melakukan sesuatu dengan penuh perhitungan dan pertimbangan? Lalu kenapa dia melakukan semua ini? Tidakkah dia berpikir mengenai kerugian yang akan dia derita untuk merenovasi pintu tersebut?
Hailee menggelengkan kepalanya. Dengan kekayaan yang dia miliki, Ramon bahkan mungkin tidak akan bergeming kalau dia harus meruntuhkan seluruh bangunan rumah ini…
Waktu berdetik begitu lambat bagi Ramon, ketika dia begitu bertekad untuk membuat gadis di dalam kamar ini berhenti untuk bersikap kekanak- kanakkan, tapi detik berlalu sangat cepat bagi Hailee ketika Ramon akhirnya berhasil menumbangkan satu- satunya penghalang antara dirinya dan Hailee.
Dan diantara kepulan debu dan serbuk- serbuk kayu, Ramon melangkah masuk ke dalam kamar Hailee.
"Tidak bisakah kau mengetuk pintu saja?" tanya Hailee dengan suara pelan.
***
Cek ig story ku untuk visualisasi dan inner thought dari masing-masing karakter.
@jikan_yo_tomare