"Gue juga sama kaya lo, pengen kita bisa sama-sama kaya dulu lagi. Tapi, mungkin sekarang udah enggak bisa, apalagi Sharon harus ke Belanda dan kita enggak tahu kapan bisa kumpul lagi."
Deg.
Sungguh, perkataannya tersebut membuat seorang San, bahkan Sharon dan Van yang berada di belakangnya pun merasa tersentuh dengan harapan laki-laki itu.
"Ada lagi?" tanya San.
Dilihatnya Aldera yang saat ini menundukkan kepalanya dengan kedua tangan yang mengepal kuat untuk melampiaskan rasa sakitnya sedari kecil yang tidak kunjung sembuh. Sepertinya laki-laki itu akan menangis membuat San merasa bersedih dan untuk pertama kalinya ia melihat langsung kelemahan seorang Aldera.
"Sejak kecil, gue juga selalu iri sama orang yang selalu kumpul sama keluarganya. Mau senang ataupun sedih, mereka bisa sama-sama. Dan, harapan gue dari dulu yang enggak pernah berubah adalah ... bisa ngerasain apa yang belum pernah gue rasain sejak kecil."